Day 008

66 7 0
                                    

2018.03.14
Dream Catcher
Penangkap Mimpi


Aku dan Robert berbagi banyak sekali kenangan saat kami masih kecil, selain fakta bahwa dia tinggal di seberang rumah kami. Dia lima tahun lebih tua dariku, tetapi setahun lebih muda dari Elise, kakakku. Rob dan Elise sekelas saat sekolah dasar. Aku tidak ingat sebelumnya apakah mereka sangat akrab, tetapi Rob memang sangat dekat denganku.

Dia selalu menggandeng tanganku saat berjalan, memberiku gula-gula saat aku menangis, membelai puncak kepalaku saat aku melakukan hal yang baik dan memelukku saat aku cemas. Rob melakukan semua yang terbaik yang bisa dilakukannya sebagai seorang kakak dan seorang laki-laki, melebihi apa yang Elise bisa lakukan untukku.

Aku tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Elise bukan kakak yang baik. Elise baik. Dia baik padaku --dan semua orang. Tapi memang hanya sampai disitu. Aku tidak tahu apa masalahku dengannya. Mungkin karena dia terbiasa diandalkan oleh semua orang sehingga dia seringkali melupakanku. Dia memang terkenal dengan sikapnya yang sangat baik pada orang lain. Dia memberi terlalu banyak untuk orang lain dan sekadar cukup untukku. Segera setelah aku beranjak dewasa, aku menyadari bahwa kami tidak sedekat yang kupikirkan saat aku kecil dulu.

Aku dan Elise memang berbagi kenangan yang sama, namun itu karena Rob juga ada disana. Selalu ada di antara kami berdua. Tanpa Rob, Elise mungkin hanya seperti orang lain yang kebetulan berbagi kenangan yang sama denganku.

Satu-satunya kenangan yang kuingat tentang Elise adalah ketika keluarga kami menghabiskan waktu di perkemahan musim panas saat usiaku delapan tahun. Elise membuatkanku sebuah penangkap mimpi berbentuk segitiga terbuat dari ranting pohon ek. Elise menghiasnya dengan bulu angsa, biji cemara dan sebuah kayu kecil pipih yang diukirnya sehingga menyerupai daun. Aku sangat terkesan ---untuk pertama kalinya-- padanya dan masih menyimpan benda itu, di suatu tempat di lemari usang di rumah ibu.

Kenangan kecil yang hampir kulupakan itu... aku tidak tahu betapa berharganya mereka hingga aku bisa saja gila jika benar-benar melupakannya.

_

Sudah cukup untuk bersedih, kata Elise di suatu pagi. Saat itu adalah musim gugur keempat yang kulalui sendirian, tanpa Robert dan ya, aku masih terluka atas kehilangan besar yang kualami. Robert, pria baik yang menyayangiku seolah aku adalah separuh jiwanya yang lain. Ketika dia pergi, dia turut membawa separuh jiwa itu bersamanya, menyisakan kekosongan yang mendekapku sampai remuk.

Aku kesepian.

Duniaku sudah sepenuhnya kacau. Aku tidak punya ketertarikan untuk memperbaikinya. Aku tenggelam, tidak punya tenaga untuk menendangkan kakiku dan muncul ke permukaan. Apa gunanya? Sekarang semuanya terasa bertambah sulit tanpa Robert.

Namun, empat musim gugur setelah kehilangan itu dan untuk pertama kalinya aku mendengarkan Elise --tanpa alasan. Aku turun dari tempat tidurku, mandi terlalu awal kemudian menunggunya di depan flatku. Elise datang bersama Elise kecil, keponakanku, dan sekardus benda-benda tidak berguna yang diambilnya dari rumah ibu.

Dia meninggalkan kardus berbau debu itu di flatku sebelum membawaku ke restoran. Dia memesankanku roti isi seperti halnya Elise kecil sementara dia sendiri memesan panekuk.

"Kupikir kau tidak mau ikut denganku." Ujarnya. Aku tidak menjawab, malah diam-diam memerhatikan Elise dengan saksama. Dia terlihat jauh lebih tua daripada saat terakhir kali aku memerhatikannya. Aku bertanya-tanya apakah dia makan dengan baik dan apakah dia tidur dengan cukup, tapi kemudian pertanyaan itu terjawab dengan sendirinya. Tentu saja dia tidak makan dengan baik. Dia juga tidak cukup tidur, sama sepertiku.

Meraki [ Short Story Compilation ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant