Bagian 42 - Peri Lampu

1K 69 1
                                    

Avery.

Aku dibangunkan oleh seseorang yang memanggil namaku. Aku mencoba untuk mengabaikannya dan memutar posisi kasur tapi panggilan itu tak berhenti. Aku mengeluarkan geraman kencang selagi teriakkan itu semakin mendekat.

"Avery, bangun!" suara Jake memanggil dari belakang dan aku kembali mengerang selagi aku memutar untuk menghadapnya.

"Apa?" tanyaku dalam suara ngantuk, mata terpejam hampir tertidur. Aku hanya ingin kembali jatuh ke sprei dan bermimpi.

"Ada temanmu?" aku membuka salah satu mataku dan melihatnya.

"Siapa? Jam berapa sekarang?" aku duduk dan mengusap mataku. Ia terkekeh pada zombie yang ada di depannya dan aku hanya ingin menyuruhnya agar diam dan pergi tapi aku senang kalau ia merasa ini menghibur.

"Sophia dan satu lagi jadi bangunlah tukang tidur kau tak bisa tidur sepanjang Minggu" ia terkekeh dan keluar. Aku terburu-buru dan memakai sweatpants dan salah satu kaus Jake. Aku menyipratkan air dingin ke wajahku, mencepol asal rambutku lalu turun.

"Halo Avery" ia menyambutku dengan sebuah senyum besar dan aku membalasnya. Aku mencium makanan di rumah dan orang-tuaku berbicara di dapur bersama Jake.

"Ada apa?" tanyaku selagi aku berdiri di hadapannya.

"Kakakmu sangat seksi" ucapnya melamun dan aku menjentikkan jariku di wajahnya terkekeh.

"Maaf. Aku hanya ingin datang dan melihat keadaanmu. Maksudku sejak kemarin, apa yang terjadi? Dan aku sangat minta maaf karena aku harus pergi" ia memberiku senyum iba.

"Avery siapa itu?" tanya Ibuku dari dapur.

"Apa itu orang tuamu? Bisakah aku bertemu dengan mereka?" tanyanya heboh dan aku mengangguk. Kami berjalan masuk dan menuju dapur.

"Bu, yah ini Sophia temanku" senyumku dan kedua wajah mereka bahagia. Ku rasa mereka senang aku memiliki teman.

"Oh senang bertemu denganmu Sophia, Avery sering membicarakan tentangmu" ibuku menyambutnya diikuti dengan ayahku.

"Aku sangat senang kau menemukan teman" ucap Ayahku dan ia menunduk padaku. Ia memiliki kilatan senang di matanya sama dengan ibu dan kakakku.

"Sophia kau sudah bertemu Jake di pintu jadi ya itu kakakku" aku menunjuknya dan ia memberiku senyum selagi melambai. Kami berjalan ke ruang-tamu, duduk, dan berbincang.

"Jadi jawab aku, apa yang terjadi?"

"Ia datang dan menenangkanku saat serangan-jantung" memori dirinya yang memelukku dan sesi cumbu singkat membuatku merona.

"Dan ada hal lain yang terjadi ku rasa" ia memainkan alisnya dan ia melihatku merona dan aku mengangguk.

"Ia menciumku" bisikku tak ingin keluargaku mendengar. Matanya terbelalak dan ia tersenyum. Rona pipiku tak memudar malah semakin merona.

"lalu ia mengajakku kencan, kita akan kencan malam ini" mulutnya ternganga dan mata melebar.

Ia tak mengatakan apapun hanya duduk dengan ekspresi chocked di wajahnya.

"Apa kau ingin pergi? Setelah apa yang ia lakukan?" aku tahu itu terdengar sangat gila tapi aku hampir saja dihantam oleh truk. Aku memberitahu dia segalanya dan aku tahu ia senang. Bahkan saat ia chocked aku tahu ia senang dan heboh.

"Ia berhenti di tengah-tengah?! Sial ia gila tapi itu lucu dalam cara yang gila. Apa yang akan kau pakai? Kemana kau pergi, Astaga kita harus bicara besok, janji?!" aku mengangguk. Aku tak tahu harus memakai apa dan kemana kita akan pergi. Kami terus berbincang dan ia menyuruhku agar hati-hati sejak apa yang terjadi terakhir kali. Setelah beberapa jam berbincang dan tertawa ia pergi dan jamnya pukul enam.

"Avery, aku dan ayahmu akan pergi kerja sekarang. Aku tak tahu kapan kami akan pulang besok karena ada beberapa operasi dan sebagainya. Bagaimanapun, sampai jumpa besok, Jake akan ada di rumah ku rasa atau mungkin pergi ke rumah Hannah. Sayang kamu" ia mencium pipiku dan memelukku dan juga ayahku.

"Dah" aku berlari ke kamar dan meloncat ke kamar mandi. Aku mencukur segalanya, membersihkan tubuhku dengan krim gel vanila dan mencuci rambutku. Aku keluar dari kamar mandi dan menutupi tubuhku dengan krim vanila yang sama. Aku mengeringkan rambutku dan berjalan ke lemari, tak tahu harus memakai apa. Jamnya terus berjalan, sudah jam tujuh. Aku memakai stocking hitam tipisku dan rok pensil dan kemeja abu-biru kendor dengan sayap malaikat hitam di belakangnya dengan beberapa perhiasan. Aku membenarkan rambut keritingku dan memakai riasan alami. AKu mendengar klakson dan aku berlari untuk memakai boots hitam dan mantel hitam. Aku berjalan keluar dan Harry berdiri disana dengan mawar di tangannya. Seperti terakhir kali, ini tak akan berjalan baik.

"Hei cantik" suaranya membuatku merona dan aku menyalaminya.

"Ini untukmu dan aku tahu kalau makan malam kita waktu itu dimulai seperti ini tapi aku berjanji padamu kalau tidak akan berjalan seperti itu lagi" ia memberiku mawarnya dan aku mengambilnya. Aku dapat mencium aroma manis dari mawar cantik itu. Ia membukakan pintu dan aku masuk. Kami menyetir dan aku merasakan kegugupan menguasai tubuhku.

"Kemana kita pergi?" tanyaku dengan penasaran dan ia terkekeh.

"Itu kejutan" aku tak dapat mengabaikan bahwa faktanya terakhir kali itu juga kejutan tapi aku menghilangkannya. Kami menyetir selama 30 menit dan kami berhenti di parkiran kosong yang di kelilingi oleh hutan.

"Apa kau ingin membunuhku?" aku hanya menyembur dan ia tertawa pada pertanyaanku.

"Tidak aku tak akan membunuhmu, kau pikir aku siapa" ia terkekeh dan keluar dan membukakan pintuku. Aku keluar dan ia membukakan pintu belakang dan mengambil sebuah keranjang. Aku mengernyit padanya.

"Apa kita akan piknik di parkiran?" aku mengernyit dan ia kembali terkekeh seraya menggelengkan kepala.

"Kemari" ia menyodorkan tangannya untuk ku ambil. Aku mengambilnya dan kami berjalan memasuki hutan. Aku sebenarnya takut. Itu gelap dan di dalam sana bahkan sepuluh kali lebih gelap. Suara asing disana-sini membuat detak jantungku berdegup kencang. Aku melihat cahaya di hutan dan kami berjalan ke arah sana.

Kami mendatangi cahaya itu dan aku merasakan semua udara meninggalkan tubuhku dan mata terbelalak. Banyak peri lampu dimana-mana dalam penerangan remang yang membuatsebuah dinding di sekitar kami, selimut di tengah-tengah dua lilin.

"Selamat datang sayang"

~~~~~~~~~~~~~~~


The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang