LIMA (a)

1.1K 118 30
                                    

"Maaf, Ray, buat kejadian kemarin. Gue jadi enggak enak sama lo."

Athaya baru sempat bertemu Rayyan pada saat jam istirahat keesokkan harinya. Dia pergi ke kantin lebih dulu sebelum teman-temannya datang dan mengerubunginya. Elgra pun hanya diam saat dirinya mengatakan bahwa dia ingin menemui Rayyan.

Dan benar saja, Rayyan tengah duduk sendiri di sudut kantin. Dia sedang menulis sesuatu di buku tulisnya.

Athaya duduk berhadapan dengannya tanpa memberikan sapaan terlebih dahulu dan langsung mengucapkan dua kalimat tadi hingga membuat Rayyan terkejut. Rayyan langsung menutup bukunya dan melihat cewek di hadapannys dengan alis bertaut.

"Eh, maaf. Ganggu, ya? Kalau gitu, gue pergi. Sampai jumpa." Athaya mengucapkannya dengan buru-buru. Takut Rayyan marah kepadanya. Jantungnya berdetak tidak keruan. Pikirannya sedang tidak fokus, antara meminta maaf kepada Rayyan dan takut ketahuan kedua temannya.

Tapi ketika Athaya hampir pergi dari tempatnya, Rayyan menahan tangan Athaya. Setelah Athaya menoleh kepadanya lagi, barulah Rayyan membebaskan tangannya.

"Athaya, kenapa?"

Athaya masih tampak mengatur napasnya. "Ray, lo enggak marah kan kemarin gue diemin dan malah milih Elgra?"

Rayyan sempat terdiam sesaat, lalu tersenyum. "Buat apa gue marah? Gue tahu kok di mana posisi gue kemarin."

"Aduh, Ray. Sumpah gue malu banget sama lo."

Rayyan tertawa kecil. "Udah. Jangan dipikirin lagi, ya. Yang udah lewat, ya udah. Jangan ngerasa bersalah begitu."

Athaya tersenyum canggung. Ini benar-benar di luar dugaannya. Tapi bagaimanapun juga dia harus memperbaiki keadaan. "Hmm, Ray, sebagai permintaan maaf gue, mau enggak entar pulang sekolah kita makan es krim?"

"Athaya!" Teriakan Nayla cukup membuat Athaya terkejut.

Athaya memejamkan matanya sesaat. "Nayla, please...," gumamnya.

"Dipanggil temennya tuh." Rayyan kembali menyentuh tangan Athaya.

Athaya membuka matanya perlahan dan mendapati Rayyan tengah tersenyum hangat kepadanya.

"Udah. Enggak apa-apa, kok. Oke, entar kita makan es krim. Dan itu biar gue yang traktir."

"Eh, enggak usah, Ray. Kan gue yang ngajak, berarti gue yang traktir lo."

Rayyan tertawa renyah. "Ya udah. Thanks, ya."

Athaya beranjak ke meja yang ditempati Nayla dan Elgra. Dia melirik Nayla dengan tatapan kesal. Bukan apa. Hanya saja dia merasa tidak bebas. Lalu, dia duduk di sebelah Elgra seperti biasa. "Kemarin kenapa?" Nada bicaranya berubah menjadi ketus.

Elgra memberikan susu stroberi kemasan kotak kepada Athaya, "Nih, minum dulu."

"Lupain soal kemarin. Sekarang lo bilang ke gue, ada hubungan apa lo sama Rayyan?"

"Enggak ada apa-apa. Cuma temen. Kenapa?"

Elgra mengelus punggung telapak tangan Athaya, "Tenang, Tha."

"Lo mau ngelarang gue lagi?" Athaya mendengkus. "Gue punya hak buat berteman dengan siapapun. Jadi lo sebaiknya enggak usah ganggu gue." Dia segera bangun dari tempatnya dan berlari.

"Athaya, dengerin gue dulu! Gue cuma pengin ngasih tahu, Tha!" teriak Nayla. Tapi teriakannya itu sia-sia karena Athaya tetap berlari.

"Biar gue tenangin dia dulu, Nay," kata Elgra.

