SATU (b)

2.1K 247 162
                                    

"Jadi, lo bikin kekacauan apa lagi di sana sampai lo berhasil keluar?" tanya Athaya sambil mengikat ulang rambut sebahunya ketika jam istirahat tiba. Mereka sedang menelusuri jalan yang beratapkan kanopi biru tua menuju kantin.

"Gue sengaja manjat pagar dan kabur dari sekolah."

Athaya menggelengkan kepala, tak habis pikir karenanya. Dan lihat! Elgra masih bisa tersenyum dengan tampang tak berdosa.

"Terus Om Ervan marah?"

"Banget, Tha. Tapi ya udah. Barang kali Bokap udah bosen marahin gue, jadinya pas gue bilang gue mau pindah, Bokap iyain deh." Elgra tertawa puas setelahnya.

"Eh!" Athaya menyikut lengannya. "Jaga sikap lo! Lo mau dikeluarin lagi apa?"

"Ya enggaklah, Tha." Elgra mengacak-acak rambut cewek di sebelah kirinya. "Kangen gue sama lo, Tha."

Athaya menurunkan tangan Elgra dari kepalanya. "Ih, iseng banget deh. Berantakan lagi, tahu!" Lalu, dia memasang wajah sebal kepada Elgra sambil merapikan kembali rambutnya. Langkahnya pun berhenti di tengah jalan.

"Terus kenapa hari pertama lo enggak masuk?" tanya Athaya usai merapikan rambut. Dia menatap cowok di hadapannya itu. Dia pun harus mendongak karena tinggi tubuhnya hanya sebatas pundak Elgra.

"Oh, itu. Tadinya gue mau ngasih kejutan gitu buat lo dengan tiba-tiba udah nongkrong manis depan kelas lo. Tapi gue habis kena ceramah panjang Bokap. Ya... enggak jadi deh." Elgra terkekeh ketika melihat sahabatnya berdecak. "Eh, entar pas pulang temenin gue main futsal, ya!"

Bukk!

Seseorang mendorong punggung Athaya dari belakang hingga dia menabrak tubuh Elgra.

"Aww, sakit...." Athaya meringis sambil memegang punggungnya.

"Sorry, sorry. Gue enggak sengaja," teriak seorang cowok dengan seragam olahraga.

Athaya hanya melihatnya sekilas. Rasa sakit di punggungnya mengalahkan semuanya. Dilihatnya cowok asing itu melemparkan senyum, lalu melanjutkan lari karena sedang dikejar oleh temannya.

"Dasar cowok enggak jelas!" gerutu Athaya.

"Tha, lo enggak apa-apa, kan?" Elgra menangkapnya tadi. Kedua tangannya masih mendekap tubuh mungil Athaya.

"Eh, sorry, El." Athaya menjauhkan diri darinya. "Iya, gue enggak apa-apa."

Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan tanpa suara. Athaya bahkan tak berani menatap Elgra. Dia tahu kalau Elgra tak akan mengalihkan perhatiannya darinya, tapi dia tetap berusaha untuk tak mengacuhkannya.

"Lo mau jajan apa? Biar gue yang beliin. Lo duduk aja." Elgra mengantarkan Athaya sampai ke meja kosong.

"Thanks, El. Hmm," Athaya melihat deretan makanan yang dijual, tapi akhirnya dia menggeleng. "Enggak usah deh, biar entar gue sendiri yang beli. Lagian juga belum terlalu laper, kok."

"Lo sakit?" Elgra memegang tangannya.

"Ih, apaan, sih? Udah, beneran gue enggak apa-apa."

Elgra memastikan lagi kalau cewek di hadapannya itu dalam keadaan baik-baik saja sebelum berlalu.

"Athaya...," teriakan dua cewek dari arah berlawanan. Mereka langsung duduk di sisi kiri-kanan Athaya.

"Lo dapet kelas apa, Tha? Gue sama Nayla di kelas 12 IPS C," kata Vega, cewek di sisi kanan.

"Gue di kelas 12 IPS A."

