Bab 1.8

729 32 7
                                    

Alena menatap lelaki yang memakai jaket itu dari atas hingga ke bawah, lalu memilih membuang wajahnya. Ia terus berharap, semoga ada kendaraan umum yang lewat.

"Oh ayolah, cantik. Lo tau nunggu itu gak enak."

Alena mendelik sekilas, "Ya gak enak lah, namanya bukan makanan. Lagian yang nyuruh nunggu siapa?"

Lelaki itu tertawa renyah, ia mengerti kenapa Alena bisa se-sewot ini. Ini pasti karna kesan pertama mereka bertemu.

"Gue minta maaf untuk kesan pertama kita bertemu, gue gak maksud gitu." Ucap lelaki itu sambil memamerkan senyum manisnya.

"Ya ya, terserah lo."

Lelaki itu menyodorkan tangannya, membuat Alena mengernyit tak mengerti, "Mari berkenalan cantik, gue tau kesan pertama bertemu kita jauh dari kata baik."

Alena perlahan membalas genggaman tangan itu sambil mengulas senyum tipis, "Alena."

"Dzikra, panggil Zi boleh, panggil sayang juga boleh."

Alena terkekeh pelan, "Gombalan lo gak mempan."

"Gapapa kali ini gak mempan, mana tau gue beruntung lain kali. Yaudah yuk, cantik. Gue anterin pulang." Ucap Dzikra.

Alena tersenyum tipis lalu menggeleng, "Gak usah, gue pulang sendiri aja. Mending lo jaga nyokap lo."

"Sayangnya gue gak suka penolakan cantik. Lagipula daerah disini rawan jambret loh. Noh liat aja, udah ada gerombolan laki-laki yang liatin lo dari tadi." Alena melihat keadaan sekitarnya. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Dzikra. Di ujung gang sana, ada banyak sekali laki-laki yang melihatnya.

Alena menjadi risih, ia pun berdecak, "Yaudah, tapi ini karna lo yang maksa ya? Bukan gue yang minta."

Alena perlahan berjalan mendekati motor Dzikra, namun langkahnya terhenti kala Dzikra mencegatnya, "Et, bentar dulu." Dzikra turun dari motornya lalu melepas jaketnya.

"Lo nga—" ucapan Alena terhenti karna mendadak ia terpaku melihat Dzikra yang menunduk dan sedang melilitkan jaketnya di pinggang Alena.

Setelah selesai, Alena pun masih terdiam mematung, "Yuk cantik?"

Tanpa sepatah kata apapun, Alena naik ke atas motor besar milik Dzikra dan memakai helm yang Dzikra beri.

Dzikra menghidupkan mesin motornya, "Mending pegangan deh, takutnya lo jatuh cantik."

Alena mendorong helm yang menutupi kepala Dzikra, "Gausah modus, jalan!"

"Jangan galak gitu atuh Neng cantik." Goda Dzikra.

Alena berakting seolah ia akan muntah, "Mual gue dengernya, buruan deh gausah nge bacot mulu. Udah sore!"

Dzikra meringis, "Yaampun neng, cantik-cantik judes banget."

"Udah takdir!" ketus Alena.

Dzikra terkekeh pelan lalu mulai menjalankan motornya, "Tapi gapapa, gue suka kok sama cewe judes!" jerit Dzikra, karna ia tau suaranya pasti kalah dengan suara angin yang menerpa mereka.

"Bodo amat!"

*****

"Makasih." Ucap Alena dengan wajah datar, tanpa ekspresi. Tangannya mengulurkan helm yang ia pakai, dan diterima dengan lembut oleh Dzikra.

Melihat rambut Alena yang berantakan, tangan Dzikra bergerak merapikannya, namun tangannya ditepis seseorang.

"Ngapain lo disini?"

I'm brOKenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang