LIMA BELAS (b)

924 61 28
                                    

Elgra telah mendapat kabar tentang Vega yang bersedia menemui Athaya dari Nayla. Kini dia sedang menunggu kedatangan kedua cewek itu di rumah Athaya. Tentunya rencana ini tidak diketahui Athaya.

Dia menghampiri Athaya yang sedang membaca novel teenlit di taman belakang. Cewek Kesayangan-nya itu duduk di bean bag. Kedua telinganya terpasang earphone. Angin memainkan anak rambutnya. Melihat Athaya ada di hadapannya kini membuat hatinya menghangat. Tapi, apakah kalimat yang dilontarkan Athaya kemarin benar-benar dari hatinya? Sayang sebagai apa? Sebagai orang yang spesial atau sebagai sahabat? Argh....

Elgra tidak mungkin menanyakan pertanyaan itu. Nanti malah mengganggu perasaan Athaya dan Athaya menjauhinya lagi. Elgra tersenyum miris. Enggak! Gue enggak bakal bertindak sebodoh itu.

"Baca tuh buku pelajaran, Tha. Ini malah novel." Elgra mengulurkan susu kotak stroberi persis di hadapan Athaya.

Melihat itu mata Athaya langsung membulat. Dia menutup novelnya dan melepas earphone. "Thanks, El!"

Elgra duduk bersandar di kaki Athaya. Dia mengeluarkan ponselnya dan memainkan games.

"El, tahu enggak?"

"Enggak."

"Ih, gue belum selesai ngomong. Dengerin dulu makanya." Athaya menyesap susu stroberinya. "Gue kangen lo ngasih susu stroberi, El."

Elgra menoleh ke Athaya. "Oh, susunya doang. Orang yang ngasihnya enggak?" Dia kembali memainkan ponselnya sambil mengangguk-angguk. "Okay, fine."

Athaya memain-mainkan rambut Elgra. "El, lo parah sih bikin orang enggak bisa ngelupain lo."

Elgra menghentikan jari-jarinya di atas ponsel.

"Usaha gue buat ngelupain lo sia-sia, El. Parah, kan?"

Elgra menghela napas. Tatapannya menerawang. "Tha, sebenernya gue itu siapa sih buat lo?"

"El, please, jangan tanya itu sekarang. Gue masih enggak ngerti sama perasaan gue."

Elgra terdiam.

"Lo pasti mikirin omongan gue yang kemarin, ya?"

Drrrttt... drrttt... Ponsel Elgra bergetar. Tertera nama Nayla di layarnya.

"Sebentar, Tha." Dia langsung berdiri dan meninggalkan Athaya dengan pertanyaan yang menggantung.

Tak lama kemudian, Elgra kembali. "Tha, ada yang mau ketemu."

Nayla muncul dengan menggandeng Vega.

Nayla langsung menghambur ke pelukan Athaya setelah menaruh tas kain di atas meja. "Tha, lo enggak apa-apa, kan? Ada yang sakit, ha?"

"Enggak apa-apa kok, Nay. Untung ada Elgra di dalam."

Nayla tersenyum. "Iya. Elgra cerita semua sama gue. Oh, ya. Gue bawa brownies, lho! Khusus buat lo." Dia mengeluarkan kotak makanan merah mudanya, lalu memberikannya kepada Athaya.

"Buat gue mana?" tanya Elgra.

"Enggak ada. Mampir dong ke Kafe 2N! Udah resmi buka, lho!"

"Oh, ya? El, beliin...." Athaya menarik-narik ujung baju Elgra.

"Hmm."

"Asyik... Nay, Elgra mau ngeborong browniesnya!"

Mendengar itu, mata Elgra terbelalak. Itu membuat Athaya dan Nayla tergelak.

Setelah tawanya mereda, pandangan Athaya fokus ke arah Vega. Vega terlihat menundukkan kepalanya.

"Vega, sekarang lo jelasin kenapa lo sampai tega ngunciin Athaya kemarin?" Elgra angkat bicara. "Lo enggak mikir apa akibatnya ke Athaya kalau dia bener-bener sendirian?"

Elgra duduk di tepi panggung. Kedua tangannya ditumpukan di lututnya. "Vega, jawab!"

Vega sempat memejamkan mata saat Elgra berteriak. Tak terbayang olehnya kalau Elgra akan marah sebesar ini kepadanya. Ini sungguh di luar dugaannya.

"Kalau gue enggak ada di sana kemarin, gimana?"

Vega terisak. "Tha..., maafin gue."

"Kurang jelas!" teriak Elgra. Dia mengusap wajahnya dengan frustrasi.

"Athaya, gue minta maaf." Vega sesegukan. Dia mengangkat wajahnya, melihat Athaya. "Gue enggak pernah punya niat jahat sama lo, Tha. Sampai gue akhirnya suka sama Elgra."

Elgra tertawa sinis. Dia berdiri, lalu berjalan ke belakang bean bag yang Athaya duduki. "Lo suka gue, tapi lo tega nyakitin sahabat lo sendiri?"

"Elgra, gue minta maaf. Gue enggak bermaksud untuk—"

"Enggak bermaksud gimana? Minta maaf ke Athaya, bukan gue!"

Athaya mendongak sambil memegang tangan Elgra. "El, udah."

Elgra menggeleng. "Belum, Tha. Dia belum nyebutin alasannya ngunciin lo."

Vega berjongkok sambil menutup wajahnya. Tangisnya semakin kencang. "Gue ... mau jalan sama lo, El. Tapi lo tetep perhatiin Athaya. Gue ngerasa cemburu. Gue iri sama lo, Tha."

"Enggak lucu lo, Ga!" Elgra membuang pandangan ke arah pintu kaca rumah.

Vega membuka telapak tangannya. Dia mengusap air matanya. "Maaf, El. Gue tahu sebesar apa pun dan sekuat apa pun usaha gue buat ngerebut hati Elgra, enggak bakalan bisa. Hatinya udah jatuh ke lo seutuhnya, Tha."

Athaya mengerjap. Dia tak berani melihat Elgra. Pandangannya beralih pada cover novel yang dipegangnya.

"Tha." Vega berdiri dan menghampiri Athaya. Dia memeluk erat sahabatnya. "Gue minta maaf karena udah bikin lo sakit. Gue janji enggak bakal ganggu hidup lo lagi." []

Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang