30. Terjawab Sudah

559 67 16
                                    

Semangat, walau kerjaan kantor menggunung.

Enjoy reading.






Sebenarnya ciuman gue dan Kak Aryati itu adalah yang pertama, tapi tampaknya gue tidak akan membahas tentang hal itu disini, ada yang lebih penting.

Gue ataupun Kak Aryati dan Mbak Rani pasti tahu bahwa Bang Jaya sangat terkejut dengan pertanyaan ini.

Bang Jaya berusaha menenangkan dirinya namun kelihatan itu masih mengganggunya.

"Bang!" ucap gue tidak sabar.

"Dari mana kamu tahu?" tanya Bang Jaya dengan tatapan tidak fokus.

"Jadi benar lu ada hubungan dengan Caroline?" tanya gue ingin kepastian.

"Dulu setelah meninggalnya Papa, gue yang terpuruk dan tahu tentang lu menjadi hilang kontrol," ujar Bang Jaya lirih.

"Hubungan dengan Caroline?" tanya gue malas berputar - putar.

Bang Jaya menghela napas frustasi, memang ini adalah hal berat yang tampaknya membebani pikirannya.

"Kami dijodohkan," ujar Bang Jaya menunduk.

Tampaknya bukan gue saja yang terkejut, Kak Aryati dan Mbak Rani tampak menutup mulut tidak percaya dengan berita ini.

"Tapi kenapa lu nikah dengan Kak Aryati?" tanya gue.

"Om Utoro dan Mama selalu mendorong gue agar bisa kokoh berdiri," ujar Bang Jaya.

"Tidak nyambung banget, gue tanya kenapa malah lu menikahi Kak Aryati?" ucap gue kesal.

"Gue dipaksa menerima perjodohan itu ketika Papa sakit, gue terpaksa menerimanya," ujar Bang Jaya.

"Bang Jaya!" ucap gue meninggi.

"Hanya cara itu agar gue nggak nikah sama Caroline, maaf Aryati," ujar Bang Jaya sendu.

"Jadi bukan karena Abang mau menjauhkan Kak Aryati dari Randu dan menyelamatkan panti" tanya gue menuduh.

Bang Jaya hanya bisa menunduk pasrah, gue lihat Kak Aryati tampak kecewa.

Gue lalu meremas tangan Kak Aryati lembut dan memberikan senyuman yang semoga mampu memberi kenyaman setelah mendengar kenyataan ini.

"Ada hal lain diluar itu yang masih Abang sembunyikan?" tanya gue menyelidik.

Bang Jaya menengadahkan wajah, seperti memohon untuk mengakhiri pertanyaan berat ini.

"Katakan!" ucap gue singkat.

"Damar sudah!" kata Kak Aryati
iba.

Entah bagaimana gue sekarang mampu mengitimidasi lawan bicara, mungkin karena terbiasa karena pekerjaan yang sering menuntut itu.

Jadi gue bisa melihat kalau Bang Jaya masih menyembunyikan fakta selain ia pernah tidur dengan Caroline.

"Berapa kali Abang tidur dengan Caroline?" tanya gue datar.

"Damar!" ujar Bang Jaya meninggi.

Gue lihat Bang Jaya mengepalkan tangan dan rahangnya mengeras.

Kak Aryati memegang lengan gue agar gue berhenti bertanya, sedangkan Mbak Rani tampak menggeleng tidak percaya.

"Itukah alasan mengapa Bang Jaya tidak pernah menyentuh Kak Aryati, merasa bersalah?" tanya gue semakin menjadi.

"Itu tidak benar, gue mencintai orang lain," ujar Bang Jaya kelepasan.

Catatan Anak Pelacur (Selesai)Where stories live. Discover now