16.

12.6K 1.3K 47
                                    


Selepas kepergian Iqbal untuk bekerja, Nayla mendatangi kamar Siska sembari membawakan adik iparnya sarapan. Namun sayang dia tidak mendapati Siska di kamar itu.

Nayla mengerutkan dahi kebingungab. Dia tahu bahwa Siska memang sudah mulai bisa menggunakan kursi rodanya secara mandiri.

Meski begitu bukan berarti dia dapat tenang-tenang saja. Nayla meletakkan baki berisikan makanan dan segelas susu itu ke atas nakas lalu mendekati kamar mandi yang ada di ruangan tersebut. Di sanalah Nayla mendengar suara gemericik air.

"Siska?" Nayla mengetuk pintu.
Tidak ada sahutan. Nayla memilih menunggu dengan duduk di tepian ranjang. Tetapi hampir setengah jam berlalu, rupanya Siska tidak kunjung keluar dari dalam sana. Perasaan Nayla jadi tidak enak. Pikirannya dikelilingi hal negatif. Gadis itu sontak bangkit dan kembali menghampiri pintu. Ia mengetuknya lagi.

"Sis?"

Masih tidak ada sahutan. Nayla memutar knop. Namun sayangnya pintu itu terkunci. Akhirnya Nayla terpaksa membukanya dengan menggunakan kunci duplikat yang biasa Siska simpan di laci nakas.
Setelah pintu berhasil dibuka, Nayla memasuki kamar mandi dengan gundah. Suara isakan terdengar samar-samar. Dan dia tak urungnya  terpaku begitu melihat sosok Siska yang tengah terduduk di lantai, di bawah guyuran shower. Keadaan tampak menyedihkan. Sedangkan kursi rodanya berada tidak jauh. Sekilas Nayla teringat atas insiden Iqbal yang mabuk malam itu.

"Sis!" Nayla menghampiri adik iparnya dengan panik. Nayla mematikan shower sebelum bersimpuh di samping Siska yang kini mendongakkan kepala ke arahnya.
Nayla tertegun melihat wajah kacau Siska. Mata adik iparnya tampak sangat sembab dan hidungnya memerah. Dengan itu saja Nayla bisa menyimpulkan bahwa Siska sudah menangis dalam waktu cukup lama.

"Apa yang terjadi, Sis?"

"Kenapa semua cowok itu brengsek, Nay?” Siska bertanya parau.

"Sebentar," Nayla mengusap rambut basah Siska lalu menatapnya lembut.

Kemudian ia kembali berkata,
"Ceritanya di luar saja ya."

Nayla membantu Siska menduduki kursi roda dan membawa gadis itu bersamanya keluar dari kamar mandi. Selepas mendaratkan bokong di tepi ranjang, Nayla meraih tangan Siska yang berada di depannya dan menggenggam lembut jemari Sang adik ipar.

"Kenapa bisa-bisanya kamu menghakimi semua laki-laki itu brengsek, Sis?"

"Mereka hanya gemar memainkan hati kita! Gak pernah puas pada satu wanita! Pacar aku selingkuh, Nay. Aku tahu aku emang gak sempurna lagi. Aku udah cacat! Dan dia malah bikin aku kecewa karena mengingkari janjinya untuk selalu bersamaku baik di saat kami senang mau pun duka! Bullshit! Semuanya hanyalah omong kosong! Buktinya saat dia menemukan wanita lain yang lebih sempurna, dia ninggalin aku! Dia memutuskanku sepihak, Nay! Dia tidak peduli seberapa besar cinta aku ke dia! Aku gak mau kehilangan dia. Cuma dia yang aku suka! Lalu aku harus bagaimana? Apa aku ancam saja perempuan itu agar jauh-jauh darinya? Atau aku rusak hubungan mereka?"

"Ikhlas ‘kan," sahut Nayla.

Siska pun tak bisa menahan diri untuk membentak Nayla,

"Ikhlaskan?!! Kamu gak tahu apa yang aku rasakan, Nay! Jadi jangan ngomong seenaknya!”

