TIGA (b)

1.4K 160 100
                                    

Bel istirahat akhirnya berbunyi, tanda pelajaran Geografi telah usai. Para siswa langsung berhamburan keluar kelas setelah Bu Novi berlalu.

"Tha, gue lihat catetan lo, dong! Gue ada yang ketinggalan. Diktenya cepet banget tuh guru," kata Moreno, cowok yang duduk tepat di belakang Athaya.

"Emangnya Rui enggak nyatet?" tanya Athaya seraya menyerahkan buku catatan.

Pandangannya teralih ketika Elgra beranjak dari tempatnya. Elgra tidak mengatakan sepatah kata pun kepada Athaya. Mungkin dia sedang terburu-buru. Entahlah.

"Rui lagi marah sama gue, Tha."

"Kenapa?" Athaya kembali fokus kepada Moreno.

Moreno mengangkat bahunya. "Lagi red days kali. Enggak berani nanya gue."

Athaya terkekeh geli. "Sabar ya, Moo." Lalu, dia menepuk-nepuk pundak cowok itu. "Gue ke kantin duluan, ya!"

Moreno, cowok cool yang kalau boleh dibilang tingkatannya itu berada satu tingkat di bawah Elgra. Dia menjabat sebagai ketua kelas 12 IPS A. Dan dari sekian banyak cewek, hanya Athaya yang memanggilnya Moo. Dia pun tidak pernah tersinggung dengan panggilan itu.

"Athaya!!" teriakan itu membuatnya menoleh ke belakang. Dia mengernyit heran karena melihat Vega masih dengan pashmina berikut kacamatanya. Vega berjalan cepat ke arahnya. Dan ya, Vega menjadi tontonan gratis para siswa.

"Tha, ke kantin bareng, yuk!" katanya kemudian.

"Kenapa lo masih pakai beginian, Ga? Malu, tahu. Dilihatin anak-anak tuh."

"Udah biarin aja." Dia menggamit tangan Athaya.

"Entar kalau ada guru yang nanyain, gimana?"

"Bilang aja gue sakit mata."

"Lho, Nayla mana?"

"Nayla ke markas."

Begitu mereka sampai di kantin, rasa lapar Athaya lenyap karena melihat kerumunan para siswa yang kelaparan. Diurungkan niatnya untuk membeli makanan, tapi ada satu yang menarik perhatiannya.

Rayyan. Cowok itu tengah melahap makanannya dengan tenang di sudut kantin, seolah dia tak terusik dengan kerumunan yang ada. Dia... sendiri? Ke mana teman-temannya?

"Tha, ayo! Ngelihat apaan, sih? Udah, ayo! Yang ditempatin Rui udah kosong tuh." Vega melihat Rui—cewek keturunan Jepang—beranjak dari tempatnya.

Athaya menghela napas ketika dia berhasil duduk, sedangkan Vega langsung berdesakan untuk memesan semangkuk mi ayam. Athaya belum begitu lapar, jadi dia hanya menunggunya sambil mendengarkan musik lewat ponselnya. Dia memasang earphone di telinga kanannya. Dan selanjutnya, Athaya dengan bebas mengamati Rayyan karena jarak mejanya dengan meja Rayyan cukup jauh, jadi tak mungkin Rayyan memperhatikannya. Kecuali cowok itu sadar kalau ada sepasang mata yang mencuri pandangan ke arahnya.

"Hayooo. Ngelihatin siapa, sih?" Suara Nayla memutuskan pandangan Athaya. Dia menjentikan jarinya tepat di depan wajah, membuat Athaya berdecak gemas. Lalu, Nayla duduk di sebelah kanan setelah meletakkan dorayaki cokelatnya. "Serius amat, Mbak. Eh, lo enggak makan?"

Athaya menggeleng. "Lo ngapain ke markas?"

"Nengokin aja. Udah lama enggak ke sana. Eh, entar jadi ya ngumpul."

Athaya mengangguk. Dia melepas earphone-nya. "Eh, kenapa tadi lo bilang tema mading itu perempuan? Kan kita belum rapat sama yang lain, Nay."

"Ide dadakan itu, Nay. Semalem muncul aja pas gue lagi bantu Nyokap."

Vega datang dengan mangkuk berisi mi ayam Bang Jalih, menu andalannya. Dia duduk tepat di hadapan Athaya. Tak lupa dia memberikan saus sambal di atasnya.

Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]Where stories live. Discover now