28.

12.8K 1.2K 45
                                    


"Malam nanti, temani saya hadir ke sebuah acara ya Nay?" Iqbal memandangi Nayla yang sibuk sekali mengancingkan jas hitam kerjanya.

"Acara apa, Mas?"

"Pesta ulang tahun anaknya wakil direktur. Sebenarnya saya tidak ingin hadir mengingat bahwa acara ulang tahun seperti itu tidak ada dalam agama kita. Saya terpaksa mengingat bahwa selama ini wakil direktur cukup baik terhadap saya."

"Oh ya sudah."

"Saya juga sudah menyiapkan semuanya. Jadi kamu gak perlu mikirin apa-apa lagi. Cukup berdandan yang cantik saja, oke? Kalau tidak bisa dandan, kamu minta bantuan ke Siska saja. Dia ahlinya merias. Sepulangnya saya kerja nanti, kita langsung berangkat. Kamu harus sudah siap ya? Saya akan menghubungi pihak butik untuk membawakan gaun kamu ke rumah sore ini."

"Iya Mas." Nayla meraih tasnya yang tergeletak di sofa dan memakainya. Ia juga membawakan tas milik Iqbal di tangan kanannya. Saat Nayla hendak menyentuh knop pintu, Iqbal menahan. Alis Nayla bertautan.

"Ada apa?"

"Morning kissnya mana?"

Pipi Nayla merona. Ia sedikit berjinjit untuk mengecup pipi Iqbal sekilas. Sang suami tersenyum bahagia.

"Makasih."

"I-iya."

"Hari ini yang jemput kamu Riki ya? Saya masih punya banyak pekerjaan di kantor. Takutnya kamu malah kelamaan nunggu di sekolah karena saya," ujar Iqbal.

Nayla mengangguk.

"Makasih pengertiannya." Iqbal mencium puncak kepala Sang istri lalu merangkul pundak Nayla. Keduanya pun berjalan keluar menuju anak tangga.

Kini perbedaan umur keduanya tidak lagi menjadi masalah. Seiring waktu berjalan, Nayla mulai mampu menyeimbangkan dirinya pada karakter Iqbal yang lebih dewasa. Siapa saja yang melihat pasangan itu, pasti akan menggigit jarinya karena iri. Couple goals.

Iqbal yang berwibawa dan Nayla yang pemalu itu sungguh mempunyai pesonanya tersendiri. Dan akhir-akhir ini Iqbal baru saja mengetahui hal yang membuatnya terkejut. Kepandaian Sang istri dalam berargumen itu ternyata diwariskan dari rahimahullah Abinya. Ayah mertua Iqbal itu adalah mantan pengacara yang telah gulung tikar akibat kalah berdebat di persidangan mengenai sebuah kasus politik. Yakni; korupsi.

Nayla juga bercerita padanya, dulu dia dan sekeluarga selalu hidup serba berkecukupan. Semenjak Abinya mengalami kegagalan dalam tugas, mereka kehilangan harta dan kedudukan. Hingga memutuskan untuk pindah ke rumah yang lebih sederhana. Setelah kalah dan jasanya tidak dibutuhkan lagi, akhirnya Sang mertua pun berganti profesi sebagai guru agama di sebuah pesantren yang ada di Bogor.

Karenanya, jika ada yang menduga Nayla lulusan pondok maka ia salah. Wanita itu hanya mengasah ilmu yang dipunyanya secara otodidak. Iqbal sungguh kagum padanya. Walau begitu, pengetahuan Nayla tetap saja masih di bawah Iqbal yang jelas-jelas punya pengalaman lebih dalam menekuni agama.

Belum cukup sampai di situ penderitaan keluarga istrinya, ketika Sang Abi akhirnya menghembuskan napas terakhir akibat sakit parah yang dideritanya sejak lama, ekonomi di keluarga Sang istri kian terancam. Hingga Ummi pun memilih untuk mencari pekerjaan demi membiayai sekolah Nayla.

"Mas, nanti sebelum pulang aku boleh mampir ke rumah Ummi dulu gak? Aku kangen sama Ummi," Nayla bertanya ketika mereka sudah memasuki mobil Iqbal yang terparkir di pekarangan rumah.

"Boleh," respon Iqbal tanpa pikir panjang.

"Omong-omong bujuk Ummi kamu untuk gak kerja lagi. Biar nanti saya yang kasih nafkah tiap bulannya."

Love You Till Jannah Where stories live. Discover now