18.

14.1K 1.3K 145
                                    

Nayla terbangun saat alarm di ponselnya berdering. Nayla meraih benda pipih miliknya yang berada di atas nakas dan mematikan alarm tersebut lantas menoleh ke samping. Nayla terdiam beberapa saat tatkala ia tak menemukan Iqbal di sisinya.
Ketika bertanya pada salah satu pelayan yang sudah bertugas di lantai dasar, pekerjanya itu berkata bahwa Sang Tuan sudah pergi bekerja sejak hari masih gelap. Kira-kira pukul setengah empat pagi.

***

"Maaf," ujar Siska pada Nayla yang kini menaruh sarapan ke atas nakas. Setelah itu Nayla duduk di pinggiran ranjang.

"Maaf untuk apa?"

"Seharusnya aku gak minta kamu mengajariku. Kak Iqbal pasti marah ke kamu ya?"

"Marah gimana? Gak kok," ucap Nayla dengan bingung. Siska mengerutkan dahi.

Jadi, Iqbal tidak murka pada Sang Kakak Ipar seperti yang ia bayangkan?

"Eum Nay, sebenarnya aku mau kasih tahu kamu banyak rahasia tentang Kak Iqbal. Tapi aku takut setelah ini akan ada kekacauan di hubungan kalian."

"Rahasia?"

Siska mengangguk. Ditatapnya Nayla.

"Aku masih gak yakin untuk cerita sama kamu Nay. Aku takut hubungan kamu dan Kak Iqbal justru makin kacau. Kecuali kalau kamu mau berjanji untuk tidak lagi mengungkitnya di depan Kakakku."

"InsyaAllah aku gak akan mengungkitnya pada Mas Iqbal."

"Kalau kamu sudah tahu banyak rahasia soal Kak Iqbal, kamu mau berjanji satu hal padaku lagi?" tanya Siska penuh harap.

Nayla mengerutkan dahi.

"Janji apa?"

"Jangan pernah menyerah menariknya keluar dari jalan yang salah, Nay. Bimbing dia, Nay. Aku ingin Kak Iqbal kembali ke jalan yang benar. Aku tidak mampu kalau aku yang melakukannya. Dan aku percaya hanya kamu yang bisa."

Siska menyentuh pundak Sang Kakak ipar. Nayla melihat ada sirat keseriusan di manik Siska. Setelah menimbang-nimbang, ia pun menyanggupi.

"Baiklah."

Siska menarik napas lega.

"Nay, pasti kamu bingung kenapa Kak Iqbal bisa jadi atheis sedangkan dia seorang mantan hafidz, kan?"

Siska memulai cerita. Nayla tertegun dan membenarkannya lewat anggukan.

"Setiap perubahan pasti ada penyebabnya. Dan semua yang terjadi pada Kak Iqbal bermula setelah Ibu kami meninggal," ujar Siska dengan mata berkaca-kaca.

"Inalillahi," Nayla menyentuh bahu Siska.

"Sekarang kamu mengerti' kan kenapa saat kalian menikah hanya ada Ayah kami saja?"

Nayla membenarkan. Ia jelas menyadari itu. Tapi Nayla tidak menduga bahwa Ibu mertuanya telah tiada. Nayla pikir Ibu mertuanya sedang sibuk bekerja mengingat bahwa keluarga suaminya ini merupakan orang terpandang yang pastinya memiliki banyak perusahaan.

"Iya, Sis."

"Ibu kami sudah sakit-sakitan sejak kami berdua masih remaja. Dan Ibu meninggal setelah cukup mendapatkan perawatan serius di rumah sakit. Saat itu kami terpukul. Bahkan Kak Iqbal sampai pulang ke rumah dan meninggalkan pondoknya untuk selamanya. Aku malu mau mengakui ini ke kamu. Tapi Nay, kamu harus tahu selain hafidz sebenarnya Kak Iqbal dulu seorang ustadz."

Love You Till Jannah Where stories live. Discover now