DUA (a)

1.9K 192 94
                                    

Nayla:

Tolong kasih tahu anak-anak JS, besok kumpul di markas!

Athaya membaca pesan darurat itu dan segera saja mem-forward kepada anak-anak Jurnalistik Sekolah, termasuk Vega. Ah, kenapa Nayla enggak mau bikin grup WhatsApp aja, sih? Dia kan pemimpinnya. Kenapa masih ingin melakukan pesan berantai seperti ini? Athaya hanya bisa pasrah setiap kali dia menerima pesan seperti ini. Jurnalistik Sekolah adalah sebutan untuk mading sekolah, by the way.

Athaya mengangkat pandangan ketika seseorang menggenggam tangannya. Elgra. Cowok itu tampak segar dengan titik-titik air di rambutnya dan wajahnya yang basah.

"Tempat futsal di mana?" tanyanya sambil mengelilingi pandangannya ke seantero sekolah.

"Ada di belakang ruang mading."

"Ya udah. Yuk!" Dia menarik tangan Athaya dan mengajaknya berlari.

"Aduh... sakit, tahu!" Athaya mengaduh seraya melepaskan genggaman Elgra di pergelangan tangan kirinya. "Tuh, kan, merah!" Dilihatnya Elgara dengan tatapan marah, tapi sebenarnya tidak benar-benar marah. Athaya tidak bisa marah kepada sahabatnya yang satu ini.

Elgra terlihat seperti merasa bersalah. "Yah, Tha, maaf." Dia meraih tangan kiri Athaya dan mengelusnya.

"Udah. Enggak apa-apa kok, El. Lagian semangat amat lo mau main doang."

Elgra tersenyum hangat. "Gue udah lama enggak main, Tha."

Tak lama, mereka sampai di lapangan indoor futsal. Ternyata tidak hanya mereka yang ada di sana. Beberapa cowok sudah terlihat menggunakan kostum futsalnya.

"Tha, gue ganti dulu, ya. Lo duduk di sini aja. Tolong jagain tas gue."

Athaya duduk di tempat yang ditunjuk Elgra dan memainkan ponselnya tanpa banyak komentar. Dia membuka laman Instagram dan langsung melihat foto milik Vega. Cewek itu mem-posting fotonya di depan salon dan menulis caption, "Bye-bye rambut panjang".

Alisnya bertaut usai membaca caption tersebut. Langsung saja dia menulis komentar di bawahnya, "Yakin mau potong rambut? Hahaa. WA baca WA!"

Sekilas Athaya membayangkan bagaimana penampilan Vega dengan rambut pendeknya. Sahabatnya yang satu itu selalu menebar pesona pada cowok yang disukainya. Apa mungkin dia mengubah penampilannya kali ini karena ada cowok yang tengah disukainya?

Apa pun itu, Athaya sebagai sahabat yang baik akan tetap mendukungnya.

Dia melirik ke sisi kanan dengan sudut matanya. Seperti ada seseorang yang tengah menatapnya. Ah, biarin aja. Males banget ngeladenin gituan....

Pandangannya masih menatap layar ponsel dan jemarinya pun ikut sibuk menelusuri foto-foto yang di-posting di Instagram. Mungkin kalau ada yang melihat matanya saat ini, dia akan mengatakan bahwa matanya berbinar-binar. Ya, matanya memang sedang berbinar melihat warna-warni buku yang dihias sedemikian rupa sehingga terlihat cantik saat difoto.

Tiba-tiba, ada tiupan kecil dari arah depan yang mengejutkannya hingga dia mengerjap.

"Lagi lihat apa, sih? Serius amat." Elgra memasukkan seragamnya ke tas, lalu duduk di sebelah kiri Athaya.

Athaya menggeleng. "Eh, lo enggak main? Gabung aja. Sebentar kayaknya tadi gue lihat temen gue deh." Dia mengalihkan pandangan ke arah sekelompok cowok yang sedang menuju ke tengah lapangan.

"Agit!!" Athaya mengangkat tangan tinggi-tinggi, lalu melambai ketika yang dipanggil menoleh. Dia memberi kode kepadanya untuk mendekat.

Agit, cowok berambut cepak dan selalu diberi gel ini adalah ketua dari tim futsal. Dia juga teman dekat sekelas Athaya sewaktu kelas sepuluh.

Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]Where stories live. Discover now