39. Mbak Rani Luluh.

601 70 25
                                    

Enjoy reading.

Gue dan Bang Triadi serta Nenek Sulis menaiki mobil menuju rumah.

"Dam!" seru Bang Triadi.

"Nenek tidur saja,, nanti kalau sudah sampai gue bangunin," ucap gue tanpa menoleh ke Bang Triadi.

Bang Triadi dari tadi gelisah, ia memang tidak tahu kalau gue akan membawanya ke Carla.

Gue pernah cerita apa belum kalau Carla itu malah sangat dekat dengan Mak Salmah, bahkan seperti teman bila mereka bertemu.

Caroline sangat dekat dengan Mama Setyawati, gue nggak tahu kenapa mereka bisa sedekat itu, biarlah semua damai tentu saja.

Gue melihat nenek Sulis memejamkan mata, sudah dibilang suruh istirahat malah pergi kesana kemari, keras kepalanya tidak berubah.

Yang sekarang gue lakukan adalah memejamkan mata juga, melirik sekilas ke arah Bang Triadi yang nampak gelisah dari tadi, terpejam dengan pikiran masih mencerna dengan keputusan perjodohan Carla yang spontan gue lakukan.

Semua menjadi lebih baik sekarang, hanya Bang Jaya yang belum menemukan kebahagiannya.

"Kamu mikir apa?" tanya Nenek Sulis.

"Nenek tidak tidur?" tanya gue balik.

"Oma sudah sehat, kamu tidak perlu terlalu khawatir!" kata Nenek Sulis.

"Nenek tahu yang gue pikiran?" tanya gue.

"Makanya kalau lu bertindak dipikir dulu, Carla jadi marah kan," ujar Bang Triadi.

"Tenang saja Bang Tri, Carla cuma ngambek," ucap gue pelan.

"Kamu masih memikirkan hal yang sama?" tanya Nenek Sulis.

Gue menoleh dan hanya mengangguk, memang setelah kami berdamai, gue menceritakan hal tentang Bang Jaya ke Nenek Sulis.

Tidak berselang lama mobil memasuki gerbang rumah, setelah mobil berhenti kami keluar.

Terlihat Mama Setyawati sedang sibuk dengan tanamannya.

"Siang Ma!" ucap gue.

Gue mendekatinya sambil menuntun Nenek Sulis walau ia tampak enggan karena perlakuan yang gue lakukan.

"Mama Sulis!" kata Mama Setyawati.

Jadi Mama Setyawati malah menyambut mertuanya itu, setelah puas baru sadar ada gue dan Bang Triadi.

Gue dan Bang Triadi akhirnya bisa mencium tangan Mama Setyawati.

"Mama, Carla dimana?" tanya gue langsung.

"Sepertinya di dapur, Dik Salmah ada disana soalnya," kata Mama Setyawati.

"Titip Nenek, Damar dan Bang Tri ke dalam dulu Ma!" ucap gue pelan.

Gue langsung menarik lengan Bang Triadi yang masih bingung dengan situasi ini, gue langsung memberi isyarat untuk diam begitu mendekati dapur.

"Nggak mau cerita?" kata Mak Salmah.

Gue dan Bang Triadi kini bersandar pada dinding yang menjadi pembatas ruang tengah dan dapur.

Dapur dan ruang makan di rumah ini menjadi satu.

"Tante jangan marah," ujar Carla terdengar merajuk.

"Tergantung," kata Mak Salmah.

"Nggak jadi ngomong kalau begitu," ujar Carla.

"Kan nanti kalau lu minta yang aneh - aneh, gue mana mungkin bisa kasih," kata Mak Salmah.

"Kan cuma dengar terus kasih saran," ujar Carla.

Catatan Anak Pelacur (Selesai)Where stories live. Discover now