Bab 1.7

671 38 3
                                    

Alena dan Ares berjalan berdampingan. Membuat banyak siswa dan siswi menatap mereka dengan berbagai macam pandangan.

"Wah musuh bubuyutan sekarang udah damai, pacaran pula!"

"Cocok sih, sama sama cakep."

"Gue pengen deh jadi Alena, apalagi cowonya seganteng Ares."

Alena memutar bola matanya malas, lalu semakin menggenggam erat jemari Ares. Ares menoleh ke arahnya, tak percaya. Ia kira Alena akan melepaskan tautan tangan mereka.

"Tumben genggam tangan gue erat gini." Goda Ares. Alena menatapnya kesal, "Panas kuping gue denger fans lo daritadi mulutnya berkicau aja."

"Cemburu?"

"Nggak, ngapain." Alena melepas genggamannya, lalu memberi sedikit jarak antara mereka.

Nandar-mantan Ketos- berjalan menghampiri Ares, "Darimana aja lo? Jam segini kok baru dateng." Dengus Nandar.

"Dari rumah." Jawab Ares santai.

Alena memutar bola matanya kesal, melihat sikap acuh lelaki itu. Ingin rasanya ia menjambak jambul Ares yang terlihat lebih memanjang.

"Sadar diri, lah. Hari ini pelantikan lo jadi ketua OSIS." Ares menatap Nandar dengan tatapan menantangnya, "Terus?"

"Lo harusnya bisa datang lebih cepat, sikap lo itu bakal jadi contoh buat siswa yang lainnya," jeda Nandar untuk menarik nafasnya, "Mau jadi apa sekolah kita kalo yang di contoh itu sikapnya kaya lo."

"Terus, gue harus gimana? Gue harus pura-pura baik di depan khalayak umum, padahal sering ke club malam, gitu?"

Skak. Ucapan Ares berhasil membuat Nandar mati kutu.

"Maksud lo apa?" Nandar menarik kerah Ares, sementara Ares menatapnya sinis, "Kenapa marah? Tersindir?"

Siswa-siswi yang sedang berlalu lalang menatap mereka dengan penuh tanda tanya.

Mereka berdua beradu pandang, sama-sama saling menatap dengan tajam. Alena gelagapan, ia takut jika akan terjadi adu jotos di antara mereka berdua.

Alena menggenggam tangan Ares yang mengepal lalu berusaha melepaskan tangan Nandar dari kerah Ares.

"Maaf ya Kak, kami mau masuk kelas dulu."

Dengan cepat Alena menarik Ares, "Jangan cari masalah deh. Nanti kalo muka lo bonyok gimana?"

Ares terkekeh pelan, "Khawatir?" tanyanya sambil menatap genggaman Alena yang semakin mengerat. Tangan Alena yang mungil dan lentik itu tenggelam di dalam tangannya yang besar. Hatinya menghangat. Alena selalu sukses membuat jantungnya seolah akan keluar.

"Ngarep." Sinis Alena, namun masih dengan wajahnya yang memerah. Alena melepaskan tangannya lalu kembali memberi jarak antara mereka.

Tentu saja kali ini Ares tak tinggal diam. Ares menarik Alena mendekat lalu merangkulnya, tidak memperdulikan teriakan dari beberapa siswi yang melihat mereka.

"Res lepas, ih. Diliatin!" protes Alena dengan wajahnya yang memerah.

"Bodo amat, dari tadi lo santai-santai aja tuh megang tangan gue walaupun diliatin."

Alena cemberut. Ia tahu, pasti sebentar lagi mereka akan menjadi hot news se-antero sekolahan.

*****

Benar dugaan Alena, mereka menjadi bahan gosip satu sekolahan. Tak jarang fans Ares terang-terangan membicarakannya, membuat Alena harus menahan emosi karna ucapan mereka terasa sangat pedas.

I'm brOKenWo Geschichten leben. Entdecke jetzt