6. Perasaan Aneh

1K 86 5
                                    

Fresh from the oven.

Sorry typo.

Tetap view, vote n comments he he.

"Bang Jaya mau memberikan isteri Abang ke gue?" tanya gue.

Muka gue pasti sudah memerah karena gue merasakan panas yang merambat ke telinga gue.

Muka Bang Jaya memucat dengan gestur salah tingkah walaupun sedikit, sedang Aryati menunduk tidak berani menatap gue.

"Damar, sebenarnya gue dan Aryati," ucap Bang Jaya namun langsung gue potong.

"Kenapa dulu kalian menikah, lu sudah bosan dengan Aryati, buat apa lu berdua nikah kalau bosanan?" kata gue.

"Damar, bukan begitu," ucap Bang Jaya.

"Kalau memang sudah berkomitmen, jaga itu, buat apa nikah kalau bercerai, omong kosong tentang tidak cocok, harusnya kalian ingat kenapa kalian nikah dulu!" ucap gue tambah sewot.

"Damar, dengarkan dulu penjelasan Abang!" ucap Bang Jaya memohon.

"Abang sebagai laki tuh harusnya berjuang sekuat tenaga buat mempertahankan wanita di samping Abang, Abang laki kan?" ucap gue.

"Abang laki - laki tentu saja," ucap Bang Jaya pelan.

"Maka lakukan, jaga isteri lu dengan benar, Kak Aryati, harusnya lu juga berjuang bersama Abang gue," ucap gue.

Karena merasa tidak ada yang perlu gue omongin lagi, gue berbalik menuju motor gue yang terparkir tidak jauh dari tempat gue menolak ide di pikiran kedua suami isteri itu.

Ada perasaan aneh karena gue menolak ide itu, walau sebenarnya gue tertarik dengan Kak Aryati tapi gue tidak mau mengambil tindakan bodoh.

Tindakan bodoh Abah Danang Diwangkara yang menikahi Mak Salmah, lihat hasilnya sekarang, isteri tuanya terluka karena diduakan, isteri muda tidak punya pegangan karena Abah tentu saja memilih isteri tua.

Tapi kenapa Mak Salmah selalu membela Abah, katanya gue tidak berada di situasi dan posisi seperti Abah, maka gue tidak akan pernah mengerti, saking cinta kali Mak Salmah sama Abah hingga segitunya.

Kalau lihat fisik emang sih, Abah itu termasuk ganteng dan berbadan bagus seperti gue, narsis sedikit boleh, karena photo dia masih muda dipajang Mak Salmah di ruang tamu, gue pikir photo gue, ternyata Abah muda mirip gue, seperti kembar malah.

Ketika nyampai depan rumah gue melihat motor yang tidak asing, benar itu motor sohib gue.

Ketika gue membuka pintu, terlihat teman gue lagi asyik menonton film dan tentu saja dengan minuman dan camilan yang banyak, seperti orang tidak pernah makan tiga hari.

"Lu numpang makan disini, Gembor?" ucap gue.

Gue dorong kaki Gembor yang nangkring di meja dengan kasar, ia seketika menoleh marah pada gue.

"Bangke!" ucap Gembor murka.

"Apa lu, nggak sopan kaki naik derajat?" kata gue sengit.

Bukannya marah Gembor cuma nyengir, sambil menatap gue tidak berkedip, gue jadi parno ditatap begitu.

"Lu nggak kesambet kan, Gembor?" ucap gue waspada.

"Kenapa lu tambah cakep saja, kapan lu jeleknya?" ucap Gembor.

Gue bergidik ngeri, horor jadinya, gue tidak jadi duduk di dekatnya

"Gembor?" ucap gue ragu.

"Kenapa lu?" tanya Gembor sambil mengernyitkan dahi.

Catatan Anak Pelacur (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang