36. Gue Bisa Marah

448 70 4
                                    

Hal apa yang membuat kalian marah?

Enjoy reading.


Nenek Sulis masih memandang berkeliling dimana kami sedang bercengkrama yang langsung terdiam karena kehadirannya.

"Nenek kenapa kemari?" tanya gue langsung tanpa basa - basi.

"Memangnya tidak boleh aku kemari, agar kalian bisa menyembunyikan pernikahan," kata nenek Sulis datar.

Gue juga melihat Carla yang seperti takut - takut di belakang tubuh nenek Sulis.

"Nenek mau apa sebenarnya?" tanya gue tidak sabaran.

"Tentu saja Oma mau melihat mu," kata Nenek Sulis.

Gue hanya merutuk dalam hati, kapan mau dipanggil nenek, Oma ataupun nenek kan sama saja tua - tua juga, nggak ada keren - keren amat.

"Baru kemarin kita ketemu," ucap gue.

"Siapa yang mau nikah?" tanya Nenek Sulis.

"Tidak ada," ucap gue pelan.

"Oma tidak tuli," kata Nenek Sulis.

"Kalau sudah tahu kenapa nanya," ucap gue kesal.

"Kamu kok kesal, Oma cuma mau memastikan," kata Nenek Sulis.

"Saya yang akan menikah, Ibu Sulis," ujar Om Utoro.

Gue menoleh, kenapa malah mengaku, bisa panjang urusannya.

"Saya meminta ijin Ibu Sulis untuk menikahi Dik Salmah," ujar Om Utoro tenang.

Suasana hening, Nenek Sulis mengernyitkan dahi, lalu menatap Om Utoro dan Mak Salmah bergantian.

"Jadi kamu mau cari pengganti anak ku atau memang dari dulu kamu sudah melakukannya?" tanya Nenek Sulis.

"Nenek, bukan itu maksud Mak Salmah," ucap gue membela.

"Masih bagus Setyawati yang bisa menahan diri, aku lupa siapa kamu dan dari mana kamu berasal," kata Nenek Sulis penuh sindiran.

Gue mengepalkan tangan, sedang Mak Salmah berusaha untuk tidak melawan.

"Dan kamu Utoro, kamu hidup dari mana, pagar makan tanaman," kata Nenek Sulis.

Gue bisa melihat ketidaknyamanan Om Utoro ketika dituduh seperti itu.

"Nenek, Om Utoro tidak seperti itu," ucap gue menyela.

"Kalau tidak salah, dia pelacur kampung Surga," kata Nenek Sulis tidak mengindahkan perkataan gue.

Mbak May yang ditunjuk menjadi merah mukanya, sedang gue lihat Gembor mengepalkan tangannya.

"Apa perlu gue ingatkan kalau gue juga anak pelacur," ucap gue datar.

Gue melihat Mak Salmah dan meminta maaf dengan tidak bersuara, ia hanya mengangguk pasrah.

"Bedalah Dam, kamu kan cucu Oma, beda dengan dia," kata Nenek Sulis.

Gue melihat Gembor dan Mbak May tampak tidak nyaman dengan keadaan ini, Gembor tampak berbisik kepada Mbak May.

"Dam, gue pulang," ujar Gembor.

"Lu nggak boleh pulang, atau gue pecat!" ucap gue datar.

Gembor dan Mbak May saling tatap, lalu menatap gue seperti memohon.

"Kenapa ditahan Dam, biar mereka pergi, kamu harus pilih - pilih bila berteman?" kata Nenek Sulis.

"Dam, gue....," ujar Gembor terpotong.

Catatan Anak Pelacur (Selesai)Where stories live. Discover now