Bagian 24 - Sisi lain dari Harry

1.1K 86 3
                                    

Avery

Aku dan Sophia berjalan menuju pelajaran terakhir kami. Aku tak pernah bilang padanya mengenai kencan itu, aku hanya kembali berjalan dan duduk diam. Jelas pertanyaannya terus muncul seperti apa yang ia ucapkan padaku di luar kafetaria namun aku hanya diam. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan jadi aku hanya tetap diam sepanjang hari. Saat kami mengucapkan selamat tinggal aku hanya memberinya senyum.

Saat aku mulai berjalan kalimat Harry kembali muncul di kepalaku. Kalimatnya sudah terulang sepanjang hari sejak ia mengucapkannya. 'Karena itu merupakan kesalahan terbesarku' Aku tak cukup mengerti bagian mananya dari malam itu yang merupakan kesalahan terbesar, saat ia meninggalkanku atau mungkin mulanya ia mengajakku. Aku nenghela selagi berjalan menuruni jalan.

"Avery!" aku mendengar seseorang memanggil namaku tapi aku tak berbalik. Aku hanya ingin pulang, menonton TV dan makan kukis sepanjang hari. Aku mendengar langkah kaki dibelakangku dan kecepatanku meningkat selagi langkah kaki dibelakangku semakin cepat dan keras. Pernapasanku memberat dan aku dapat mendengar napas lemah di belakangku. Tubuhku mendadak berhenti dan memutar. Orang itu tak siap untuk perputaranku jadi aku terubruk keras ke dadanya.

"Ow!" aku hampir terjatuh namun bagian lain dari tubuhnya memegangku.

"Apa-apaaan Avery, mengapa kau tak berhenti saat aku memanggil namamu" aku menghela.

"Harry berikan satu alasan mengapa aku harus memutar" ia nenunduk padaku seolah-olah itu telah terlihat jelas.

"Aku ingin bicara"

"Tentang apa, kita sudah berbicara dan kau sudah menjelaskan semuanya!? Betapa salahnya malam Sabtu itu, bagaimana kau hanya meninggalkanku demi temanmu" saat ia pergi terasa seperti sebuah tamparan di wajahku dan gambaran dirinya yang merasa malu atau makan denganku membuatku tak-nyaman. Jika ia tak menyukaiku ia dapat berhenti bicara denganku, mengajakku untuk makan malam dan mengantarku pulang agar ia dapat bersama temannya.

"Bisakah kau melupakannya?" kalimatnya membuat mataku terbelalak dan mulutku terbuka terkejut.

"Melupakannya? Apakah kau bercanda Harry?" aku berteriak padanya dan ia hanya terkekeh padaku.

"Apanya yang lucu bajingan?" ia menyeringai padaku.

"Hanya saja kau sangat mempermasalahkan ini"

"Oh fuck you Harry" itu pertama kalinya aku mengutuk pada seseorang. Aku pernah marah pada orang atau sedih tapi tak pernah mengucapkan kalimat kasar terhadap mereka, aku tak pernah berani. Tapi sekarang tubuhku melonjak. Kemarahan murni mengalir di darahku.

"Kalimat tajam dari sampah kecil bodoh sepertimu" aku sungguh terkejut. Ini bukan Harry yang berjalan bersamaku atau yang mengajakku kencan atau bahkan menciumku. Aku mulai melihat sisi asli Harry yang dibicarakan orang. Setiap kalimat yang diucapkan kakakku menjadi kenyataan.

"Dan kau jangan pernah ucapkan kalimat sialan itu lagi padaku, Aku Harry Styles. Aku dapat membuat atau menyakiti kau sayang namun untuk sekarang kau telah jatuh dari pinggir. Sampai jumpa di sekolah besok" ia lalu pergi. Ia kembali menunggalkanku berdiri sendiri namun kali ini tidak merasa sedih atau marah. Kali ini aku merasa takut. Aku merasakan bulu-kuduk menguasai kulitku selagi perasaan terlalu familiar itu menguasai tubuhku, perasaan yang belum kurasakan sejak aku tiba disini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang