Bab 0.6

961 33 0
                                    

Karna rintik hujan semakin deras, Ares memilih mempercepat laju motornya. Mengabaikan Alena yang berteriak ketakutan.

"Gue gak mau mati, cowok sinting!" teriak Alena tepat di samping kuping Ares yang tertutup helm.

"Iye-iye, alien ribut bat dah."

Walaupun meng-iya-kan perkatan Alena, tetapi ia sama sekali tak memperdulikan ucapan gadis itu malah ia semakin mempercepat laju motornya.

Dibelakangnya, Alena berkomat-kamit tak jelas, membuat Ares tersenyum tipis ketika melihatnya dari kaca spion.

"Jangan takut, selama ada gue lo bakal baik-baik aja." Alena mengerutkan dahinya lalu menoyor kepala lelaki itu, "Bacot!"

*****

"Mati lo sono, cowok sinting!"

Sesampainya mereka disana, Alena segera turun dari motor lelaki itu lalu berteriak dan memukul badan Ares. Sedangkan Ares hanya bisa diam tak berkutik.

"Udah gue bilang jangan ngebut-ngebut, tapi lo tetep aja ngebut." Ares meringis ketika merasakan pukulan Alena semakin kuat.

"Gue benci sama lo!" Alena terisak, bayangan itu kembali memenuhi pikirannya.

"Aduh kok nangis, sih?" bingung Ares, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kan udah gue bilang jangan ngebut." racau Alena terus menerus, perlahan cengkraman di baju Ares merenggang. Alena meletakkan dahinya di dada bidang Ares.

"Gue takut, Ares bego!" makinya, ia menubrukkan dahinya berkali-kali di dada lelaki itu.

Ares meletakkan tangannya di kepala dan pinggang Alena lalu mendekapnya dengan erat.

"Gue takut." racau Alena disertai isakan yang semakin menjadi.

"Kangen Dewa." gumam Alena pelan, namun Ares bisa mendengar ucapan itu.

Lelaki itu mengerutkan dahinya bingung, siapa Dewa? Pikirnya berkali-kali. Ia memendam rasa ingin tahunya yang terlalu tinggi itu, lalu perlahan menepuk kepala Alena.

Hangat. Itulah yang dirasakan Ares ketika pertama kali memeluk Alena. Permukaan kulit mereka yang saling bersentuhan, membuat Ares seperti tersengat listrik.

Aman dan nyaman, itu pula yang dirasakan oleh Alena. Seakan ini adalah istana yang kokoh, yang tak akan membuatnya hancur bersama kepingan badai masa lalu.

"Lo ngapain meluk-meluk gue?!" sentak Alena ketika ia sudah bisa mengendalikan perasaannya, ia melepaskan pelukan itu lalu menatap ngeri lelaki yang ada dihadapannya ini.

"Udah Alien, bego, pikun pula." sindir Ares pelan, Alena memelototkan matanya, "Ngomong apa lo barusan?!"  

"Gak- gak ada ngomong apa-apa, gue cuman bilang lo bego plus pikun, paham? Pikun!" tekan Ares, gadis itu mengepalkan tangannya lalu dengan geram menjambak jambul kesayangan Ares.

"Adaw, jambul kesayangan gue rusak! Lepas woi! Alien! Entar rontok rambut gue." ringis Ares ketika Alena semakin kencang menarik rambutnya.

"Lagian tadi kan lo duluan yang nyender di dada gue, ya kali gitu lo kode minta dipeluk. Kan cewek kebanyakan kode tuh, beruntung lo nemu cowo yang peka kaya gue." cerocos Ares panjang lebar dan berusaha membanggakan dirinya.

Alena melepaskan jambakan dirambut Ares lalu menepuk-nepuk tangannya seolah membersihkan tangannya dari sesuatu yang kotor.

"Gue..., nyender di dada lo?" Alena menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk Ares.

I'm brOKenWhere stories live. Discover now