5. Kesal

1K 95 2
                                    

Gue ikut Bang Jaya dan perempuan cantik, Aryati, isteri Abang gue, adakah nasib atau keadaan yang lebih mengenaskan dari ini, kenyataan bahwa gebetan lu ternyata tidak akan bisa lu raih.

Ketika gue memasuki resto, karyawan resto terlihat menatap gue dengan pertanyaan sedang gue cuma mengangkat bahu sambil tersenyum bahwa semua baik - baik saja, mereka pasti mengira gue melakukan kesalahan karena gue mengikuti bos mereka naik ke lantai atas.

Gue ingin lihat muka si songong Bagas, manager yang semena - mena terhadap karyawan resto, sudah banyak karyawan yang mengundurkan diri karena dia.

Beruntungnya gue yang menjadi karyawan yang selalu berpindah - pindah jadi tidak selalu menetap di satu resto, gue dulu di resto kotu, kota tua kata anak zaman now, setelah dua bulan ini jati diri gue akhirnya terkuak, Bang Jaya meminta gue pindah dari resto satu ke resto lainnya.

Banyak karyawan bahkan manager resto yang curiga kenapa gue setiap minggu berpindah, gue cuma bilang tidak tahu, sekarang waktunya mereka tahu semua.

Bang Jaya dan Aryati serta tentu saja gue sampai pada lantai dimana ruang manager berada.

"Masuk!"

Itu suara Bagas dari dalam setelah Bang Jaya mengetuk pintu ruangnya.

"Pak Jaya dan Ibu Aryati, tumben sore - sore datang ke resto barat?" ucap Bagas.

Bang Jaya dan Aryati pasti melihat tingkah manager resto D - Blue wilayah barat yang terkesan aneh dan pastinya terlalu berlebihan dalam menyongsong pemiliknya, penjilat.

Pandangan Bagas lalu mengarah pada gue yang berdiri di belakang Bang Jaya dan Aryati.

"Ada apa Damar?" ucap Bagas.

Lihatkan, di depan Bang Jaya dan Aryati, si Bagas menyapa karyawan di bawahnya dengan nada pelan, bandingkan di lain kesempatan pasti nada tinggi yang keluar tidak tahu waktu dan tempat bahkan di depan pelanggan sekalipun.

"Damar, ayo masuk!" kata Bang Jaya.

Suara datar Bang Jaya membuat  gue tersadar kemudian ikut masuk, Bagas mengernyitkan dahi ketika gue ikut duduk di sofa yang ada di ruang ini.

"Apa ada masalah Pak Jaya, apa ada kesalahan yang dilakukan Damar yang membuat ia ada bersama Bapak?" ucap Bagas penuh kerisauan.

"Mulai sekarang, kamu harus panggil Damar dengan sebutan Pak!" ucap Bang Jaya.

Bang Jaya sempat menatap gue, karena gue mau protes dengan panggilan formal itu.

Bagas mengernyitkan dahi tidak mengerti.

"Perkenalkan dia, Damar Jati Diwangkara, anak kandung Bapak Danang Diwangkara, sekaligus pemilik resto D - Blue," ucap Bang Jaya tegas.

Bisa gue lihat muka Bagas langsung pucat, selama ini gue hanya dikenal dengan dengan Damar J. D.

Nama di setiap surat penting bahkan KTP gue hanya Damar Jati D, gue baru tahu dua bulan ini, Mak Salmah selalu berucap biar keren saja, ternyata dia ingin melindungi gue.

"Jadi dia putera Bapak Danang Diwangkara?" ucap Bagas masih tidak percaya.

"Anak kandung, sesuai dengan surat wasiat yang ada di pengacara keluarga kami, kamu tahu kalau saya adalah anak angkat, jadi Damar adalah pemilik resto D - Blue sekarang!" ucap Bang Jaya.

"Tapi bagaimana tentang pengelolaan resto sedang dia hanya koki yang baru bekerja selama dua bulan ini?" ucap Bagas.

Sebenarnya gue sudah malas dengan omongan Bagas, apa dia pikir dia lebih hebat dari gue.

"Adik saya telah bekerja selama satu tahun lebih, dari bawah, apa kamu pikir management selama dua bulan ini siapa yang pegang, dia, dia adik saya?" ucap Bang Jaya tegas.

Catatan Anak Pelacur (Selesai)Where stories live. Discover now