3|Kembaran

1.3K 69 10
                                    

"Cinta itu fitrah yang harus dijaga dan di tempatkan ditempat yang tepat" - Misha

💕🏡💕

Berdiri di depan pintu rumah yang biasa kami kunjungi, menunggu seseorang yang menjawab salam kami keluar membuka pintu rumah. Aku dan Intan masih bertanya dalam ekspresi saling pandang dan kening berkerut. Pasalnya kami sudah hafal orang rumah Hasan. Hanya ada Hasan dan umi.

Tak lama suara pintu rumah terbuka, seorang laki-laki sebaya muncul dari balik pintu tersenyum ramah,  menatap kami sebentar lalu menunduk. Hasan.

"Hasan!" ucapku bersamaan dengan Intan dengan ekspresi heran bertanya-tanya, karena suara asing tadi.  Ada yang berbeda dari Hasan entah apa, tapi sikapnya yang begitu sopan membuatku menaikkan sebelah alisku terangkat.

"Kata umi kamu, kamu gak sekolah karna masih sakit," Ujar Intan dengan nada sedikit kesal dan melupakan pertanyaan tentang suara asing tadi.

"Afwan, saya bukan Hasan," Ucapnya sambil tersenyum kecil di bibirnya menampilkan lubang di pipinya  menghias. Membuat aku sadar perbedaannya, Hasan tidak memiliki lesung pipi. Tapi aku tak pernah tau Hasan punya kembaran. Pasalnya lelaki di depan kami sangat mirip dengan Hasan. Aku seperti dejavu.

Melihat kami terdiam, dia menangkupkan kedua tangannya di dada sembari Mengenalkan diri. "Saya Husen kembaran Hasan," ucapnya terus menundukkan pandangannya.

"Kembaran Hasan?" ucapku yang bertambah bingung. Aku yang bertentangan dekat dengan Hasan tak pernah tau Hasan punya kembaran.

"Ah, i..ya silahkan masuk, hmmm.. Afwan siapa namanya?" tanya husen bingung saat mempersilahkan kami masuk.

"Ini Intan dan aku Misha," ucap ku memperkenalkan diri. Ku lihat dia menatapku aneh, saat aku menyebutkan namaku. Bukankah dari tadi dia begitu menjaga pandangannya. Aku melirik Intan.

"Silahkan duduk mba Intan, mb Misha, saya panggil Hasan dulu yah," ucapnya buru-buru, dan segera berlalu kedalam rumah setelah kami balas dengan anggukan. Kami duduk di kursi santai di teras depan rumah. Dari sini aku bisa melihat rumahku yang hanya terpisah dua rumah. Pintunya tertutup, mungkin nenek masih mengajar.

"Kamu tau gak Sha kalau Hasan punya kembaran?" tanya Intan penasaran menatapku intens.

Aku menggeleng. "Enggak, aku enggak pernah melihat dia bahkan Hasan tak pernah Menceritakannya," jawabku dengan wajah serius.

Tak lama hasan keluar dari dalam Rumah dengan wajah pucat dan menggunakan jaket tipis, langsung mendudukan dirinya dikursi samping kiriku tanpa bicara. Aku dan Intan hanya menatap lekat pada Hasan masih dengan rasa penasaran namun kami lebih khawatir ketika melihat wajah pucat Hasan.

"San kok muka kamu pucat amat, kamu sudah berobat apa?" tanya Intan dengan muka khawatir dan hanya dibalas senyuman oleh Hasan.

"Hmmm.. Gak papa Tan, aku cuman demam biasa aja ini udah agak mendingan kok, besok juga udah masuk sekolah," jawab Hasan sambil melempar senyum tipis. Hasan yang ramai celotehan tiba-tiba jadi sok manis, itu terlihat sangat aneh.

Where Is My Calon Imam? Where stories live. Discover now