Bab 1.4

805 36 3
                                    

Alena memegang sebuah sapu tangan dengan pandangan yang menerawang, ia masih belum bisa menebak siapa yang memberinya sapu tangan ini ketika ia sedang berada di Danau.

Flashback on...

Sebelum Alena di siksa oleh Jaya wishaka.

Karna perkataan Ares yang menancap di hatinya, Alena memilih diam-diam pergi ketika Mama Ares sedang beristirahat.

Ia melirik sekilas pos satpam dan bersyukur Pak Burhan-satpam di rumah ini, tidak ada di tempatnya. Alena kembali mengendap lalu mendorong motornya keluar rumah megah khas keluarga Pradipta itu.

Setelah mengira situasinya aman, Alena menghidupkan mesin motor lalu melajukan motor tersebut dengan kecepatan di atas rata-rata.

Setelah sampai, Alena berjalan dengan gontai sambil menangis dalam diam.

Alena yang semula Menunduk kini menoleh dengan mata sembabnya, terkejut ketika melihat seseorang yang sempat menemuinya ketika ia berada di tempat ini juga, beberapa minggu yang lalu.

"Jangan bersedih terus Alena, aku selalu berada disampingmu." kata orang tersebut sambil mengelus puncak kepala Alena.

Alena menggenggam tangan orang tersebut lalu membawanya ke pipi tirus miliknya, "Kenapa kamu selalu ada di sekitarku?" tanya Alena, heran.

"Karna, aku menyayangimu." ucap lelaki itu dengan nada serius.

Alena merasa hatinya menghangat, sebenarnya ada apa ini? Dan siapa lelaki yang ada di sebelahnya ini?

Alena mencoba meraih masker yang dipakai oleh lelaki itu, namun tidak bisa. Lelaki itu dengan cekatan menepis tangan Alena lalu memeluk Alena dengan erat.

"Biasanya pelukan adalah hal termanjur untuk menghilangkan keresahan hati," ucap laki-laki itu sambil mempererat pelukannya, Alena pun perlahan membalas pelukannya, "Sebenarnya kamu siapa?"

Laki-laki itu melepas pelukannya lalu mengusap kening Alena yang mengernyit, "Jangan berpikir terlalu keras, nanti kamu pasti akan tau."

Laki-laki tersebut nampak merogoh kantongnya, lalu mengambil sapu tangan miliknya, "Ini simpanlah, kamu masih menyimpan sapu tanganku yang lalu kan?"

"Terima kasih," ucap Alena sambil mengusap jejak air matanya, "Kamu selalu membawa sapu tangan ya? Cukup kuakui, kamu ternyata Pria penyuka kebersihan."

"Sebenarnya itu bukan alasan utamanya, aku membawa sapu tangan ini karna aku selalu berdekatan dengan gadis cengeng sepertimu." ucap laki-laki itu sambil menoyor kepala Alena dengan gemas.

Alena terkekeh pelan, laki-laki di depannya ini bisa membuat suasana hatinya kembali tenang. Seperti, Ares.

"Kembalilah, Alena. Aku yakin Ares pasti akan kebingungan mencarimu." ucapnya dengan lembut. Alena terkejut, bagaimana ia bisa tau tentang 'Ares'.

"Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan bukan? Maka maafkan dia." tambah laki-laki itu.

Kenapa dia bisa tau? Batin Alena heran.

"Tak penting aku tau darimana. Pulanglah, Alena." ucap lelaki itu seakan tau isi hatinya lalu berbalik badan, pergi meninggalkan Alena yang masih termangu, "Tunggu! Setidaknya beritahu namamu!" teriak Alena.

"Kau bisa memanggilku Banu!" balas lelaki tersebut tanpa membalikkan badannya.

Banu, ulang Alena dalam hati. Alena memasukkan sapu tangan tersebut ke sakunya lalu segera pergi dari danau tersebut.

I'm brOKenWhere stories live. Discover now