35.

15.2K 1.2K 190
                                    

Jalan satu bulan kemudian, saat usia kandungan istrinya menginjak dua bulan, akhirnya Iqbal pun merasakan fase-fase yang menurut ia paling menyebalkan sekaligus menyenangkan karena butuh kesabaran yang ekstra untuk menghadapinya; ngidam. Fase yang terjadi saat seorang ibu sedang hamil muda. Masalahnya, Nayla sering ngidam yang aneh-aneh.

Mulai dari merengek untuk dibelikan lontong sayur saat tengah malam, lalu meminta Iqbal memasak telur ceplok di pagi buta, yang bilamana sudah jadi, tidak dimakan sama sekali  dengan bilang dirinya mual tiba-tiba. Kesal? Pasti. Hanya saja Iqbal tidak mau menunjukkannya terang-terangan.

Dari situ Iqbal bisa menyimpulkan bahwa wanita berhati malaikat sekali pun bisa berubah menyebalkan saat sedang hamil. Tapi Iqbal memaklumi mengingat umur Nayla yang masih terlalu muda untuk menjadi seorang Ibu. Jadi sifat kekanakannya pun, pasti masih ada dalam dirinya.

Seperti malam ini. Ketika Iqbal tengah asyik terlelap dalam bunga tidurnya yang damai, Sang istri tiba-tiba membangunkan ia dengan perlakuan yang tak lazim. Nayla, istrinya itu menggigiti lehernya kuat-kuat hingga Iqbal pun sontak membuka kelopak matanya dan berjengit kaget,

“Allahu Akbar!”

Iqbal menahan Nayla yang hendak menggigitnya lagi, wanita yang duduk di atas tubuhnya itu langsung memasang ekspresi ingin menangis.

“Mas, dedeknya yang minta. Kalau Mas sayang dedeknya, biarin aku gigit ya,” rengek Nayla.

Tanpa merasa keberatan sama sekali, Iqbal berhasil merubah posisinya untuk bersandar pada punggung ranjang dengan Nayla yang masih menindihi perutnya. Iqbal memegangi pinggang Nayla, ia perhatikan Nayla dengan mata merahnya, khas orang yang baru bangun tidur. Kemudian Iqbal pun melirik ke jam di dinding, pukul baru menunjukkan dua pagi dini hari.

“Kenapa harus gigit?” tanya Iqbal, suaranya serak. Ia menatap Nayla yang menggelengkan kepala.

“Gak tahu, dedeknya yang mau.”

Iqbal menarik napas.

“Sayang, kamukan manusia, bukan nyamuk, jadi jangan gigit-gigit lagi ya?”

Melihat bibir Nayla bergetar, Iqbal jelas tahu bahwa Sang istri hendak menangis. Oke, selama satu bulan belakangan ini sikap Nayla memang berubah kekanakan, manjanya berubah tingkat wahid. Mungkin efek hormon kehamilan.

“Duh, jangan nangis dong,” pinta Iqbal. Ia jadi merasa bersalah. Laki-laki itu menahan Nayla dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk mengusapi perut buncit Sang istri. “Dedek sayang, kalau ngidam tolong jangan yang aneh-aneh lagi ya. Kasihan Papa kamu, masa harus jadi korban Mama mulu?”

Setetes air mata lolos dari pelupuk Nayla. Wanita itu menangis setelahnya.

“Mas kok gitu?”

“Sayang--”

“Mas gak sayang sama dedek lagi ya?”

Iqbal menarik tengkuk Nayla mendekat ke rahangnya. Iqbal berbisik antara rela dan tidak,

“Yasudah nih gigit aku sepuas kamu.”

Nayla menghentikan tangisnya. Ia menatap Iqbal dengan ekspresi sendu dan penyesalan.

“Gak jadi... maaf ya udah ganggu tidur Mas.”

Love You Till Jannah Where stories live. Discover now