37. Nenek Sulis Sakit

452 61 11
                                    

Jangan suka mensyukuri bila hal yang tidak baik terjadi pada orang yang kita tidak suka.

Enjoy reading.





Setelah tragedi pengusiran Nenek Sulis dan gue memutuskan hubungan dengan Diwangkara Group, gue merasa lega, tapi di sisi lain gue merasa ada yang salah, tapi ego mengatakan jangan peduli.

Selain kembali mengurusi resto bersama Bang Jaya, gue juga mengembangkan toko roti, semua itu membuat gue tidak memikirkan tentang Diwangkara.

Apalagi Mak Salmah dan Om Utoro yang melangsungkan pernikahan membuat pikiran gue tidak sekalipun memikirkan Diwangkara.

Pernikahan mereka dilangsungkan sederhana seperti permintaan Mak Salmah, hanya sedikit teman - teman kami yang di undang serta keluarga Om Utoro saja, begitulah.

Mak Salmah sepertinya sangat terharu, inilah kebahagian yang mungkin telah lama diimpikannya, mempunyai suami yang menemaninya menua bersama.

Om Utoro juga tampak sangat bahagia, bisa dilihat dari raut wajahnya yang berseri selama acara berlangsung.

Kami tentu saja ikut bahagia, gue juga akhirnya rela Mak Salmah menemukan sandaran hati, gue tahu Om Utoro adalah pria yang baik.

Pagi ini, gue dan yang lain sudah ada di meja makan, ditanbah keluarga Gembor yang menginap, tapi sepertinya pengantin baru terlambat bangun.

"Apa sebaiknya kita makan duluan, lapar nih gue," ujar Gembor.

"Mbak May nggak bisa gitu si Gembor dibuat diet?" tanya gue.

"Dam, si May itu suka karena bagian tubuh gue yang merupakan kelebihan, enak disayang apalagi dipeluk," ujar Gembor.

"Kelebihan lemak yang ada punya penyakit jantung," ucap gue asal.

"Bang Jaya punya tubuh jangkung dan nggak gendut juga kena penyakit jantung," ujar Gembor membela diri.

"Gue dari lahir memang jantung nggak normal, Gembor,"' kata Bang Jaya.

Gue sebenarnya agak was - was ketika Gembor dan gue membahas tentang jantung, untung Bang Jaya tidak terpengaruh tentang hal itu.

"Gue lupa Bang Jaya dapat jantung baru, sayang jantung sebenarnya belum dapat," ujar Gembor.

"Maksud lu apa Mbor?" tanya Bang Jaya.

Gue sendiri bingung dengan perkataan Gembor, kadang ia suka asal kalau ngomong.

"Jantung sebenarnya, jantungnya Mbak Rani," ujar Gembor tertawa.

Gue ikut tertawa, sedang para wanita minus Mak Salmah yang belum bangun tentu saja, tersenyum kecil.

"Resek lu," kata Bang Jaya kesal.

"Pagi."

Kami lalu menoleh mendapati pengantin baru yang kesiangan.

"Siang kali Mak, belah duren sampai lupa waktu," ujar Gembor.

Plak.

Dengan sadisnya Mak Salmah menepak kepala Gembor, untung anaknya masih tidur, bisa trauma itu anak melihat tindakan anarki pagi - pagi.

"Ngomong sembarangan," kata Mak Salmah sambil duduk.

"Berapa ronde Om Utoro?" tanya Gembor sambil menaik turunkan
alisnya.

"Sewajarnya dan senormal seperti yang lain, Nak Udin," kata Om Utoro bijak.

"Ahh, nggak asik Om Utoro, kenapa jawabannya cuma begitu," ujar Gembor cemberut.

Catatan Anak Pelacur (Selesai)Where stories live. Discover now