19.

13.3K 1.3K 99
                                    

Nayla menggeleng tidak percaya.

"Kamu pasti bercanda, kan!"

Siska menggeleng.

“Aku gak berbohong, Nay."

Nayla bangkit dari ranjang. Ia bersiap-siap untuk pergi. Tidak mau mendengarkan apa pun lagi. Ini seperti mimpi buruk baginya.

"Tunggu!" teriak Siska saat Kakak iparnya hendak membuka pintu. Ia melanjut, "Kamu sudah berjanji akan tegar! Lantas kenapa kamu mau kabur seperti halnya pengecut! Cerita ini belum selesai, Nay!"

Nayla mematung. Siska menatap penuh harap.

"Aku mohon sama kamu untuk mendengarkan ini sampai tuntas. Jadi, kembalilah."

Pada akhirnya Nayla memilih mengalah. Dia menuruti permintaan adik iparnya. Nayla kembali duduk di ujung ranjang. Dia menarik nafas yang terasa berat untuk mempersiapkan dirinya menerima kejutan yang lain.

Siska memulai lagi, "Kamu memang istri keduanya. Tetapi kamu jangan cemas. Kamu jelas bukan madu, Nay. Kak Iqbal dan wanita itu sudah cerai jauh sebelum kalian bertemu. Jadi jangan salah paham dulu dengan mengira kalau kamu dibohongi sepenuhnya. Tadi aku sudah bilang kalau Kak Iqbal 'pernah menikah' bukan 'sudah menikah' kan?"

"Tetap saja, Sis! Pernikahan yang dilandasi kebohongan, bagaimana pun tidak akan berjalan baik ke depannya!"

"Tapi Kak Iqbal tidak salah, Nay! Sejak awal kamu juga tak bertanya pada siapa pun apakah Kak Iqbal sudah pernah menikah atau belum, kan?"

Nayla mematung. Benar. Dia juga bersalah di sini.

"Apa kamu sudah shalat istikharah sebelum memutuskan menerima pinangannya sampai kamu sendiri mengiyakan saja?" tanya Siska lagi.

Kali ini benar-benar membuat Nayla tidak bisa berkata apa-apa. Siska benar. Tidak seharusnya dia langsung menerima lamaran Iqbal saat itu padahal dia belum mencurahkan semuanya kepada Allah. Kesalahan fatal yang tidak disadari, bentuknya halus. Sehalus kapas. Bisikan setan yang tidak terdeteksi olehnya. Jadi, semua yang terjadi ini, merupakan akibat dari dirinya yang dulu tidak pernah melibatkan Allah sejak awal ketika dia hendak melangkah jauh.
Nayla beristighfar di dalam hatinya, dia berharap Allah bisa memaafkan kesalahan yang baru disadarinya sekarang ini. Dan berharap bahwa Iqbal memang jodohnya.

"Aku yakin jawabannya memang belum. Walau aku pendosa, dulu aku cukup memahami agama dengan baik," kata Siska. Jemarinya saling meremas. Gadis itu memandangi Nayla yang tampak down.

"Setelah Ibu kami meninggal, aku dan Kak Iqbal pun tersesat bagai domba yang baru saja kehilangan penggembalanya. Hidup kami kacau. Jika dulu kami punya penasehat yang baik dan penuh pengertian, semenjak Ibu tiada, semuanya berakhir! Hidup kami tidak lagi terkendali, Nay. Ayah kami yang workaholic itu sama sekali tidak bisa dijadikan panutan. Jika Ibu mengajarkan perkara akhirat, maka Ayah selalu mencontohkan kepada kami untuk mengejar dunia yang aku rasakan tidak akan pernah ada habisnya."

Siska menghela nafas.

"Aku dan Kak Iqbal sepakat meninggalkan rumah orangtua kami setelah Kak Iqbal resmi diangkat sebagai CEO oleh Ayah. Pergaulan kami yang sembarangan sepeninggal Ibu, semakin saja menjadi. Bahkan Kak Iqbal sudah melampaui batasnya. Ini memang aib, tapi kamu adalah istrinya. Kamu berhak mengetahui. Kak Iqbal itu, kalau sudah stress akan lari pada obat-obatan, alkohol, atau bahkan zina."

Love You Till Jannah Where stories live. Discover now