Bagian 16 - Asisten pekerjaan rumah

1.4K 105 4
                                    

Avery

Kami berjalan ke kelas dan berbicara tentang ciuman itu dan ia dan Liam saling mengirim pesan singkat terus-menerus. Aku tahu ia menyukainya. Ia berbicara tentangnya pada saat pelajaran dan semua yang kami bicarakan selalu membawa kami membicarakannya.

Pada makan siang kami berada di meja kami dan orang masih memanggilku 'Muntahan'. Mereka melihatku dan tertawa. Harry dan temannya duduk di meja bundar besar, seperti biasanya. Cara dan temannya duduk sedikit jauh memandangi Harry.

Setelah makan siang kami mendapat beberapa menit waktu bebas sebelum pelajaran dimulai jadi kami berdiri diluar dan menunggu guru. Selagi berbicara aku menyadari betapa tenangnya hari ini. Tak terlalu membicarakan tentang 'Muntahan' seperti biasanya.

"Oh tidak, lihat" Sophia menganggukkan kepalanya ke arah itu dan aku memutar dan melihat Cara bersama Jenny.

"Halo pelacur" aku menghela.

"Aku punya satu hal simpel untuk ku beritahukan padamu Muntahan, jangan letakkan tangan kotor menjijikkanmu itu pada Harry. Aku melihat bagaimana kau sangat menginginkannya. Tapi kau tahu apa, ia tak menyukai perempuan jelek dan gendut sepertimu. Ia tak pernah tidur dengan perempuan seperti itu jadi enyahlah. Ia bersamaku bukan kau" kalimat yang hina itu terasa sakit. Cara seperti Johanna dan Sophie di sekolahku dulu, penghina.

"Jangan berbicara kepada temanku seperti itu" decak Sophia.

"Diamlah pelacur" kau dapaat melihat kemarahan di mata Sophia. Rasa sakit di perutku kembali muncul dan aku tak merasa baik, itu terasa seperti aku ingin muntah. Aku mengambil napas dalam untuk menenangkan diriku dan merasa lebih baik.

"Hanya ingin agar kau tahu, jika kau melakukan itu aku bersumpah kau tak akan mendapatkan sehari pun kesenangan" bisiknya di telingaku. Lalu ia berjalan dengan Jenny seraya tertawa.

"Jangan mendengarkannya, oh Tuhan, Avery kau kenapa? Kau sangat pucat" matanya lebar. Ia menaruh tangannya di keningku.

"Aku tak merasa baik"

"Aku dapat melihatnya, pulanglah dan istirahatlah. Aku akan membereskan hal yang tertinggal dan cepat sembuh aku tak ingin sendirian terlalu lama" Kami terkekeh dan mengucapkan selamat tinggal. Aku berjalan pulang dan langsung ke kasur. Sprei dingin nyaman membuatku merasa lebih baik aku perlahan jatuh tertidur.

Harry

Liam dan aku duduk di bangku luar sekolah berbicara. Liam menunggu teman Avery yang masih tak kuingat namanya. Mereka saling mengirim pesan dan semacamnya dan ia memutuskan untuk mengajaknya minum kopi, sangat lembek. Aku mengirim pesan ke Linda dan memberitahunya kalau aku akan kerumahnya dalam 30 menit. Percakapan kami disela oleh ponselku yang berdering. Itu Taylor.

"Hei Tay, ada apa?" jawabku dan ia terkekeh.

"Hai Harry, aku hanya berangan jam berapa kau akan kesini?" sial aku lupa. Aku baru saja membuat rencana dengan Linda, baiklah rencana dan rencana. Lupakan dia dan pergi.

"Kapan aku akan berada disana?" Liam melihatku dan mengerti dan terkekeh, bajingan itu. Aku melihat pacar Liam datang.

"Hei kutelpon nanti. Pacar Liam datang sekarang jadi aku akan telpon nanti. Dah."

"Dah" aku menghela.

Liam berdiri dan memberinya pelukan. Aku melawan setiap sel di tubuhku agar tidak muntah.

"Hai Harry" ucapnya dan memberiku senyuman. Aku tak berbicara apa-apa aku hanya memberinya anggukan. Aku berdiri siap untuk pergi.

"Liam kita harus ke rumah Avery dulu" namanya mengalihkan perhatianku dan aku memutar dan melihat perempuan itu.

"Mengapa?" Liam mengernyit.

"Ia pulang setelah kejadian Cara tadi dan ia demam dan terlihat pucat, jadi aku menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat" kalimat Sophia mendapat perhatianku.

"Biar aku saja" semburku.

"Mengapa kau ingin melakukan itu Harry?" ia bertanya terkejut dan aku mengangkat bahu.

"Karena, kau akan kencan jadi mengapa tidak"

"Baiklah kau tahu dimana ia tinggal" ucapnya yang membuat kepala Liam menjentik ke arahku tersenyum, berhentilah lembek. Ia menadahkanku bukunya. Aku berjalan menuju mobil dan mengendarai menuju rumahnya. Saat aku berada disana aku mengetuk pintunya. Setelah beberapa menit pintunya terbuka, ia berdiri disana.

Avery

Aku membuka pintu berangan siapa itu, mungkin Sophia dengan bukuku. Mataku terbelalak dan melihat Harry berdiri di pintu.

"Apa yang kau lakukan disini?" aku mengernyit dan ia terkekeh.

"Hai senang bertemu denganmu Avery. Aku disini untuk memberi bukumu dari sekolah" ia menyodorkanku bukunya dan aku menaruhnya di meja kunci.

"Oh maaf dan terimakasih telah menolongku" mengapa Sophia menyuruh Harry untuk memberinya padaku? Ini sangat memalukan dan canggung.

"Apakah ini hanya bukunya atau seluruh tugas?" ia hanya mengangkat bahu. Hanya bukunya...bagus Sophia.

"Baiklah kita mendapat tugas yang sama tahun lalu jadi aku tahu apa yang harus kau lakukan, aku dapat menolongmu jika kau mau?" aku menelan ludah.

"Ya" ia tersenyum.

~~~~~~~~~~~~~~~~

as always,

vote.comment.follow

bye x

The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang