Bagian 58 - tamat

1.5K 63 5
                                    

Avery.

Saat kelas terakhir berakhir aku terburu-buru ke loker untuk segera pulang, tanpa diketahui Harry. Seraya aku berjalan di jalanan, mendengarkan burung dan ind melewati pohon. Aku mengencangkan jaket ke tubuhku ketika udara dingin menerpa tubuhku. Beberapa mobil lewat selagi aku berjalan dan melewati rumah Brad yg gelap. Brad kemungkinan sedang bersama perempuan yg sedang ia dekati. Ia cantik, rambutnya coklat-berpasir, kurus dan ia selalu memakai baju terbaru. Ku pikir namanya Danielle atau semacamnya. Aku selalu berangan mengapa Harry tidak seperti Brad. Selalu membantu yg kesusahan dan tak pernah menjatuhkan orang lain. Jika seperti itu aku tahu Jake akan senang dan kita tak akan pernah bertengkar. Tapi aku senang karena Harry adalah Harry. Ia memiliki kekurangan tapi itu membuatnya menjadi dirinya.

"Ku pikir kita akan saling menemani hari ini?" suara familiar bertanya dan aku memutar dan melihat pria berambut-ikal mengernyit selagi tersenyum.

"Oh tepat maaf aku lupa" dustaku dan tersenyum padanya. Ia berjalan ke arahku dan mengambil wajahku di tangannya sebelum menyatukan bibir kami. Tak lama tangannya meninggalkan wajahku dan menyelinap ke pinggangku lalu ia mendekatkanku selagi mendalami ciumannya seraya mendorong masuk lidahnya ke dalam mulutku selagi kami berdua bertarung agar lebih dominan. Ia menang. Setelah beberapa saat ia melepas dan matanya bertemuku.

"Aku mencintaimu" senyumnya dan mencium singkat bibirku. Aku memberinya senyum ringan. Ia mengambil tanganku dan kami lanjut berjalan.

"Bagaimana harimu?" ia mencoba memulai perbincangan.

"Baik" ucapku simpel dan mengangkat bahu.

"Apa ada sesuatu yg terjadi sayang?" ia mengernyit.

"Tidak, hanya saja... kita harus berbicara" ucapku akhirnya selagi kami berjalan. Ia bergumam 'oke' selagi kami berjalan.

Aku tahu Jake akan berada di rumah Hannah hari ini, ia selalu berada disana pada hari Jumat. Kami berjalan memasuki rumahku dan naik ke kamar. Ia duduk di kasur selagi aku mengunci pintu, kau tak pernah mengetahui Jake.

"Apa yg ingin kau bicarakan?" aku melihatnya. Ia meletakkan lengannya di kakinya selagi melihatku.

"Kita" matanya melebar seraya aku mengangguk. Aku berjalan ke arahnya dan duduk di sampingnya.

"Ada apa tentang kita sayang?" ia meletakkan salah satu tangannya di punggungku selagi mengusap lingkaran kecil selagi mencium leherku. Aku mengambil napas dalam untuk menenangkan diriku sebelum berbicara.

"Beberapa bulan terakhir ini sangat luar-biasa sungguh tapi ada sesuatu yg harus kau ketahui" aku mengambil jeda selagi ia mengangguk. "Jake dan aku masih berterngkar. Sekarang bahkan semakin memburuk."

"Mengapa kau tak memberitahuku?" ia mengernyit seraya suaranya diisi dengan kemarahan dan kesedihan.

"Aku ingin memberi hubungan kita kesempatan lagi" ia mengangguk selagi berhenti mengusap punggungku.

"Jadi kau ingin putus?" ia melihat mataku dan aku mengambil napas dalam.

"Ya" ketika kalimat itu keluar dari mulutku ia bangkit dari kasur dan keluar, tak mengatakan apapun padaku. Ia membanting pintu dan tak lama ada bantingan lain di pintu lantai bawah. Aku berbaring di kasur dan mengeluarkan segalanya. Aku menangis hingga tertidur.

"Avery...Sayang, bangunlah" suara lembut familiar bergema di kepalaku. Aku membuka mataku dan melihat ibuku tersenyum. Aku mengusap mata merah dan bengkakku seraya senyumnya memudar.

"Sayang, apa yg terjadi?" ia duduk di kasur selagi melihatku.

"Hanya s-saja..." aku menangis kencang dan ia memelukku dekat ke tubuhnya selagi mengusap punggungku. Aku merasakan otakku mengulang momen di kepalaku saat Harry melakukan ini.

"Shh.. Sayang tak apa" aku memberitahu ibuku mengenai diriku yg bertemu Harry dibalik mereka. Ia tak marah atau kecewa padaku yg membuatku sangat lega. Aku menceritakan dia seluruh kejadiannya.