"Iya, tolongin gue, Elgra. Gue enggak mau dia salah paham sama gue."

"Kalau boleh tahu, emang ada apa dengan Rayyan?"

Nayla menarik napasnya. Sebaiknya dia menceritakan semuanya tentang cowok itu kepada Elgra. Walau bagaimanapun, Elgra berhak tahu apa yang menjadi penyebabnya. Pun karena cowok itu memiliki peran lebih terhadap Athaya.

***

Setelah mendengar penjelasan Nayla, Elgra langsung menuju kelas. Dia menemukan Athaya tengah duduk sendiri di ruang kelas. Cewek Kesayangan-nya itu membenamkan wajahnya pada lipatan tangannya di atas meja.

Elgra berlutut di depan meja Athaya. Dia mengelus lembut kepala Athaya. "Athaya," dia terus mengelusnya, "makan dulu, yuk! Entar lo sakit gimana? Gue enggak pernah lihat lo makan, lho. Lo enggak apa-apa, kan? Bilang aja sama gue, Tha."

Athaya mengangkat wajahnya. Matanya basah. Pipinya pun memerah.

Elgra agak terkejut melihat Cewek Kesayangan-nya itu menangis. Diusapnya air mata yang baru saja menetes dengan ibu jari tangan kanannya. "Yang gue tahu, sahabat gue ini selalu tersenyum, kecuali—"

"Kemarin," sambung Athaya. Sekilas dia tertawa pelan.

"Nah, gitu dong. Jangan nangis lagi, ya. Nih, minum dulu susu stroberinya."

Athaya menatap Elgra dengan raut wajah curiga.

"Kenapa?" tanya Elgra.

"Sampai kapan lo ngasih gue susu stroberi?"

Elgra tidak langsung menjawabnya. Hal ini merupakan kebiasaannya sejak kecil, memberikan susu dengan rasa stroberi. Pun karena dia tahu, stroberi adalah kesukaan Athaya.

Athaya pernah bilang alasannya saat Elgra menanyakan mengapa dia suka sekali dengan buah itu. Selain warna merahnya, bentuknya yang menyerupai hati, rasanya pun tak selalu sama. Selalu ada kejutan di dalamnya.

"Gue enggak tahu bakal ngasih sampai kapan. Kalau bisa, selamanya gue akan ngasih ke lo."

Athaya hanya terdiam setelah mendengar jawaban Elgra. Selamanya? Apa itu berarti....

Elgra tersenyum. Dia mengacak-acak rambut Athaya. "Udah. Enggak usah sampai segitunya lo ngelihatin gue." Dia berdiri dan pindah ke kursinya. "Pulang sekolah lo ada acara? Kalau enggak, temenin gue main futsal, yuk! Agit tadi ngajakin."

"Yah, El. Gue enggak bisa. Gue ada janji sama—"

"Oh, ya udah. Enggak apa-apa." Cepat-cepat Elgra memotongnya. Dia langsung beralih ke tasnya. Dikeluarkannya lego Iron Man dan mulai merakitnya.

Athaya terus melihat Elgra. Dia jadi merasa tidak enak. "El, sorry. Lo marah ya, sama gue." Diguncang-guncangkannya tangan Elgra. "Don't make me cry again, please. Lo jangan buat gue tambah sedih."

Elgra menghentikan aktivitasnya dan beralih kepada Athaya. Dilihatnya mata yang kembali meredup.

"Gue masih belum ngomong sama Bunda sampai saat ini walaupun laki-laki yang menyebut dirinya sebagai bokap gue itu udah pergi." Athaya menundukkan kepalanya. "Gue enggak tahu harus mulai dari mana buat perbaiki semuanya. Mungkin gue bisa mulai dari hal yang bisa gue lakuin."

Dia kembali melihat Elgra. "Gue minta maaf ke Rayyan dan janji buat ngajak dia makan es krim pas pulang sekolah."

"Hei, Tha." Elgra mengelus rambut Athaya, "Gue cuma bercanda lagi." Dia mengacak-acak rambutnya gemas. "Entar malam, gue ke rumah lo, ya!" []

Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]Where stories live. Discover now