Bab 1.5

896 33 1
                                    


Ares tersenyum sambil tetap menatap mata tajam Alena yang kini membelalak, "Gue cuma mau bilang, gue sayang sama lo."

Ares mengusap pipi Alena yang kini terlihat memerah, "Cantik." katanya pelan.

Alena mengulum bibirnya, mencegah bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman.

Ares tertawa, "Kalau mau senyum ya senyum, jangan ditahan." Ares kembali menyuapkan nasi tersebut, Alena yang sadar pun segera menjauhkan tubuhnya lalu memakan nasi tersebut sambil tersenyum dalam diam.

Setelah bisa menjaga ekspresinya, ia menatap Ares datar, "Pasti banyak cewe yang lo gombalin sebelum gue kan?"

Ares terkekeh, "Kenapa? Cemburu lo?"

"Dih, mit-amit." Alena memutar bola matanya sambil menarik nafas jengah.

"Dasar! Gak mau ngaku," ucap Ares, semakin terkekeh, "Lagian kalo boleh jujur, baru lo yang gue perlakuin gini." walaupun Ares mengatakannya sambil tertawa, tapi Alena merasakan keseriusan di wajahnya.

Alena membuang mukanya walau di dalam perutnya terasa ada yang menggelitik, "Bacot, udah sini gue mau makan sendiri aja."

"Gue bilang gue yang nyuapin." ucap Ares datar, tapi dari rautnya ia terlihat tak ingin di bantah.

Melihat Alena yang diam, Ares kembali menyuapinya. "Gini dong, sekali-kali lo itu harus nurut sama gue." ucap Ares sambil mengacak rambut Alena.

Alena merapikan kembali rambutnya lalu menolak suapan Ares, "Kenyang." ucapnya.

"Yaudah." Ares meletakkan nasi tersebut di atas brankar lalu mengambil obat penurun demam yang tadi di berikan oleh seorang suster.

"Nih, minum." Alena menelan obat tersebut lalu meminum air dan bergidik ketika merasakan obat tersebut melewati tenggorokannya. Dan rasanya itu sangat pahit.

"Pahit banget kek muka lo." ledek Alena membuat Ares mendengus kesal, "Ganteng begini dibilang pahit mukanya, awas aje lu sampe kesem-sem sama gue." Ares memainkan jambulnya sambil tersenyum menggoda sementara Alena ber-akting seolah ia akan muntah.

"Udah, terus itu siapa yang makan? Sayang kalo dibuang." Ares menatap nasi tersebut yang tersisa setengah.

"Gue yang makan, selaw." Ares mengambil kotak nasi tersebut.

"Oh, yaudah." setelah mengatakan itu, Alena hendak berbaring kembali namun Ares menahannya, "Siapa yang nyuruh lo baring lagi?" tanya Ares.

Alena mengerutkan dahinya, "Ya gue sendiri lah." ucapnya.

"Suapin gue!" perintah Ares membuat Alena mendengus kesal, "Modus lo, ogah gue!" balasnya kesal.

"Tadi gue udah nyuapin lo, sekarang gantian." Ares semakin mengulurkan kotak nasi tersebut.

"Pamrih lo sekarang?" tanya Alena sambil berdecih, "Lagian tadi gue gak minta lo buat nyuapin gue, tapi lo yang nawarin diri."

"Len." peringat Ares dengan suara rendahnya. Entahlah, sekarang Ares terlihat menyeramkan ketika keinginannya dibantah.

Alena berdecak lalu mengambil kotak nasi tersebut lalu mulai menyuapkan Ares yang kini tersenyum senang.

"Abis ini gue pen jalan-jalan." ucap Alena ketika Ares sibuk mengunyah makanannya.

"Gak boleh-" ucapan Ares terhenti kala Alena melemparkan tatapan protesnya, "Apa-apaan lo, gue pengen keluar bentar aja masa gaboleh." sewotnya.

"Gue belum kelar ngomong. Kebiasaan sih, orang belom selesai ngomong udah dipotong." Ares menyentil dahi Alena yang dibalas Alena dengan sentilan balik di dahinya.

I'm brOKenWhere stories live. Discover now