Bab 2.0

452 17 9
                                    

"Halo semuanya! Nama gue Dzikra Prihambogo, pindahan dari Sma Nusa 2." Ucap Dzikra ramah, disusul dengan senyuman manisnya yang memikat hati.

"Meleleh adek bang!"

"Senyumanmu yang indah bagaikan candu."

"Kok jadi lagu halu woi!"

"Ya maap, kan kisah cinta gue lagi sama kaya lagu itu."

"Lagu halu itu bukan cuma tentang kisah cinta tau! Ada banyak makna yang bisa lo dapet dari lagu itu!"

"Iya Toby, si anak indie."

Pak Hendi menggebrak meja, suaranya cukup keras sehingga beberapa murid terlonjak kaget, "Ini kelas atau pasar?! Kembali kerjakan tugasnya!"

"Ya kelas lah Pak, Bapak gak bisa lihat apa?" Sahut Budi dengan wajahnya yang menjengkelkan. Satu kelas tertawa, Budi ini memang tak ada takutnya dengan guru-guru.

Alena ingin sekali menggeplak kepala Budi yang duduk di depannya, ia gemas melihat sikap lelaki itu yang pastinya akan membuat Pak Hendi naik darah.

"Budi, sekali lagi kamu berbicara, keluar kamu dari kelas ini!"

Seketika situasi kelas hening mendengar Pak Hendi yang mengamuk. Setelah bisa mengendalikan emosinya, Pak Hendi tersenyum ramah ke Dzikra.

"Dzikra, kamu bisa duduk dengan Budi. Tapi jangan sampai kamu ketularan sifat buruknya ya?" Ucap Pak Hendi, menyindir Budi yang kini memutar bola matanya jengah.

Dzikra yang mulanya diam karna memperhatikan Alena kini mengangguk paham. Jika ia duduk dengan Budi, itu berarti dia duduk tepat di depan Alena.

Ia mengedipkan matanya kepada Alena, "Kita bertemu lagi cantik." Ucapnya, tanpa memperdulikan Ares yang kini menatapnya berang.

Alena memutar bola matanya, lalu tiba-tiba teringat akan sesuatu, "Soal jaket lo, besok gue balikin." Ucap Alena datar membuat Ares diam-diam menghembuskan nafasnya lega. Setidaknya, Alena tak memberikan respon yang baik.

Tapi sama saja, Dzikra pasti akan selalu mengganggu Alena-nya.

"Santai aja, gak dibalikin juga ngga papa. Ntar kalo lo kangen tinggal peluk aja." Goda Dzikra.

Alena terkekeh pelan lalu dalam sekejap wajahnya kembali datar, "Pd, najis lo!"

"Saya tau Alena itu cantik Dzikra, tapi papan tulis itu adanya di depan, bukan di wajah cantik Alena." Ucap Pak Hendi, menyindir Dzikra yang kini cengengesan  dan segera berbalik mengahadap ke depan.

Dzikra menggeram ketika mendengar Ares berbisik kepadanya, "Sukurin!"

*****

"Sumpah ya, gue sebel banget sama Davin. Pengen gue pites rasanya tuh orang, setiap gue deket-deket dia pasti sial mulu idup gue."

Alena tersenyum menjengkelkan, "Gitu-gitu lo pernah cinta mati sama dia, Qi."

Qiara mendengus lalu memakan siomaynya dengan ganas, "Gue dulu buta, mangkanya bisa cinta sama dia."

"Sampe sekarang juga, kan?" ledek Alena. Alena tau, bahwa Qiara dan Davin sebenarnya masih saling sayang, tapi mereka mempertahankan ego masing-masing.

"Gue tau kali lo masih sayang sama Davin, gausah bohong deh. Kalo ego yang menang terus, kapan bahagianya?" ucap Alena.

Qiara berpikir bahwa apa yang dikatakan Alena memang benar adanya. Tapi hatinya masih saja tidak bisa memaafkan kesalahan Davin di masa lalu.

I'm brOKenWhere stories live. Discover now