Nayla dan Vega adalah sahabat baiknya dari awal pertemuan mereka di kelas sepuluh. Nayla, cewek berkacamata, berambut pendek bergelombang, makanan yang paling disukainya adalah brownies cokelat buatan bundanya. Yang paling Athaya suka darinya adalah sikap tenangnya. Nayla selalu tenang menghadapi sikap Athaya yang suka tidak jelas dan sikap Vega yang suka ribet sendiri.

Vega, cewek berwajah imut, suka menggulung-gulung rambutnya kalau sedang salah tingkah di depan cowok, paling suka makan yang pedas-pedas, dan menyukai warna ungu.

"Lo di kelas yang ada murid barunya itu?!" sambar Nayla.

"Eh, siapa? Cewek or cowok? Kalau cowok, dia ganteng enggak? Kalau ganteng, kenalin ke gue dong, Tha!" Vega mengguncang-guncangkan lengan Athaya.

Yang mendapat serbuan pertanyaan hanya dapat menghela napas. "Itu pertanyaan apa kereta, Mbak? Panjang amat."

Kedua cewek di samping Athaya tertawa tanpa malu.

"Sorry, Tha, kita enggak berhasil nemuin lo kemaren. Lagian hape lo kenapa, sih? Enggak nyambung-nyambung ditelponin," kata Nayla. Yang ditanya malah terkekeh garing. "Eh, emang lo pas pulang ke mana, sih? Kita tungguin juga, lo enggak nongol-nongol."

"Oh, itu. Iya, gue langsung pulang. Nyokap lagi sakit."

"Tha, ini gue beliin susu sama roti. Habisnya gue enggak tahu lo maunya apa." Elgra datang dan menaruh susu kotak rasa stroberi dan sebungkus roti di hadapan Athaya. Dia beralih lagi menuju kerumunan murid di kios Bang Jalih untuk mengambil pesanannya.

Vega menyikut lengan Athaya. "Tha, itu siapa?"

Athaya membuka bungkus roti, lalu menggigitnya. "Namanya Elgra, si anak baru, temen sebangku gue, tetangga gue. Gimana udah puas, Mbak, jawabannya?"

"Puas. Puas banget gue, Tha!" Mata Vega berbinar-binar saat mengatakannya.

Nayla membuka kotak susu milik Athaya dan menyesapnya. "Lengkap amat, Tha."

Athaya tertawa seraya melihat ke arah Elgra. Cowok itu tengah berjalan ke arahnya dengan semangkuk mi goreng dan teh manis di tangannya.

"Eh, ada temennya Athaya. Sorry, tadi gue enggak engeh." Elgra meletakkan makanan di meja, lalu mengelap kedua tangannya di seragam putihnya.

Athaya berdecak melihat kebiasaan Elgra sejak dulu; sejak mereka masih menyapa dengan sapaan aku-kamu sampai zamannya gue-lo. Dan entah sampai kapan dia akan melakukannya. Hmm, sampai zaman berubah menjadi aku-kamu lagi mungkin. Ah, pikiran konyol apa itu?

"Ya Tuhan, Elgra... kenapa kebiasaan buruk itu masih lo pelihara, sih?" tanya Athaya sambil memakan rotinya. Lalu, dilihatnya cowok itu tertawa sekilas sambil memainkan alisnya naik-turun.

Elgra mengulurkan tangan kanannya ke arah Nayla. "Kenalin gue Elgra, temennya Athaya."

Nayla menyambut uluran tangan Elgra. "Hai, Elgra. Gue Nayla."

"Udah jangan lama-lama!" Vega menyambar tak sabar tangan Elgra, "Kan gue mau kenalan juga. Halo, Elgra. Gue Vega Larashati. Panggil aja Vega."

"Eh, gue masuk duluan, ya. Mau ngasih absen ke meja piket," kata Athaya langsung. Dia hendak beranjak dari tempatnya, tapi Elgra menahan tangannya.

"Tapi entar jadi kan, nemenin gue main?"

"Iya. Tapi sebentar aja, ya. Nyokap lagi kurang sehat soalnya."

Athaya tidak mau terjadi apa-apa dengan bundanya. Dia harus menjaganya. Karena dia tak mau lagi mengalami yang namanya kehilangan. []

^^

Maaf baru sempet update, ya. Tinggalkan jejak manismu di sini.

Thanks,

Aya


Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]Onde histórias criam vida. Descubra agora