23

230K 9.9K 202
                                    

Hari-hari berikutnya, Dava semakin nempel sama Sonya. Tentu Calista merasa risih ia tidak rela kalo mantannya itu bersama si nerd yaitu Sonya. Jadi, ia merencanakan sesuatu untuk memisahkan mereka.

***

"Dav! Udah ngerjain PR?" Tanya Sonya yang baru saja datang.

"Udah. Mau liat?" Tanya Dava yang dibalas anggukan oleh Sonya. Sementara Sonya sedang menyalin PR, Dava menatap Sonya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Nya, kapan lo buka identitas lo? Gue gasuka orang-orang ngebully lo terus" ucap Dava.

"Hm gatau liat nanti" ucap Sonya yang tatapannya yang masih fokus kepada buku catatannya.

"Yauda deh" ucap Dava tersenyum.

Beberapa saat kemudian Bu Ina pun masuk untuk memulai pelajaran.
***
"Lo yakin Ta?" Ucap Agatha memandang Calista dengan dahi dikerutkan.

"Ya gue yakin yaudah kuy laksanain" ucap Calista sambil tersenyum licik.

*di kelas*

"Lo pulang sama siapa Nya?" Tanya Dava kepada Sonya.

"Sama Abang Fino kayaknya, kenapa?" Ucap Sonya.

"Gapapa yaudah gue eskul dulu ya baii" ucap Dava.

"Bai" ucap Sonya singkat sambil tersenyum.

Saat Sonya ingin menuju kelas abangnya seseorang menariknya ke suatu gudang yang sudah kotor.

"Lepasin!" Ucap Sonya meronta-ronta namun tidak ada efeknya.

"Heh lo diem aja napa?! Berisik tau! Denger ya lo mulai sekarang jauhin Dava ngerti ga?" Ucap Calista dengan ketus.

Setelah itu Calista dibantu teman-temannya itu memukul, menjambak, dan mendorong Sonya. Sonya yang diperlakukan seperti itu hanya bisa berdoa dan meringis kesakitan.

"Rasain kuy gaes!" Ucap Calista kepada Agatha dkk. Mereka pun mengunci Sonya di dalam gudang yang gelap itu.

"T-Tolong!" Teriak Sonya dengan suara bergetar. Ia ketakutan, ia phobia kegelapan beberapa saat kemudian kepala Sonya pusing ia meringis pelan lalu semuanya menjadi gelap.
***
"Dav lo liat Sonya ga?" Tanya Fino kepada sahabatnya itu.

Sekarang sudah menunjukkan pukul 17.06. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 2 jam yang lalu namun ia masih tidak melihat bayangan adiknya sedikit pun itu membuat Fino khawatir.

"Ga tadi gue terakhir liat di kelas" ujar Dava.

"Emang kenapa Fin?" Tanya Dava dengan nada curiga.

"Gue ga liat dia daritadi ditelpon ga diangkat sama dia" ucap Fino khawatir.

"Hah? Sumpah? Yaudah kita cari aja" ucap Dava lalu mereka pun mulai mencari Sonya.

"Nya!" Teriak Fino.

"Lo dimana Sonya!" Teriak Dava.

"Aduh ni anak kemana sih" ucap Fino gelisah.

"Dimana ya? Coba kita liat di gudang" ucap Dava karena sejak tadi mereka tidak menemukan Sonya. Mereka sudah nyari ke kelas, perpus, lapangan, dll.

"Yaudah kuy! Semoga aja dia disana" ucap Fino kemudian mereka bergegas ke arah gudang.

"Eh kok dikunci sih?!" Ucap Fino mendesah.

"Gue dobrak ya minggir" ucap Dava.

Brak!

Pintu gudang pun terbuka lebar dan disana mereka menemukan Sonya yang sudah dalam keadaan tidak sadar.

"Astaga! Sonya lo kenapa! Bawa ke rumah sakit Fin!" Ucap Dava menggendong Sonya ke mobilnya.
***
"Sus!" Teriak Dava memanggil seorang suster untuk membawa Sonya.

Suster itu pun menoleh dan membawa Sonya ke UGD. Sedangkan Fino dan Dava menatap Ruangan itu gelisah. Mereka mendoakan Sonya agar ia baik-baik saja.

"Fino! Adek kamu kenapa?!" Tanya mamanya Sonya lari tergesa-gesa.

"Gatau mah lagi di dalam" ucap Fino lesu.

"Semoga dia gapapa Ya Tuhan Amin" ucap papa yang berada di samping mama.

"Kok bisa sampai masuk rumah sakit Fin?" Tanya mamanya Sonya.

"Gatau ma, tadi Dava sama Fino ketemu Sonya di gudang sekolah dalam keadaan pingsan." Ucap Fino menjelaskan.

Sesaat kemudian, seorang dokter pun keluar dari ruangan.

"Gimana dok keadaan adek saya?" Tanya Fino.

"Pasien tidak apa-apa hanya mengalami luka ringan dan ia pun masih trauma dengan kejadian tadi. Pasien sudah boleh dipindahkan ke ruang inap." Ucap dokter itu dengan tenang.

Kami pun menghela napas lalu pergi untuk melihat keadaan Sonya.
***
"Nya, bangun dong. Maaf gue gabisa jagain lo" ucap Dava sedih melihat keadaan orang yang ia sayangi terbaring lemah di kasur rumah sakit.

Kata dokter Sonya hanya tertidur ia akan bangun beberapa saat lagi.

Sekarang papa Sonya yaitu Rega pun sedang menelpon asistennya itu untuk mengetahui kejadian apa yang dialami Sonya. Ia ingin tahu penyebab Sonya pingsan.

Saat Dava mengelus pipi kanan Sonya pelan, Sonya pun bangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya beradaptasi dengan sinar di dalam ruangannya.

"Minum" ucap Sonya dengan suara serak yang membuat Dava tersenyum kemudian memencet tombol untuk memanggil dokter. Ia senang Sonya telah bangun kemudian ia pun mengambilkan Sonya minum.

Beberapa saat kemudian seorang dokter masuk bersama dua orang suster. Ia mengecek keadaan Sonya lalu ia mengatakan bahwa Sonya keadaanya sudah stabil dan ia hanya membutuhkan istirahat yang cukup.

"Udah baikan?" Tanya Dava kepada Sonya namun Sonya hanya mengangguk.

Lima menit kemudian pintu kamar Sonya terbuka dan menampilkan sahabat-sahabatnya yang memandanginya dengan wajah khawatir.

"Ih Sonya lo gapapa kan?" Tanya Retta.

"Lo bikin kita khawatir gila Nya" ucap Bianca dan disusuli dengan Richelle dan Gina. Mereka semua sangat khawatir dengan keadaan Sonya.

"gue gapapa" ucap Sonya lalu tersenyum.

"Bagus deh gapapa" ucap Gina.

"Lo kok bisa sampe begini sih Nya?" Tanya Richelle. Sekarang semua orang menatap Sonya dengan tatapan meminta penjelasan.

"Jadi gue itu...." terang Sonya kepada mereka semua.

"Gila apa! Jahat amat sih mereka! Besok gue tampar satu-satu" ucap Retta setelah mendengarkan cerita dari Sonya.

"Gue bakal buka identitas gue besok. Gue capek dibully terus" ucap Sonya.

"Yodah lo istirahat kita pulang dulu ya Nya" ucap mereka semua lalu mereka pun pulang.

[SUDAH DIREVISI]
***
Hayo! Penasaran ga selanjutnya gimana? Vote and comment ya gaes!

A Fake Nerd [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang