29.

12.9K 1.2K 84
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.


“Kak Iqbal kebiasaan deh. Suka dadakan kalau ada apa-apa,” gerutu Siska sambil memakaikan eyeliner pada kelopak mata Nayla.

“Berarti Mas Iqbal gak cerita ke kamu juga ya?”

Siska berdecak. Setelah selesai memakaikan eyeliner, gadis itu mengambil eyeshadow dan memilih warna magenta karena menurutnya itu cocok dengan warna kulit Nayla.

“Boro-boro ke aku. Lah ke kamu yang istrinya aja dia baru kasih tahu, kan?” Siska menaburkan glitter pada kelopak mata Nayla supaya makin eye-catching.

“Mungkin Mas Iqbal lupa.”

“Wajar sih. Kak Iqbal ‘kan sudah tua.”

“Kamu tuh suka banget ya menjelek-jelekkan Kakak kamu sendiri.”

“Jelekin apanya? Itu ‘kan kenyataan.”

“Iya memang, tapi seenggaknya kamu jangan ngomong kayak gitu. Apalagi di depan istrinya,” canda Nayla. Siska memandang jahil Nayla.

“Loh kenapa?”

“Kalau aku jadi gak suka sama Kakak kamu lagi, bisa repotkan. Kalau kamu terus-terusan ngomongin kekurangan dia, bisa-bisa aku bosan sama Kakak kamu. Bahaya kalau aku sudah gak meliriknya lagi karena kamu yang suka banget jelekin dia.”

Siska tertawa pelan.

“Aku jamin kok kamu mah gak bakalan pergi tinggalin dia.”

Siska merasa puas sekali melihat Nayla yang tampak tersipu. Baru ingin membalas, Nayla terpaksa membatalkan niatnya saat seseorang dari luar, masuk ke dalam kamar kakak iparnya yang memang sengaja tidak dikunci itu.

“Permisi, Nyonya, Nona, kiriman gaun sudah datang,” lapor seorang pelayan wanita.

Nayla beranjak dari duduknya.

“Terima kasih atas infonya.”

“Sama-sama, Nyonya,” pelayan tersebut pun pamit undur diri.
Nayla mendorong kursi roda Siska ke luar kamar. Di sana mereka mendapati ada dua laki-laki dan seorang wanita asing yang sedang meletakkan manekin berbalut gaun di atas karpet rasfur berbulu putih penuh kehati-hatian seolah gaun tersebut tidak boleh rusak sedikit pun.

“Wow,” gumam Siska tatkala netranya melihat gaun berwarna soft pilihan Iqbal.

“Kak Iqbal pandai memilih juga rupanya. Meski sekilas terlihat sederhana, gaun itu jelas punya nilai keanggunan yang tinggi loh ipar.”

Love You Till Jannah Where stories live. Discover now