Bab 0.1

1.8K 53 3
                                    

"Heh! Yang disana! Dimana dasi kamu!?" suara lantang dan cempreng itu memenuhi koridor sekolah.

"Maaf Kak, anu-- dasi aku ketinggalan." gadis itu berkacak pinggang, "Lain kali, kepalanya sekalian ditinggal aja. Yaudah, sana masuk, awas kalo sekali lagi aku ngeliat kamu gak pake dasi ya!"

Laki-laki yang notabene-nya adik kelas itu langsung lari ke kelasnya.

Namanya, Alena. Dia adalah gadis manis yang terobsesi menjadi ketua OSIS. Gadis ini mempunyai sifat yang tegas, mandiri. Dan satu lagi, ia dikenal kejam oleh adik maupun kakak kelasnya. Bahkan, julukannya dikenal sebagai, 'bidadari yang kejam.'

Parasnya yang cantik dan imut membuat banyak laki-laki menyukainya, namun mereka memilih untuk memendam perasaannya.

Pada kelas X semester 1, dia dipilih menjadi petugas kedisiplinan dan di semester 2, ia memilih menjadi sekretaris OSIS.

Dan sekarang, ia sedang menyalonkan dirinya menjadi ketua OSIS. Bukan mudah untuk menjadi seorang ketua OSIS, ia pun sedang mati-matian menyiapkan visi dan misi untuk nanti ketika diadakan pemilihan ketua OSIS yang baru.

"Berusahalah dengan sekuat apapun, karena gue yang akan menang!" seruan itu membuatnya berhenti berjalan. Ia memutar badannya dan gadis itu melihat Ares, rivalnya sejak SMP.

Dulu, sebelum sifatnya berubah seperti ini, Ares selalu menjahilinya, selalu membuat dirinya menangis, dan lelaki itu selalu memusuhinya.

Saat SMA, perilaku Ares semakin menjadi kepadanya. Apalagi setelah tau bahwa Alena yang ia kenal bukan lagi Alena yang dulu.

"Anjing menggonggong, kafilah berlalu." ucapnya santai, ia mengeluarkan smirk-nya lalu berjalan melewati Ares yang menatapnya kesal.

"Jadi maksud lo, gue anjing?" lelaki itu mencekal tangan Alena.

"Gue gak pernah ngomong tuh," jedanya, "Kayanya lo yang ngomong sendiri deh." ia melepaskan cekalan itu lalu melanjutkan jalannya.

"Liat aja lo, alien!"

Alena berbalik, "Nih, gue liatin."

*****

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa bergerumul datang ke kantin. Alena yang mulanya lapar kini kehilangan selera untuk makan karena melihat antrian sangat penuh.

Ia menghela nafas, bagaimana ini? Dia lapar tapi tak mau mengantri.

Gak ada jalan lain, gue harus ngantri, fikirnya. Ia mendekat ke penjual bakso. Setelah lebih dari 10 menit menunggu, ia akhirnya mendapatkan pesanannya.

Dan sekarang, ia bingung karena tak ada satupun tempat duduk yang kosong.

"Alena!" gadis itu menoleh, Davin, teman sekelasnya, melambaikan tangannya dan memberi kode bahwa ia bisa duduk bersamanya dan teman-temannya.

Sejenak Alena ragu, tapi ia tak bisa menolak. Ia pun berjalan dengan wajah datarnya, seketika langkahnya berhenti. Kenapa ia bisa lupa? Dimana ada Davin, pasti ada Ares juga.

"Udah gak papa, duduk aja." Davin mengambil dengan cepat mangkuk bakso yang ada di tangan Alena, lalu menaruhnya disamping dirinya.

Dan kenapa gue duduk harus di depan macan galak? Batin Alena. Ia melihat Ares dengan malas, dan dengan enggan ia menjatuhkan bokongnya.

"Apa lo liat-liat?" Ares memelototkan matanya.

"Dih, pd." jawab Alena, kemudian ia mulai makan baksonya. Hanya keheningan yang ada, mereka semua larut dalam fikirannya.

I'm brOKenHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin