Part 23. Broken Promise.

2.2K 389 94
                                    


🐯

Firasatku sudah buruk saat baru saja memergoki seseorang terburu-buru lari dari arah loker sekolah. Aku sangat heran, kenapa akhir-akhir ini mereka tidak berhenti mengusikku. Padahal aku sudah berusaha menahan diri untuk tidak bereaksi. Benar saja. Untuk kesekian kalinya, aku mendapati lokerku dipenuhi bungkus makanan. Belum lagi buku-buku sekolahku terkena sisa-sisa makanan yang masih melekat begitu menjijikkan.

"Fils de pute, comment osent-ils me faire ça?" umpatku tanpa sadar. Dengan terpaksa membersihkan loker, dan menyelamatkan buku-buku sekolahku. (Dasar sialan, bagaimana bisa mereka berbuat seenaknya seperti ini)

Braaaak...

Seseorang yang hanya berjarak tiga meter dari tempatku berdiri itu menutup loker miliknya sendiri. Park Jimin, ia tiba-tiba saja menyeringai padaku.

"Il s'avère que c'est vrai, vous parlez français," respon Jimin menanggapi ucapanku tadi. (Rupanya benar, kau memang berbicara dengan bahasa Perancis)

Seketika tubuhku mematung, bahkan aku juga telah menggigit bibirku sendiri kuat-kuat.

"Hé, arrête ta mauvaise habitude," ucap Jimin. Lelaki itu mendekat dan mendapati lokerku yang penuh dengan sampah makanan. (Hei, hentikan kebiasaan burukmu itu)

Jimin meringis melihatku yang berusaha membersihkan buku-buku tulisku. Dia berniat membantuku. Namun, tiba-tiba ada yang menahan pergelangan tangan lelaki itu. Jeon Jungkook, ditambah lagi dengan keberadaan Taehyung yang tengah bersamanya.

"Untuk apa kau membantu seorang gadis yang telah melakukan kekerasan di sekolah?" ucap Jungkook sinis.

Kenapa Jungkook jadi ikut membenciku? Jangan bilang, lelaki itu mempercayai rumor tentangku yang berbuat kasar pada Yerin?

Tatapan Jimin tiba-tiba menyalang pada Jungkook. "Apa maksudmu? Kalian tidak percaya pada gosip murahan itu, kan?"

Taehyung bergeming, sama sekali tak mengucapkan satu patah kata pun. Tapi Jungkook terlihat kesal. "Apa kau tak juga paham sekarang? Dia----" Jungkook menyentuh keningku dengan satu telunjuknya. "--- benar-benar menyukai Taehyung dan tak rela kalau gadis itu mengambil kekasih 'semu'-nya."

"Jungkook-ah, jaga ucapanmu," lirih Taehyung tak digubris olehnya. Masih saja menuduhku yang bukan-bukan.

Aku mengembus napas panjang tak menanggapi ucapan Jungkook. Malas-malasan aku menutup pintu loker dan berlalu pergi dengan menggeleng pelan.

"Anna-ya, est-ce que tu le fais vraiment?" seru Jimin tiba-tiba. Lelaki itu menyambar tanganku asal yang membuat tubuhku tersentak ke arahnya. (apa kau benar-benar melakukannya)

Aku pun menahan emosi dengan seluruh usaha yang kupunya. Pikirku akusama sekali tak boleh menangis di depan mereka bertiga.

"Si je dis non, est-ce que tu me fais confiance? même sur la scène, il n'y a pas de vidéosurveillance correctement?" ucapku putus asa. (Bahkan jika aku bilang tidak, apa kau percaya? Bahkan di tempat kejadian tidak ada CCTV kan?)

Aku menyentak tangan Jimin hingga terlepas dari tanganku sendiri. Kemudian segera berlari meninggalkan ketiganya.

***

Sore ini di sekolah, aku membawa tempat sampah kelas ke tempat pembuangan sampah di belakang gedung. Ak yang mendapat giliran piket maka berinisiatif untuk membuang sampah langsung ke tempatnya. Padahal biasanya, para janitor sekolah akan melakukannya. Baru saja aku menuang sampah-sampah itu, tiba-tiba langkahku dihadang oleh ketiga orang di ujung lorong.

Bliss For Violet (✔)Where stories live. Discover now