16. Who you truly are.

7.7K 698 10
                                    

Assalamu'alaikum!

Sebelum baca, VOTE dulu yuk! ^^

Hehe... maaf lama apdet dan ini pendek. It's a boring chapter I know :(

dan Asia ucapin terima kasih kepada kalian yang sudah nekat baca :D

***

Angin sepoi-sepoi dan suara gesekan dedaunan di pohon, pagi itu matahari masih dengan sinarnya yang hangat. Hana dan Justin berada di atas selimut tebal yang dihamparkan di atas rumput, dengan Justin yang tertidur di pangkuan Hana.

Mereka terdiam untuk waktu yang tidak sebentar, menikmati momen yang kapan saja bisa berakhir. Hana menyapukan tangannya ke rambut halus milik suaminya. Dia tersenyum ketika Justin membuka mata dan menatapnya. Jantung Hana berdebar seperti biasa, tapi sekarang dia mulai menikmati debaran itu.

"Mau anggur?" tanya Hana lembut, yang dibalas Justin dengan anggukan singkat.

Dari keranjang yang mereka bawa, sudah terdapat buah-buahan, sandwich, dan sebotol susu. Hana memetik satu buah anggur dan menyuapinya untuk Justin.

"Hm..." gumam lelaki itu ketika mengunyah anggurnya, dia tersenyum pada Hana, mengingat dulu bagaimana Hana sangat menyukai anggur semenjak Justin menunjukkan kebun anggurnya pada Hana di desa.

"Apa rasa manis?" tanya Hana.

"Tidak terlalu," jawab Justin, "tapi aku tahu cara membuatnya manis," katanya lagi.

Hana mengerutkan dahi. "Bagaimana?"

"Dengan menatap ke yang lebih manis."

Awalnya Hana terdiam, berpikir sejenak, sebelum kedua pipinya memerah ketika dia tahu maksud Justin.

Pria itu terkekeh. "You do sweet like a sugar, Sweetheart," kata Justin lagi, seolah mempertegasnya.

Hana tidak kuasa menahan senyum dan detak jantungnya yang memompa terlalu banyak darah ke wajahnya. Dia menangkup kedua pipinya dengan tangan, lalu menatap ke arah lain selain Justin. "He-hentikan," cicit Hana pelan, yang justru membuat senyum Justin semakin lebar.

Justin bangkit duduk untuk menepis tangan Hana di wajahnya, lalu mencium pipinya singkat. Dan hal itu malah membuat Hana semakin malu. Dia mengambil ujung khimarnya untuk menutup wajahnya sendiri dan menunduk semakin dalam.

Justin tertawa melihatnya. Hana benar-benar menyenangkan untuk digoda, apalagi dengan dirinya yang sekarang. Justin masih jelas mengingat, bagaimana dulu, di awal-awal pertemuan mereka, Hana sering bersikap dingin padanya. Dan Justin pun tidak menampik, kalau dia juga sering bersikap dingin dan kasar pada Hana. Benar-benar jauh dari gambaran mereka saat ini.

"Hana," panggil Justin ketika tawanya telah reda, "ayo kita pergi bulan madu."

"MasyaAllah," bisik Hana tidak kuasa lagi menahan malunya, dia hampir menangis.

Justin menarik kembali tangan Hana di kedua wajahnya dan memaksa perempuan itu melihat matanya. Dan benar saja, wajah Hana memang merah seperti tomat, tapi Justin menahan diri untuk kembali tertawa.

"Kau ingin kemana?"

Hana menggeleng. "Tidak tahu," jawabnya.

Justin berpikir. Mungkin Hana akan suka jika dia membawanya ke Paris, menara eiffel, atau ke Jepang. Namun Hana lebih menyukai tempat yang sunyi, dan Justin juga butuh tempat yang sepi untuk berbulan madu dengan istrinya. Mungkin, Raja Ampat di Indonesia adalah pilihan yang tepat. Tapi, Justin berpikir lagi, kemanapun mereka pergi nantinya, saat ini hanya ada satu tempat yang ingin dia kunjungi.

ETERNAL FAITH ✔Where stories live. Discover now