Bagian 53 - rentan

846 60 0
                                    

Harry

Suara semua orang terputar di belakang kepalaku selagi mataku terkunci di pintu masuk kafetaria. Mataku segera melihat jam, 11.15. Avery terlambat lima belas menit. Kakiku mulai mengetuk selagi menunggu dengan sabar di pintu untuk kehadirannya. Aku melihat Sophia yang berbicara dengan Liam.

"Sophia, dimana dia?" tanyaku dengan nada tegas. Ia menenangkan tawanya dari candaan yg dibicarakan Louis. Kesabaranku memendek saat ia tak menjawab.

"Aku tak tahu, kita berjanji akan bertemu disini" ia mengangkat bahu dan melihat jam dengan gugup. Aku kembali melihat ke pintu saat seseorang memasuki pintu tapi bukan Avery hanya Cara dengan teman bodoh di belakangnya. Cara berjalan mencoba terlihat seduktif tapi ia hanya terlihat seperti orang bodoh yg menjilat bibir dan menarik rambut pirangnya.

"Hai Harry" ucapnya selagi berdiri disamping meja kami. Memblokir pandanganku di pintu.

"Diamlah Cara" aku mendorongnya ke samping untuk kembali melihat. Cara tertawa dan memeriksa ponselku. Ada teks dari Avery.

Dari: Sayang

Aku merasa sakit jadi aku pulang, sampai jumpa besok! <3

Aku membaca pesan itu berulang-ulang. Ada yang tidak beres.

"Sophia, Avery pulang, katanya ia sakit?" kalimatnya keluar seperti pertanyaan dan ia mengernyit. Jelas ada yang tidak beres. Aku berdiri dan berlari dari kafetaria menuju mobil di parkiran.

Mesinnya menyala dan aku menyetir secepat mungkin ke rumah Avery. Aku memarkir tepat di depan rumahnya dan berlari ke pintu.

Aku mengetuk satu kali, tak dijawab.

Aku mengetuk sekali lagi, tak dijawab.

Aku mengetuk ketiga kali, masih tak dijawab.

Aku menghela keras lalu berjalan ke pohon di lapangan lalu mulai memanjat ke atapnya. Memori tadi malam terulang-ulang di kepalaku bersamaan dengan kegugupan. Tirainya menutupi pandanganku dan aku melihat ke sekitar area untuk melihat apa aku sendiri. Aku mencoba untuk mendorong jendelanya tapi tertutup jadi aku mengetuk kecil kacanya tapi tak ada jawaban.

"Bukalah pintunya Avery, aku tahu kau disana" tak ada.

Mendadak tirainya terbuka sedikit dan mataku terbelalak akan pandangan di hadapanku. Rambut Avery mencuat kemana-mana dan mata indahnya memerah selagi maskara berlepotan di sekitar pipi merahnya. Mataku menangkap pipi kanannya, lebih merah dari biasanya.

"Buka Avery!" berteriak tapi ia hanya menggeleng selagi menunduk.

"Sayang, ayolah" ia kembali menggeleng. Ia sedikit menutup tirai membuatku berteriak.

"Buka!" teriakku tapi ia tak melakukan apapun. Kami berdiri seperti itu selama beberapa saat. Lamunanku disela oleh jendela yg terbuka. Aku mendongak dan memanjat ke dalam kamarnya. Ia terbalut selimut pink di tubuh mungilnya dan punggungnya menghadapku. Aku perlahan berjalan menujunya dan saat tiba aku memutar tubuhnya tak mengucapkan apapun. Aku menaikkan dagunya agar ia melihatku.

"Apa yg terjadi?"

Avery

Aku menggeleng pada pertanyaannya, memberinya pukulan yg tak ingin ku bicarakan pada kejadian mengerikan yg terulang terus-menerus akan Cara dan temannya yg mendorongku ke sudut kamar mandi. Setelah ia memanggilku dengan semua sebutan dan titik lebam di mataku, pukulan. Aku merasakan tangan Harry di pinggangku mendekatiku. Ia memelukku dan itu apa yg ku butuhkan. Aku tak kuasa namun mengeluarkan semuanya. Ia mengistirahatkan kepalanya di leherku dan mengusap punggungku.

"Shh... sayang" setelah beberapa menit menangis aku perlahan melepas dan melihatnya. Ia mengusap tangisan di pipiku. Lalu ia memberiku ciuman bergairah.

"Ku mohon cerita padaku sayang" aku mengangguk. Aku memberitahu dia segalanya dan melihat bagaimana ototnya menegang akan kalimatku. Saat aku bercerita tangisan perlahan mengalir ke pipiku. Ia mengusap punggungku dan mencium puncak kepalaku.

"Apa kau pikir berpacaran denganku adalah sebuah kesalahan?" tanyaku dengan penasaran. Matanya terbelalak akan pertanyaanku.

"Apa! Tidak!" ia melihatku dan kau dapat mendengar kepanikan di suaranya.

"Kalau kau?" ia mengernyit. Apa aku seperti itu?

"Entahlah"

~~~~~~~~~~~~~~~

The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang