Bab 0.8

886 37 0
                                    

Ares terbangun dari tidurnya sambil tersenyum. Ia tak merasa badannya menggigil seperti semalam, entah karna apa.

Sepertinya karna semalam ia merasa ia bermimpi Alena menjenguknya. Bahkan ia sempat tak sengaja mencium sudut bibir gadis itu.

Sontak ia memegang bibirnya, mimpi yang indah, batinnya senang. Tapi kenapa ia merasa mimpinya begitu nyata.

Ia menutup mukanya, lalu merasa aneh ketika memegang keningnya. Ia kembali meraba bagian tersebut lalu perlahan melepasnya dari keningnya.

Siapa yang makein gue ini? Tanyanya heran, setaunya sebelum ia tidur, benda itu tak ada di keningnya. Ia mengendikkan bahunya cuek, mungkin Mamanya yang memakaikan benda itu. Dan ada satu hal yang ia lupakan, orang tuanya sedang keluar kota untuk menjenguk Neneknya.

Ia membuka bajunya lalu bergegas mandi. Selama di kamar mandi ia terus memikirkan bagaimana reaksinya bila ia bertemu dengan Alena nanti?

Apa ia harus cuek? Seperti apa yang gadis itu telah bilang kepadanya? Lagi dan lagi, perasaan ini muncul membuatnya bimbang.

*****

"Saya sebagai Ketua Osis mengharapkan bahwa Ketua Osis selanjutnya dapat berkinerja dengan baik," ungkap Nandar-Ketos yang akan menjadi 'mantan' ketos- "Dan pastinya dapat mengatur organisasi ini menjadi lebih baik dan maju lagi." sambungnya.

Ketika Ares sedang mencari-cari Alena karna gadis itu tidak masuk di pelajaran pertama, tiba-tiba ia dipanggil untuk melakukan rapat dadakan.

"Rico Alviansyah dan Krisna Murti!" Nandar mulai mengabsen para calon Ketua Osis dan wakil Ketua Osis

"Maaf Kak, mereka berdua memutuskan untuk mengundurkan diri." ungkap Sekretaris Osis—Qayla.

Andra tersenyum, "Bagus! Apa jadinya jika organisasi ini memiliki ketua yang sudah menyerah sebelum berjuang," sindirnya sambil terkekeh, "Berarti hanya Ares Pradipta dengan Firza Fahlevi dan Alena Fransiska dengan Abimanyu Bhakti yang tersisa."

"Saya ingin keduanya maju dan berdiri di samping saya," Ares segera berdiri lalu beranjak menuju sisi Andra, "Tunggu, dimana Alena, Abimanyu?" tanya Andra lagi.

"Sebentar lagi dia akan datang, Kak." ucap Abimanyu dengan sopan, di waktu yang tepat, Alena memasuki ruangan Osis dengan pelan.

Ares terkejut. Kondisi Alena sangat tidak mengenakkan. Ia terlihat pucat, hidung dan mata yang merah serta sembab. Alena memasukkan seluruh rambutnya kedalam hoodie yang ia pakai. Lalu berjalan ke arah mereka dengan langkah yang terseok-seok.

"Kamu terlihat tidak baik, Alena." sepintas terlihat kekhawatiran di mata Andra membuat Ares berdecih pelan.

"Tidak apa, saya baik." ucap Alena dengan suaranya yang serak dan bisa dibilang hampir habis.

Alena membungkukkan badannya sekali, "Saya memohon maaf atas keterlambatan saya, saya juga ingin memberitahu kepada Kakak pengurus Osis, bahwa saya membatalkan diri menjadi Ketua Osis."

Semuanya terkejut, melihat sedari dulu Alena sangat mendamba menjadi Ketua Osis. Terkecuali Abimanyu, ia sudah tahu dari 2 hari yang lalu. Dan ia juga tidak bisa memaksa Alena agar tetap mencalonkan diri.

"Tapi kenapa?" tanya Andra bingung, Alena hanya menggeleng lalu tersenyum dan segera menatap Ares yang terpaku.

"Selamat Ares Pradipta, kamu akan menjadi Ketua Osis." ucapnya sambil tersenyum, Ares hanya bisa mengangguk kaku. Ia tak mengerti jalan pikiran Alena sekarang.

Alena segera pamit keluar sesudah meminta maaf kepada seluruh anggota Osis. Termasuk Abimanyu—orang yang paling ia kecewakan.

*****

I'm brOKenWhere stories live. Discover now