SEPULUH (b)

901 74 32
                                    


Nayla:

Tha, gue ke rumah lo, ya!

Sekarang!

Penting!


Kening Athaya berkerut membaca pesan WhatsApp dari sahabatnya itu. Tak biasanya Nayla meminta izin terlebih dulu kepadanya.

Athaya melihat jam weker beruang putihnya. Sudah cukup malam untuk bertamu. Pukul 20.30! Ah, pasti ada yang enggak beres, gumam Athaya. Dia langsung membalas singkat.


Athaya:

Iya.


Selang beberapa detik kemudian, Ding Dong!

Suara bel memenuhi isi rumah. Athaya bangkit dengan malas dari tempat tidurnya. Dia membuka pintu kamarnya dan melihat Tante Hera keluar kamar.

"Biar aku aja, Bun, yang buka pintunya."

"Emangnya siapa, Kak?"

Athaya berjalan ke arah pintu dan membuka pintu. Dia mengintip dari celah pintu. Seorang cewek berkacamata lengkap dengan piyama merah jambu bergambar domba-domba kecil dan dipelukannya terdapat boneka domba buluk kesayangannya.

Dengan wajah datar, Athaya menutup rapat pintu. Dilihatnya Tante Hera tengah menunggu jawaban.

"Nayla, Bun," katanya.

"Ya udah. Disuruh masuk dong, Nak! Kok malah ditutup lagi? Jangan didiemin gitu. Kasihan Nayla. Udah malem, lho!"

Athaya menyengir. "Iya, Bunda." Dia membuka kembali pintu. Cewek berkacamata itu terlihat sedang duduk meringkuk memeluk lututnya. "Lo ngapain sih, Nay? Bertamu semalem ini. Enggak sopan, tahu!"

Nayla tersenyum lebar. Lalu, dia berdiri. Dia mengambil bonekanya dan mendekap erat. "Gue nginep di rumah lo, ya! Kan besok tanggal merah." Dia memainkan kedua alisnya naik turun.

Athaya menghela napasnya. "Pasti ada maunya deh!"

Nayla terkekeh. "Udah. Ayo, gue mau makan, nih!"

Athaya tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk menolaknya karena Nayla sudah menarik tangannya.

"Nih, adanya mi rebus doang!" Athaya mengangsurkan mangkuk berisi mi rebus lengkap dengan telur dan sayuran ke depan wajah Nayla yang sedang duduk di karpet di kamar Athaya.

Cengiran lebar terlukis di wajah Nayla. Sambil menerima mangkuk itu, dia berkata, "Makasih, Athaya sayang! Lo emang sahabat gue yang paling baik."

Athaya duduk di sebelah Nayla dan mengambil majalah remaja yang sengaja dibelinya tadi sepulang sekolah. By the way, sewaktu pulang sekolah tadi, Athaya sambil mengayuh pelan si Putih dan Rayyan berada di sisinya dengan motornya. Cowok itu mengatakan bahwa dia akan mengantarnya pulang kali ini sebagai ucapan terima kasih.

"Oh, ya, Tha. Lo cerita dong ke gue tentang malem itu. Gue penasaran tahu."

"Makanannya habisin dulu."

"Udah. Udah habis, kok. Makasih banget ya, Tha."

Athaya menutup majalahnya dan beralih ke mangkuk Nayla. Matanya membulat ketika melihat mangkuk itu kosong. "Lo laper apa kesambet, Nay?"

Nayla terkekeh. "Laper, Tha." Dia tertawa lagi. Lalu, dikecupnya pipi kiri Athaya dengan bibir yang basah dengan kuah mi.

"Ih, apaan, sih?" Athaya buru-buru mengelap pipinya dengan ujung piyama biru mudanya.

Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن