Bab 2.1

369 22 8
                                    

Alena turun dari kereta dan menepuk-nepuk roknya basah. Mereka memilih untuk makan terlebih dulu di warung sate yang ada di pinggir jalan.

"Ini yakin gamau pulang aja?" tanya Ares, memastikan.

"Iya, ayo makan. Gue yang bayarin kali ini." Ucap Alena lalu segera menarik Ares.

Ares tersenyum kecil, hanya karna tangan mungil Alena yang lebih dahulu menggenggam tangannya saja, membuat jantungnya berdebar keras, dan pipinya juga menghangat. Simple, tapi sangat berkesan untuknya.

Ares memegangi dadanya sambil menunduk, menggigit bibirnya agar tidak tersenyum.

"Muka lo kenapa merah gitu?" ledek Alena sambil tersenyum jenaka.

Ares gelagapan lalu mengalihkan pandangannya, "Panas disini." Ucapnya, berusaha mengelak sambil mengipas-ngipas miwajahnya.

"Panas? Ini lagi hujan loh, lo sakit?" Alena menempelkan tangannya ke kening Ares, ia semakin gencar untuk menjahili Ares. Jarang kan, lelaki bersikap malu-malu seperti ini?

Senyuman terpatri di wajah Ares, "Suka ya lo, bikin gue salah tingkah gini." Ucap Ares lalu mengalihkan tatapannya.

"Lucu." Ucap Alena, tak sadar. Ia segera menepuk mulutnya perlahan.

"Iya gue tau, gue itu lucu." Ares menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal. Mereka berdua saling tersenyum dalam diam, dengan rona merah yang menjalar di kedua pipi.

Bapak penjual sate, yang sedari tadi menunggu mereka untuk memesan terkekeh, "Gajadi pesen ya, Nak? Yaudah sok, pacaran dulu."

Ares terkekeh pelan sementara Alena menunduk malu,  "Pak satenya dua, yang satu cabenya dipisahin."

Bapak itu terkekeh lalu segera menyiapkan pesanan mereka, "Kalo ngeliat kalian, bapak jadi keinget waktu muda dulu."

"Emang gimana waktu muda dulu, Pak?" tanya Alena, kepo.

Bapak itu menerawang ke masa lalu, "Dulu Bapak engga ngira kalo bapak sayang ke istri Bapak, karna dulu kami gapernah bisa akur. Istri Bapak itu galak banget dari dulu." Ucap Bapak itu sambil sesekali terkekeh.

"Ibu nda galak Pak, Bapaknya aja yang dulu terlalu lembek." Sahut seorang Ibu-ibu yang Alena dan Ares kira adalah istri dari Bapak itu.

"Kalo nda galak, kenapa dulu waktu sekolah Ibu selalu jambak rambut Bapak."

"Lo banget itu, Na." Bisik Ares sambil terkekeh. Alena memukul pelan tangan Ares.

Ibu itu mengangkat kedua bahunya, "Siapa suruh Bapak dulu sering gangguin Ibu." Jawab Ibu sambil membersihkan meja di sebelah Alena.

"Nah itu, makanya kalo gamau gue galak, jangan ganggu gue." Ucap Alena, membela dirinya.

Ares mengacak puncak rambut Alena, "Kalo ngga gue ganggu, gue sayang aja gimana?"

"Sa ae lu." Ucap Alena sambil menepuk tangan Ares, dan membenarkan tatanan rambutnya. Rasanya, Alena ingin menjerit melihat bagaimana Ares tersenyum dan mengacak rambutnya.

"Tahan!" Ucap Alena dalam hati.

Ares hanya terkekeh. Tak lama kemudian sate itu telah dihidangkan. Aroma dari sate itu membuat perut Alena berbunyi.

Alena dengan lahap memakan sate itu, sementara Ares bolak-balik terkekeh melihat cara makan Alena. Tak jarang ia modus untuk mengelap bibir Alena yang belepotan.

"Aaaa..." Alena terkekeh pelan lalu menerima suapan dari Ares.

"Dasar kang modus." Cibir Alena sambil tertawa pelan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 12, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm brOKenWhere stories live. Discover now