11. The funeral.

6.9K 705 19
                                    

Assalamu'alaikuuum 😙 Asia kambek yeee 😄 chapter ini pendek dna mungkin banyak typonya karena Asia ngetik di hp 😥 maaf, semoga bisa jadi obat rindu kalian kepada Hana. 😊

Cover keren di atas buatan Hana Syifa (samaan namanya Hana) 😅

Jangan lupa untuk VOTE, COMMENT, dan SHARE! Lopyuuu 😙

***

Hari ini langit biru diselimuti awan kelabu, tiupan angin kencang menggerak-gerakkan ranting dan dedaunan di pohon, tidak lupa juga mengirimkan hawa dingin yang basah, menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

Hana berdiri di samping Justin, mencengkram lengan pria itu dengan sangat erat. Kepalanya terus menunduk, menatap gundukan tanah merah di kakinya.

Orang-orang banyak yang menatapnya, Hana sangat jelas merasakan itu, bahkan di pemakaman seperti ini. Dia benar-benar merasa risi.

Hari ini, Hana mengenakan pakaian serba hitam, sehingga mata birunya adalah satu-satunya warna yang kontras. Dan sampai saat ini, Hana tidak tahu pemakaman siapa yang ia hadiri. Setiap kali ia bertanya pada Justin, pria itu hanya tersenyum padanya.

"Siapa, Justin?" tanya Hana, sekali lagi sambil mendongakkan kepala.

Justin menunduk menatapnya, terdiam, lalu menjawab; "Bukan siapa-siapa, tapi dia orang yang cukup penting," katanya, sambil merapikan niqab Hana yang sedikit tersingkap ditiup angin.

Perlakuan sekecil itu, selalu membuat darah Hana mendesir hangat, tapi kali ini dia mengabaikannya dan memfokuskan dirinya menghadap depan, tidak menghiraukan siapapun itu yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan aneh.

Sama seperti Hana, yang hadir dalam pemakaman itupun mengenakan warna pakaian yang serupa. Hana melihat seorang perempuan paruh baya yang tengah menangis di samping makam yang saat ini telah ditaburi bunga. Seorang pastur berdiri di sampingnya, membaca sebuah al-kitab.

"Kenapa kita menghadiri pemakaman ini kalau yang meninggal bukan siapa-siapa seperti yang kau bilang?" tanya Hana penuh keheranan. Selain karena saat ini dirinya dan Justin yang notabene muslim, berada di tengah-tengah pemakaman seorang nasrani. Hana hanya tidak mengerti, sekalipun dia tahu bahwa Justin memiliki banyak teman dengan bermacam-macam keyakinan, dan Hana mengasumsikan bahwa yang meninggal ini adalah temannya. Tapi Justin bilang, dia bukan siapa-siapa.

Hana menunggu Justin menjawabnya, namun mulut lelaki itu masih terkatup rapat, sebelum sejenak memberikan senyum manisnya pada Hana. Dia mengusap kepala Hana lalu berbisik dengan lembut;

"Kau akan ingat, namun tidak sebanding dengan rasa sakit yang akan kau rasakan."

***

Hana masih tidak mengerti. Saat di dalam mobil, dia hanya terbengong-bengong menatap pemandangan kota melalui kaca mobil sambil terus berpikir. Sedangkan Justin, pria itu duduk bersandar di kursinya dengan mata terpejam. Dan Roland mengendarai dengan pelan.

Hana meraba telinganya, pada alat yang beberapa bulan ini membantunya mendengar. Dia tidak pernah mengeluhkan hal ini pada siapapun, termasuk Justin. Bahkan, semenjak keluar dari rumah sakit, Hana tidak pernah menyuarakannya lagi, selain kepada Allah ketika dia sholat.

Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Hana begitu ingin sembuh. Dia sangat ingin mendapatkan kembali ingatannya, tapi setiap kali dia mencoba, maka hanya rasa sakit di kepala yang dia dapatkan. Dokter menyarankannya untuk tidak terlalu memaksa dan membiarkan otaknya sembuh dan berkembang sendiri.

Tangan Hana mengusap perutnya yang membuncit. Dan seperti sebelum-sebelumnya, dia tersenyum, sangat bersyukur pada kehadiran nyawa lain di dalam perutnya itu. Bukti bahwa Allah masih sangat menyayanginya. Pendengaran dan ingatannya tidak apa diambil, asal anak di dalam kandungannya ini baik-baik saja. Dan sepertinya, tidak ada hal yang perlu terlalu Hana ingat di masa lalu, iya kan? Justin bilang dia hanya kecelakaan, itu saja.

Menoleh ke samping, ditatapnya figur wajah suaminya itu. Bulu-bulu halus mulai tumbuh di sekitaran dagunya, yang menbuat kesan dewasa padanya. Hana pun beringsut mendekat, menatapnya lebih lekat.

Dan dengan kehadiran Justin juga, sepertinya dia akan baik-baik saja. Ketika bersama pria itu, Hana lupa pada pendengaran dan ingatannya yang hilang, seolah dunianya hanya berpusat pada suaminya saja.

Juga, masih ada Allah, selalu ada Allah.

Hana merapikan khimar dan niqabnya, lalu beringsut semakin dekat dan menyandarkan kepalanya pada bahu Justin. Mengambil posisi nyaman sambil memejamkan mata.

Dan saat itu, Justin tidak benar-benar tertidur. Dia mengangkat tangannya dan menyelusupkannya ke belakang punggung Hana, memeluk perempuan itu erat, sambil mengelus sisi perutnya dengan lembut.

"Saat anak kita lahir nanti, kau akan menamainya siapa?" tanya Justin dengan berbisik.

Hana mengangkat kepalanya dan menoleh Justin singkat. Pipinya langsung merona dan dia menyandarkan kepalanya lagi.

"Laki atau perempuan?" tanya Hana balik.

Justin terkekeh, sebelah tangannya mengelusi punggung tangan Hana. "Aku mau keduanya."

Wajah Hana langsung memerah dengan tidak terkontrol. "T-tapi... tapi kita hanya punya satu," gumamnya pelan.

"Tidak apa. Setelah dia lahir, kita akan langsung membuatkannya adik, dan adik untuk adiknya lagi, lalu adik untuk adik dari adiknya lagi, sampai adik untuk adik dari adiknya si adik, begitu terus." Sedangkan Justin tertawa membayangkannya, raut di wajah Hana berubah horor. Dia akan mengandung berapa anak lagi?!

"Memangnya kita akan punya berapa?" tanya Hana takut-takut.

Justin meredakan tawanya. "Hm... aku tidak masalah kalo cuma sembilan, tapi sebelas lebih baik."

Hana hampir tersedak ludahnya sendiri. Dia menjauh dari pria itu, menatapnya tidak percaya.

"Memang bagaimana cara kita membuatnya?"

Raut geli di wajah Justin luntur seketika itu juga.

Hana... lupa?

Perempuan itu memang amnesia, tapi apa dia benar-benar melupakannya?

"Perlu aku ingatkan?" kata Justin tanpa sadar.

Dan Hana... Hana tentu saja mengangguk dengan semangat.

***

Jangan lupa baca cerita baru Asia ya 😊 bisa dicek di profil 😘

💝 ASIA (19/4/18)

💝 ASIA (19/4/18)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ETERNAL FAITH ✔Where stories live. Discover now