"Jadi kau putus sekarang?" aku menganggukkan kepalaku.

"Sayang, tak apa. Ayo turun dan aku akan membuatkanmu pancake" aku tersenyum dan mengangguk. Ia adalah ibu terbaik dan aku sudah mengetahui itu sejak malam ketika nama Harry keluar dari mulutnya aku tahu ia merasa senang padaku. Kami turun dan ia membuatkanku pancake, ayahku masih bekerja, ibu bilang ia akan menginap disana karena akan ada operasi awal besok. Kami duduk dan memakan pancake lezat selagi membicarakan segalanya.

"Terimakasih makan-malamnya bu, ku pikir aku akan pergi tidur" aku menguap dan ia mengangguk.

"Ya sayang, mimpi-indah" aku tersenyum selagi kembali ke kamar. Aku membenarkan diriku sebelum berbaring di kasur. Walau aku sudah berbicara pada ibuku aku tetap menangis, aku ingin kakakku kembali. Lamunanku disela oleh bantingan pintu dari lantai bawah. Suara Jake dan tawa mengisi rumah dan tangisan mengalir ke pipiku. Aku ingin berbicara dan tertawa bersamanya.

"Apa ia disini?" tanya Jake pada ibuku.

'Ya ia sedang beristirahat. Hari ini sulit baginya dan ku pikir ia membutuhkanmu sekarang'

'Baiklah ia seharusnya sudah memikirkan itu dari awal'

'Jake, kami membesarkanmu lebih baik dari itu. Kau selalu berada di sisinya dan ia sangat membutuhkan itu sekarang'

Langkah berat terdengar di anak-tangga dan mendekat ke kamarku. Ada ketukan lembut di pintuku.

"Avery, kau masih bangun?"

"Ya" suaraku putus karena berbicara sambil menangis. Pintunya terbuka dan ia berjalan masuk. Ia menyalakan lampu tidur. Ia tak mengatakan apapun, hanya memelukku. Ia memberiku pelukan spesial yg membuat jiwaku tenang.

"Maafkan aku dik, sungguh" aku tersenyum di pelukan dan tangisan mengalir ke pipiku, bukan tangisan sedih kali ini, hanya tangisan senang. Aku mendapatkan kembali kakakku. Kami berbincang dan aku mengeluarkan keberanian untuk menceritakannya mengenai Harry. Ia tak marah hanya kecewa padaku karena merahasiakan itu darinya tapi ia mengerti alasannya.

"Aku hanya ingin kau aman tapi aku juga ingin kau senang jadi jika kau senang bersamanya ku pikir kau harus bersamanya."Ia tak akan berbicara padaku karena apa yg telah ku lakukan"

"Jika ia mencintaimu ia akan berbicara denganmu" aku tersenyum padanya dan memberi pesan pada Harry. Tak dibalas jadi aku menelponnya tapi tak ada jawaban. Saat aku menelpon untuk kedua kalinya ia membuangku, ia mematikannya. Jake mengucapkan selamat-malam dan aku membalas gesturnya sebelum tidur, berharap esok akan lebih baik.

Jake.

Aku menutup pintu Avery sebelum kembali turun.

"Bu aku akan keluar sebentar" ia membalas 'oke'. Aku keluar ke mobil dan men-sms temanku untuk bertemu di pub. Aku tiba sedikit awal yg menyebabkanku harus menunggu yg lain. Aku melihat Harry dan mobil temannya di luar yg membuatku menyeringai. Mobil Chad berhenti dengan miliknya dan Troy. Lalu Jake dan Chase tiba.

"Oke semuanya bersikap murah-hati oke, aku butuh Harry" mereka semua mengangguk selagi kami berjalan masuk. Suara mereka mengisi pub. Mataku mendarat pada Harry. Semua kepala mereka menjentik ke arah kami selagi kami berjalan masuk.

"Hei Jake sedang pergi kencan dengan pacarmu" teriak Louis selagi mereka tertawa. Kami berjalan ke meja mereka.

"Semuanya jangan berkelahi disini" pelayannya memberitahu kami.

"Tidak disini untuk berkelahi hanya berbincang" yakinku padanya. Aku menoleh pada Harry yg memataiku.

"Harry kita harus berbicara"

"Ku pikir tidak Jake. Bisakah kau lihat kita sedang mencoba untuk menikmati waktu bersama" ucap Harry selagi meneguk birnya.

"Sekarang Harry!" perintahku. Semua ototku menegang seraya ia bangkit dari kursinya. Kami berjalan keluar pub. Ia berbalik dan melihatku.

"Apa yg ingin kau bicarakan?"

"Aku ingin kau balikkan dengan Avery"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~


The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang