Bab 1.6

841 44 11
                                    

Ares mengusap bahu Alena, guna menenangkan gadis itu yang kini wajahnya menegang.

"Tenang dulu." Ares mengusap bahu Alena ketika melihat nafas gadis itu memburu.

Setelah Alena mulai tenang, Ares mengelus pipi Alena yang masih terasa dingin, "Ada apa?" tanya Ares lembut.

"Rimba bakal kacauin hidup gue lagi." Entahlah, rasanya sekarang perasaan Alena tercampur aduk. Kesal, marah, cemas, takut. Semua bercampur menjadi satu.

Emosi Ares menaik ketika melihat sebersit ketakutan di mata Alena, "Selama ada gue, ga akan ada yang nyentuh lo." Hati Alena mulai tenang, ditambah lagi elusan yang ada di pipinya.

Alena menggenggam tangan Ares yang masih mengelus pipinya, "Makasih Res."

Ares tersenyum, ia sangat senang ketika melihat Alena seperti ini. Ia merasa seolah Alena membutuhkannya.

Dengan salah satu tangannya yang bebas, ia mengelus rambut Alena, "Gue bakal lakuin apapun untuk lo, Len." Mata Ares menatap mata tajam Alena.

Setelah beberapa saat saling berpandangan, Alena ber-akting seolah ia akan muntah, "Dasar bucin, jijik gue." Ucapnya sambil melepaskan tangan Ares.

"Namanya juga usaha." Ucap Ares sambil memutar bola matanya. Menurutnya, tadi itu sudah sangat romantis. Tapi memang Alena dapat mengacaukan segalanya. Termasuk, hatinya.

"Permisi, saya mau memeriksa keadaan Alena." Kata seorang Dokter sambil tersenyum sopan dan di sampingnya juga ada seorang suster.

"Silahkan, Dok." Ares menyingkir sejenak, dan Dokter tersebut memulai memeriksa Alena.

Dokter tersebut menyudahi kegiatannya lalu tersenyum, "Alhamdulillah, kondisi Alena semakin baik. Hari ini juga Alena boleh pulang." Ucap Dokter itu lalu pamit keluar.

Alena dan Ares kompak tersenyum senang. Reflek, Alena menarik Ares kepelukannya. Dan Ares hanya bisa mematung, "Akhirnya bisa pulang!"

Sadar akan apa yang ia lakukan, Alena melepas pelukannya lalu menatap Ares canggung, "Maaf, tadi reflek."

"Sengaja juga gapapa." Ucap Ares tanpa sadar, Alena menatapnya tajam, "Itu mah mau lo." Ketusnya, walau tak dapat dipungkiri, serasa ada yang menggelitik di perutnya.

Ares tersenyum menantang, "Gitu juga lo baper." Ledeknya, Alena melotot tak terima.

"Amit-amit gue sampe baper sama lo." Ucap Alena berbohong, padahal memang iya. Tadi Alena memang sudah terbawa suasana.

Ares mendekatkan wajahnya membuat Alena tercekat dengan mata yang membulat, "Yakin gak baper?" bisiknya di depan wajah Alena.

"Ya-yakinlah." Ucap Alena, setelah ia terdiam beberapa saat.

Ares terkekeh kecil lalu menjauhkan wajahnya dari Alena, "Ayo, lo udah boleh pulang."

"Barang-barang gue?" tanya Alena.

"Selaw nanti ada yang ngambil." Balas Ares santai, membuat Alena mendengus, "Iye, orang kaya mah bebas." Balasnya.

Ares terkekeh lalu mengulurkan tangannya, perlahan Alena menyambut tangan Ares dan saling menggenggam dengan erat.

"Res." Panggil Alena saat mereka sudah di dalam mobil, Ares menoleh sambil menaikkan alisnya, "Apa sayang?"

"Sayang sayang." Cibir Alena dengan wajah cemberutnya namun tak urung pipinya memerah karna panggilan Ares tadi.

Ares menggerling nakal, "Jadi mau dipanggil apa? Honey bunny sweety?"

"Pacaran juga belum." 

I'm brOKenWhere stories live. Discover now