4. Happy Birthday, Hana.

9.5K 831 15
                                    

Mulmed by hanasyifadp

***

Ketika bangun di pagi harinya, Justin menemukan Hana sudah lebih dulu terduduk di kursinya dengan notebook kecil di depan wajah. Keningnya mengernyit, matanya menelisik, dan Justin yakin kepalanya mencoba mengingat. Justin membiarkan, hanya memperhatikan, bahkan ketika Hana meringis sakit pada kepalanya, Justin tidak beranjak dari posisi berbaringnya di atas sofa.

Merasa diperhatikan, Hana mengalihkan pandangan pada Justin. Rambutnya yang terurai dia perbaiki dan tiba-tiba saja semburat merah muda terbit di pipinya yang putih.

Melihat itu, Justin pun bangkit, dia mengambil sebuah karet di atas meja dan berjalan menghampiri Hana. Justin tersenyum, sambil membawa kedua lengannya melewati bahu Hana dan mengumpulkan rambut perempuan itu dalam satu genggaman, lalu mengikatnya dengan karet.

Hana hanya memperhatikan dengan jantung yang bertalu-talu karena kedekatan mereka Ketika selesai, bibir Hana tiba-tiba saja terbuka dan lidahnya berucap dalam bisikan; "Malik."

Justin terkejut. "Apa kau bilang?" tanyanya langsung.

Hana mengernyit, kemudian Justin pun tersadar dan mengambil notebook di tangan Hana beserta bolpoinnya. Bertanya apa yang sempat lidahnya ucapkan.

Setelah membaca itu, Hana tersenyum senang.

Namamu Malik Al-Hail, tulisnya.

Justin menahan napas, menatap Hana tepat di mata dan mengira-ngira di dalam pikirannya bahwa Hana sudah ingat.

Lalu Hana mengambil memo itu dan membalik ke lembaran sebelumnya, lalu menyerahkannya pada Justin.

Di pojok kanan atas lembaran pertama pada notebook tersebut memang tertulis nama Malik Al-Hail yang Justin tulis sendiri. Lantas, dia pun tersenyum dan mengangguk. Lalu Hana membalik lembaran sebelumnya lagi.

Kenapa aku tidak bisa mendengar?

Dan lembaran sebelumnya...

Kau siapa? Apa hubunganku denganmu?

Dan lembaran sebelumnya lagi...

Aku tidak ingat apapun, apa kau bisa memberitahuku alasannya?

Justin memilih untuk bungkam. Dia tidak berani mengangkat wajah untuk sekedar menelisik raut di wajah istrinya. Ada banyak yang ingin Justin katakan. Namun yang dikeluarkan mulutnya justru berbeda. Dia menuliskannya pada notebook tersebut dan menyerahkannya pada Hana.

Siapa Tuhanmu, Hana?

Hana terdiam, tatapannya menjadi kosong, seolah seluruh inderanya telah dikendali kepala yang saat ini juga sama kosongnya.

"Allah SWT," bisiknya sambil menangis. Dia tidak kuasa menahan sesak di dada yang tiba-tiba saja muncul ke permukaan.

Justin mengucapkan Alhamdulillah. Dia teringat pada perkataan Hana dahulu, bahwa apapun yang terjadi, jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah. Jadi, jika Justin tidak bisa menyelamatkan Hana dan membuatnya kembali mengingat, setidaknya Allah bisa, sebab Dia adalah Maha Segalanya.

Jika Hana mengingat Allah, maka dengan sendirinya dia akan mengingatnya, Justin yakin itu. Dia tersenyum pada Hana.

Selanjutnya, mereka melaksanakan sholat. Justin mengenakan sajadah di lantai, sedang Hana tetap di atas tempat tidurnya, mengenakan abaya dan jilbab yang Justin kenakan untuknya.

ETERNAL FAITH ✔Where stories live. Discover now