2. Wake up.

11.6K 866 3
                                    

Ini pendek dan banyak typo atau kesalahan apapun lah yang pasti Asia gak sempet edit :)

Mulmed by hanasyifadp

***

"Bismillahirrahmanirrahiim."

Dia tersadar.

Tapi tidak terbangun.

Semula yang dilihatnya hanya gelap, perlahan tapi pasti cahaya temaram muncul di ujung jalan.

Telinganya menangkap suara asing yang melantunkan kata-kata yang tidak ia mengerti. Semula terdengar jelas, kemudian samar-samar, dan semakin menghilang.

Untuk sesaat dia tidak tahu apa dirinya, bukan siapa lagi. Pikirannya kosong, seperti kertas putih yang belum ternoda. Ketika matanya terbuka lebar dan suara yang ia dengar terhenti, tergantikan oleh dengungan yang memekikkan telinga, diikuti dengan sakit yang menghujam kepala. Tapi tubuhnya tidak bergerak atau bereaksi apapun. Sampai kemudian, semuanya menjadi hening. Dengungan di telinga itu hilang dan rasa sakit di kepalanya mereda.

"Hana." Justin memanggil, namun perempuan di hadapannya hanya bergeming, dengan tatapan kosong yang tidak mengartikan apa-apa.

"Hana." Dia memanggil lagi, kali ini terdengar lebih rendah. Ada rasa takut yang tersemat dalam di dadanya, dan mengundang rasa takit yang tak kasat mata sampai membuat jantungnya berdetak dengan tidak normal.

Justin takut pada hal yang ditakutkannya akan terjadi.

Dia mengusap rambut Hana dan mencium keningnya lama, mengucap syukur dengan bisikan pelan. Hana masih terdiam, tapi kali ini matanya menatap manik mata milik Justin. Ada kerutan sama di dahinya.

Justin tidak pernah terlalu merindu, tapi saat ini dia merasakannya dengan sangat jelas bahwa betapa dia sangat merindukan manik mata biru itu. Tapi, tetap saja, ada sesuatu yang hilang darinya.

Namun Justin tidak ingin memikirkan hal itu terlalu jauh. Yang terpenting adalah Hana telah sadar dan Justin yakin semuanya akan baik-baik saja.

Dia menggenggam tangan istrinya erat, tidak melepaskan tatapan mereka.

"Si-siapa... sssiapa..." ucap Hana terputus dengan suaranya yang serak dan dia seperti kesusahan untuk berbicara.

"A...a... Aaaaaaa..." Mata Hana melotot seketika itu juga dan membuat Justin menjadi sedikit panik.

"Sstt! Sudah... jangan dipaksakan," katanya, namun Hana tidak berhenti bersuara.

Dengan ekspresi bingung di wajahnya, rasa takut yang tampak jelas di kedua matanya, dia menanyakan pertanyaan beruntun dengan suara lemah; "Siapa kau? Apa yang kau ucapkan tadi? Kenapa aku tidak mendengar apapun? Dan... kemana suaraku?"

Justin menahan napas, dadanya seolah dihimpit batu, sampai untuk menghirup oksigen saja rasanya begitu sulit.

Ya Allah, kuatkan dan sabarkanlah kami, serta berikanlah kami selalu pentunjukMu. Batin Justin berkata, sebab lidahnya terlalu kelu untuk berucap.

Dengan lemas tangannya terulur ke atas ranjang dan memencet tombol untuk memanggil dokter.

oOo

Jika Hana memang tidak bisa mendengarnya, atau mengingatnya karena tuli, maka Justin tidak perlu kata untuk menunjukkan apapun. Dia juga seolah buta oleh tatapan prihatin dan mertuanya.

Semenjak Hana siuman, Diana, John, Albert, Vionna, bahkan Ellina, langsung menuju ke sana. Kendati dokter masih tidak memperbolehkan mereka masuk karena takut Hana mengalami syok yang bertambah. Sebenarnya Justin juga tidak diizinkan masuk sementara, namun lelaki itu bersikeras, sehingga di sinilah dia sekarang, memegang tangan istrinya erat, dan mengusap pelipisnya lembut.

ETERNAL FAITH ✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα