7. Permintaan Maaf

898 84 6
                                    

Tidak diedit, sorry typo.

Have a nice weekend.

Thx  4 view, vote n comments.

Gue sebenarnya malas tidur dengan Gembor, kebiasaan tidurnya itu menyeramkan, dia akan memeluk apapun dengan erat, gue pernah sampai memukul kepalanya karena hampir kehabisan napas.

Gue tidak bisa membayangkan yang jadi isterinya, bisa mati remuk tulang belakangnya dan kehabisan napas, gue melirik Gembor yang masih tidur dengan memeluk erat guling, ngeri.

Tadi malam sengaja gue minta guling dari Mak Salmah buat membatasi tidur gue dan Gembor, buat kesal saja, padahal ada ruang tamu buat dia tidur, malah minta sekamar sama gue, kangen katanya, sebenarnya gue juga, hampir dua bulan nggak ketemu.

Mending gue mandi, walau hari ini gue off, tapi besok gue harus bekerja sebagai owner resto, keliling dengan Bang Jaya lagi untuk memperkenalkan diri gue, hidup gue terlalu cepat berubah, semoga gue tidak gila karena tanggung jawab ini, padahal gue orangnya santai sekarang harus serius, sudahlah.

Ketika gue keluar dari kamar mandi, si Gembor masih molor, ini anak kuat sekali tidur, setelah memakai baju, gue menghampiri Gembor.

Cara terampuh membangunkan Gembor, mendorong jatuh ke lantai, terlihat sadis tapi cukup efektif.

Bruk.

Satu.

Dua.

Tiga.

"Sialan, mau cari mati sama gue?" ucap Gembor.

Harusnya orang jatuh, seketika itu langsung mengaduh, lain halnya dengan Gembor, sampai hitungan ketiga baru sadar ia jatuh, dasar kebo.

"Lu mau tidur terus, lu kira dimana?" tanya gue.

Gue bersedekap sambil menatap mata Gembor yang memicing menyesuaikan dengan keadaan sekitar.

"Lu resek, gue masih ngantuk. pelit amat kasur gue tidurin," ucap Gembor.

Gue lihat dengan perlahan Gembor menaiki tempat tidur lagi dengan mata setengah terpejam.

"Lu mau bangun terus mandi, atau tidak hanya lu jatuh ke lantai tapi gue lempar lewat jendela!" ucap gue.

"Damar, lu sadis amat sama gue, ya sudah sana gue nanti nyusul!" kata Gembor.

"Sekarang Udin Gembor!" ucap gue penuh penekanan.

"Iya, ini mau jalan, resek banget lu?" ucap Gembor menggerutu.

Setelah gue memastikan bunyi air di kamar mandi, baru gue beranjak keluar kamar.

Gue terkejut ketika keluar kamar mendapati Om Utoro ada di meja makan, yang lebih mengejutkan adalah Cang Burhan juga ada disana, sedang Bang Jaya telah biasa sarapan dengan kami.

"Cang Burhan apa kabar?" ucap gue.

"Baik," balas Cang Burhan.

Ini kenapa pagi begitu senyap, padahal ada lima manusia termasuk gue di ruang makan.

"Mak Salmah sarapan gue mana?" ucap gue.

Tidak begitu lama nasi goreng terletak di depan gue.

Plak.

"Aduh, kenapa Mak Salmah mengeplak kepala gue?" ucap gue.

Lumayan juga tangan Mak Salmah pagi ini, untung kepala gue tempurungnya keras jadi nggak bakalan gegar otak.

Catatan Anak Pelacur (Selesai)Where stories live. Discover now