23. Leaving.

7K 731 22
                                    

Mobil ambulan datang tidak lama setelah pihak hotel meneleponnya. Di luar, terjadi sedikit keributan ketika Justin membopong tubuh Angeline ke atas bangkar rumah sakit. Pengasuh Caila bersama Caila turut masuk ke dalam untuk menemani Angeline, mereka tampak tidak kuasa menahan keterkejutannya dengan tangisan. Sedangkan Justin berdiri di luar, menatap Marcus yang berjalan mendekat.

Justin kira, Marcus akan sama paniknya. Namun mobil ambulan telah pergi, barulah Marcus sampai di hadapan Justin.

"I need to talk to you," bisik Marcus di dekat telinga Justin.

Justin menyipitkan matanya bingung. "Your wife-"

Namun Marcus telah lebih dulu berjalan pergi.

Tidak memiliki pilihan lain, Justin pun mengikuti Marcus kemana pria itu menunjukkan jalan untuk mereka berbicara.

*

Di parkiran. Justin menatap sekitarnya dan menyadari tempat ini sangat sepi. Rintik-rintik hujan mulai turun, namun Marcus memilih untuk berdiri di dekat sebuah mobil, menatap Justin tajam.

Raut di wajah Justin tidak menunjukkan apa-apa. Dia menatap Marcus lurus-lurus, pembawaannya yang sangat tenang semakin membuat Marcus kesal, lalu tiba-tiba dia memukul wajah Justin dengan keras.

Justin yang pertahanannya lengah karena tidak mengira Marcus akan memukulnya, hampir tersungkur ke tanah jika saja tidak ada mobil di belakangnya.

Saat itu, hujan deras turun. Namun kini, keduanya sama-sama diliputi amarah.

Justin masih mencoba tenang. Dia bangkit menghadap Marcus lagi. "What's your problem, Harlond?!" desisnya dingin.

Marcus tersenyum miring, lalu menjawab dengan penuh penekenan. "Kau pernah berselingkuh dengan Angeline."

Mata Justin terbelalak kaget. "What?"

Rahang Marcus mengeras, tangannya mengepal kuat. Sangat jelas terlihat bahwa saat ini ia tengah mengontrol dirinya untuk tidak memukul wajah pria di hadapannya ini untuk yang kedua lagi. "Kau tidur dengannya di apartementmu apa kau pikir aku tidak tahu?!"

BUGH!

Namun pertahanan Marcus luntur dan dia memukul Justin sekali lagi.

Justin tidak melawan, hanya berdecak kesal sembari mengusap ujung bibirnya yang berdarah. "Sialan!" umpat lelaki itu ketika melihat noda darahnya sendiri.

Marcus semakin tidak mengerti karena lelaki itu bersikap setenang ini. Marcus mengharapkan Justin akan memukulnya balik, agar dia memiliki lebih banyak alasan untuk menghajar wajah pria itu.

"Perempuan itu hamil dan aku sangsi yang dikandungnya adalah anakku. Siapa yang tahu bahwa kalian tidak menjalin hubungan gelap lain setelah malam itu?"

Mendengarnya, Justin terkekeh sumbang. Saat ini dirinya yang dulu seolah memberontak untuk segera dikeluarkan. Lalu tanpa pikir panjang dia memukul Marcus, membuat lelaki itu tersungkur ke tanah yang becek. Justin menarik Marcus lagi dan memukul sebelah wajahnya yang lain.

"Jaga mulut sialanmu!" peringatnya dengan nada tajam dan aura yang menyeramkan.

Marcus meringis, lalu bangkit lagi, dia membiarkan air hujan menghapus darah di hidung dan sudut bibirnya. Kali ini, tidak ada tatapan hangat yang biasanya ia lihat dari sosok Justin Claybourne, semua itu sirna dan yang berdiri di hadapannya seolah-olah adalah orang yang berbeda. Tapi hal itu tidak membuat kemarahan Marcus surut. Dia begitu yakin akan dugaannya.

"Kau benar-benar tidak masuk akal, Harlond. Apa kau pikir aku mau menyentuh perempuan yang telah mengkhianatiku dengan tidur bersamamu? Dan jangan lupakan bahwa aku telah memiliki istri, dan aku tidak butuh wanita manapun lagi untuk memuaskan nafsuku."

ETERNAL FAITH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang