Day 023

27 3 0
                                    

2018.03.29
All Grown Up
Semua Bertumbuh

Ibuku, membayangkanku dengan airmatanya yang tertahan dipelupuk sementara Pamanku mengangsurkan sehelai sapu tangan padanya. Dia terlihat sangat cantik; rambut keperakannya tertutup topi besar dengan hiasan mutiara Karibia, hadiah dariku beberapa tahun yang lalu dan bibirnya dilapisi sedikit pewarna bibir berwarna persik. Dia menangis bahagia, meskipun agak lemah karena merasa sedih sepanjang hari sebelumnya. Setidaknya Pamanku berada disana juga untuk menemaninya —menenangkannya— kalau-kalau kesedihan Ibuku mencapai puncaknya dan tidak terkendali lagi.

Brian berdiri dengan gagah di depan altar. Brian-ku mengenakan jas terbaiknya hari ini; yang berpotongan rapi dan berwarna putih tulang. Aku selalu bilang kalau warna hitam akan lebih cocok untuk dipakai di hari pernikahan kami. Mungkin karena itulah dia menolak gagasanku; karena dia tidak ingin melihat hari ini seperti hari pemakaman. Yah, bagaimanapun, dia layak bahagia.

Piano telah dimainkan. Pintu telah dibuka dan para hadirin telah berdiri, termasuk Ibuku yang harus dipapah dan bersandar di bahu Pamanku. Aku gugup saat melihat Ibuku terharu. Akhirnya detik-detik itu benar-benar tiba. Hari pernikahan...

Lalu berjalanlah dia, digandeng oleh Ayahnya. Memakai gaun pengantin terindah berwarna putih tulang dengan taburan batu permata, juga tiara kecil yang menghiasi rambutnya yang ditata. Buket bunga mawar tergenggam erat di tangannya.

Dia tersenyum, serupa malaikat. Langkahnya semakin ringan, semakin menularkan kebahagiaan.

Dan Ibuku sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi, sampai ketika kedua mempelai mengambil sumpah.

Aku setuju pada Paman; tidak seharusnya Ibu datang ke pernikahan Brian. Dia memang sudah melihatku dan Brian tumbuh besar bersama dan saling mencintai. Ketika kami mengutarakan pada Ibu tentang keinginan kami untuk menikah, Ibu menyetujuinya; berpikir bahwa Brian sudah seperti anak laki-lakinya sendiri dan sudah melindungiku sejak dahulu. Ibuku hanya tidak ingin repot-repot khawatir aku akan jatuh cinta pada orang yang salah karena baginya Brian adalah orang yang tepat.

Orang yang tepat...

Sampai takdir memberiku jalan lain. Aku telah pergi meninggalkan Ibuku, Brian, Pamanku dan seluruh kehidupan fanaku bertahun-tahun yang lalu. Karena kecelakaan kereta, saat hendak mengunjungi teman lamaku. Ibuku dan Brian berduka cukup lama dan saling menguatkan, hingga aku merasa bersyukur bahwa aku memilih dikelilingi orang-orang yang benar selama ini. Sampai akhirnya Ibuku telah ikhlas, Brian pun telah belajar menerima kenyataan; mereka menemukan kehidupan mereka kembali. Mereka sudah mulai memulihkan diri.

Ibuku selalu menganggap Brian seperti anaknya sendiri, bahkan setelah aku pergi. Dan ketika Brian datang memberitahunya bahwa dia ingin menikah dengan wanita baik yang ditemuinya di tempat kerja, Ibuku tidak punya pilihan lain selain merestuinya.

Tadinya Ibuku berpikir dia hanya akan merasakan kebahagiaan melihat Brian berdiri di altar dengan gagahnya, tetapi kemudian dia diliputi kesedihan mendalam, menemukan bahwa bukan aku yang berjalan menuju Brian dengan gaun pengantin indah itu.

Sayangnya, bukan aku.

443 🍃

Meraki [ Short Story Compilation ]Where stories live. Discover now