Part 5. Accidentally.

3.7K 499 107
                                    

🐯

***

Jam menunjukkan pukul 08.00 PM KST. Tujuanku sekarang daerah Yeongdeongpo yang membutuhkan waktu 1 jam dengan subway. Sesampainya di sana, buru-buru aku berlari kecil ke arah gedung SMS yang ternyata telah dipadati oleh banyak orang yang sedang menanti sesuatu.

Sudah pasti mereka adalah para penggemar dari berbagai macam kelompok idol. Yang rata-rata, kebanyakan memang masih berstatus anak Sekolah Menengah Pertama dan Menengah Atas. Seperti halnya aku, saat ini menunggu seorang idola yang sedang memiliki jadwal pada acara music show di channel SMS. Tapi sayangnya aku bukanlah penggemar anggota manapun seperti mereka yang berada di pelataran gedung. Tujuanku semata-mata hanya untuk kepentingan penyampaian berkas. Beberapa menit kemudian, aku sudah tiba di depan 7/11 store yang disebutkan dalam pesan instruksi lanjutan misiku.

Suara lonceng yang khas terdengar saat aku membuka pintu utama toko dari arah depan. Aku memutuskan untuk menunggu Mingyu di dalam minimarket. Langkahku segera mengarah pada bagian rak yang menyediakan berbagai macam minuman hangat. Malam ini, suhu udara cukup dingin untuk ukuran musim semi di Kota Seoul.

Aku menaruh tas ransel di salah satu meja kecil samping, lalu memilih salah satu cup instant coffe dari rak untuk kuseduh sendiri. Kedua tanganku masih menunggu instruksi untuk membuka kemasan kopi itu. Mingyu pernah memberi tahuku, kenikmatan kopi instan akan berkurang jika kemasan sudah terlalu lama dibuka sebelum diseduh. Sayangnya, aku harus menunggu lebih lama karena seseorang telah menggunakan dispenser lebih dahulu.

Kim Mingyu, kau lama sekali sih.

Aku mengamati keberadaan orang di depanku itu dari bayangan celana drawstring dan sepatu kets-nya. Topi hitam kutarik ke bawah untuk menutupi wajahku secara refleks. Tingkat penasaranku meningkat saat merasa tak asing dengan jaket yang lelaki itu kenakan. Aku mengenali jaket khusus pelajaran olahraga di sekolah berwarna putih keunguan, Kyunggi High School. Daguku terangkat perlahan, hingga netra ini sempat merangkum sisi samping wajah lelaki itu. Mungkin karena merasa diperhatikan, tiba-tiba saja ia menoleh ke arahku.

Aku pun terkejut saat sadar dan tahu benar siapa orang itu. Benar merasa terancam, aku membalikkan badan dan sedikit berlari ke arah pintu segera keluar dari bangunan minimarket"Ah,aku memang sial. Padahal aku sudah sejauh ini. Bisa-bisanya aku bertemu dengannya," gumamku asal dengan bibir yang mengerucut.

"Bertemu siapa?" tanya seorang lelaki asing, yang secara tiba-tiba sudah muncul di sebelah tempatku berdiri.

Tubuhku sontak menegang, tak sadar membulatkan matanya setelah mendengar suaranya yang sangat rendah. "Ma-mau apa kau?" tanyaku yang kini memasukkan kedua tangan ke dalam saku denim vest yang kukenakan. Kepalaku tetap tertunduk saat telah menyadari jika lelaki itu menatap penuh ke arahku.

Baru kali ini aku merasa segugup ini dalam hal penyamaran. Masalahnya lelaki itu mengenalku di kehidupan nyata. Yang sudah-sudah, aku tak dapat dikenali dengan mudah. Ditambah lagi, saat ini aku tidak memakai masker untuk menutupi wajahnya. Hanya sebuah topi yang menjadi perlindunganku saat ini.

Sebenarnya bisa saja aku mencari alasan tertentu yang tidak mencurigakan. Toh wajar kan bertemu dengan seseorang di persimpangan jalan saat berkelana? Namun pikiranku menyabotase kengerian. Jika saja lelaki itu tetap memaksaku untuk mengaku, maka aku bertekad untuk melakukan perlawanan padanya.

Aku sedikit tersentak saat lengannya ditarik, ia segera memberi peringatan pada lelaki itu, "Hei, jangan macam-macam----"

"Ranselmu tertinggal di dalam. Tenang saja, kau bukan tipeku. Gadis pendek dengan penampilan preman sepertimu sama sekali tidak menggodaku," ucapnya dingin. Lelaki itu mengulurkan sebuah tas ransel berwarna hitam dari tangannya.

Bliss For Violet (✔)Where stories live. Discover now