"Aku emang gak pernah sakit hati karena cinta... atau setidaknya belum. Tapi aku belajar banyak dari pengalaman orang-orang yang ada di sekitarku, Sis. Sebagai wanita yang berasal dari satu kaum yang sama dengan kamu, aku justru tahu bagaimana rasanya. Meski belum mengalami langsung, aku bisa ikut merasakan sakit itu, Sis. Itulah naluri seorang wanita."

Siska bergeming. Dia merasa agak bersalah karena sudah bersikap tidak sopan pada Kakak iparnya. Nayla menghapus air mata yang masih menetes di pipi Siska.

"Dengan ini seharusnya kamu sadar bahwa pacar kamu itu menyukai kamu bukan karena cinta. Tetapi nafsu. Fisik kamulah yang menjadi prioritas dia mendekati kamu. Dan kamu benar-benar beruntung mengetahui itu lebih dulu sebelum semuanya terlambat. Dan lebih beruntungnya lagi, apa yang lagi menimpa kamu sekarang ini adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah ke kamu."

"Allah? Sayang ke aku?"

"Ya. Juga cemburu."

"Cemburu?"

Nayla mengangguk.

"Imam Syafi'i mengatakan; Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap kepada selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya."

"Aku gak terlalu paham."

"Allah menjauhkan dia dari kamu karena cemburu. Cinta kamu ke dia pasti lebih besar dari cinta kamu kepada-Nya. Allah tidak suka itu, Sis. Bagaimana bisa kamu lebih mencintai makhluk-Nya ketimbang Sang Pencipta itu sendiri? Karena dia, kamu jadi lalai dan tersesat di dalam kubangan dosa. Pacaran sebelum dua insan itu halal adalah sesuatu yang jelas diharamkan dalam Islam. Sebab itu, Allah menegur kamu agar kembali ke jalan yang benar. Belajarlah untuk tidak sembarangan menaruh hati kepada yang bukan mahram kamu, Sis. Sesungguhnya, cinta dan nafsu itu beda tipis. Dan kamu bisa mengenali keduanya setelah kamu berusaha untuk lebih dekat dengan Allah. Dunia ini ada dua pilihan mengenai perkara jodoh. Yang pertama, yaitu keinginan dua manusia yang ingin menikah sebab sudah saling mengenal dan jelas di dasari akan nafsu keduanya yang sudah mereka salah artikan sebagai cinta. Atau yang kedua, menikah karena tujuan ingin menyempurnakan ibadah karena Allah, adalah makna dari cinta yang sebenarnya. Maka, berusahalah memilih jalan yang kedua."

Siska terdiam. Nayla tersenyum.

"Sis, mau tahu hal yang bagiku lucu sekaligus membuatku simpati?"

"Apa?"

"Adalah ketika seseorang mengadu kepada Allah atas sakit hati yang ia alami akibat pacarnya, padahal Allah jelas sudah melarang hubungan seperti itu sebelum keduanya Halal."

Siska merasa tertohok.

"Sis, mulai sekarang bermuhasabah lah akan cinta. Kalau kamu mau pacaran, lebih baik setelah menikah saja. Rasanya pasti jauh lebih menyenangkan. Inilah yang sedang aku alami."

Manik Siska berkaca-kaca. Ia terharu karena bisa memiliki ipar sebaik Nayla.

"Kalau gitu tolong ajari aku untuk shalat dan baca Al-Qur’an ya, Nay? Aku udah cukup lama gak melakukan itu. Aku udah lama gak mendekatkan diri kepada-Nya, Nay.”

Mata Nayla membelalak sempurna.

"Sis, kamu serius?"

"Aku ingin kembali ke jalan yang benar, Nay. Kepada Allah. Satu-satunya Tuhan yang sekarang aku percayai keberadaannya."

Tubuh Nayla bergetar. Siska berkata lagi,

"Sekarang aku mulai paham kenapa kamu bisa hadir di kehidupanku. Allah mengirimkan kamu sebagai perantara agar aku segera hengkang dari jalan yang salah. Terima kasih, Nay. Berkat kamu aku sudah menyadari tujuan aku hidup yang sebenarnya."

Love You Till Jannah Onde as histórias ganham vida. Descobre agora