5|Jaga Sendiri Aja (2)

928 41 2
                                    

Assalamu'alaikum..

Jangan lupa baca Al-Qur'an!!

💕🏡💕

Jaga sendiri aja. Kata yang kuucap sendiri dalam hati. Penuh arti saat aku sendiri memikirkannya. Diam dan berharap, terkadang kecewa adalah bayangan yang menakutkan.

Menatap kepergiaan Hasan yang berusaha lolos melawan arus dari teman-teman kelasku yang mulai masuk. Disusul Pak Joko, lelaki paruh baya dengan kacamata yang selalu setia menemani beliau. Datang menggiring di belakang mereka. Hasan berhenti. Menyapa Pak Joko dan bersalaman sebelum berlari menjauh.

Dian memberi aba-aba. Menyiapkan kelas pertama, selalu di awali doa sejenak dan salam sapa dari guru mapel pertama. Di hari pertama setiap guru yang masuk kekelas akan menanyakan kabar dan kegiatan kami selama liburan, dan ... Kami akan menjawab hal yang sama berulang pada guru yang berbeda-beda. Yang terakhir sebelum memulai pelajaran adalah absen kelas, dan Pak Joko termasuk dalam guru yang sangat rajin mengabsen kehadiran setiap jam pelajarannya.

Setiap nama disebutkan, semua hadir hari ini dengan jumlah 25 siswa. Tak terkecuali Husen yang juga sudah masuk dalam deretan absen. Pantas saat pertama pembagian lokal nama asing itu disebutkan. Itu berarti Husen memang sudah mengurus pendaftaran sebelum masuk sekolah.

Teman-teman di kelas saling berbisik menanyakan kebenaran tentang Hasan dan Husen kembar. Pak Joko meminta Husen untuk memperkenalkan diri.

Anak-anak kelas terlihat antusias bertanya. Kok bisa mirip banget sama Hasan? Kembaran Hasan? Baru ketemu setelah kepisah lama ya? Kenapa pindah sekolah? Kakaknya Hasan atau adik? Kenapa sekolahnya enggak bareng Hasan dari dulu? Pak Joko sampai terlihat prustasi menenangkan kelas yang ramai. Tak ada yang mau mengalah bertanya satu persatu.

"Sudah Husen kamu boleh duduk. Sesi kenalannya dilanjutkan nanti saja setelah jam pelajaran saya selesai." Beberapa kali meja di gubrak untuk menenangkan kelas yang nampak kecewa dengan keputusan Pak Joko guru sejarah. Guru-guru yang lain bilang Pak Joko sesepuh bukan karena bidang studi yang beliau ajarkan, tapi karena beliau termasuk guru yang sudah cukup lama mengabdi di sekolah.

Seperti kata Pak Joko, sesi tanya jawab dilanjutkan saat bel istirahat berbunyi. Angga, Dandi, Romi, menghampiri Husen, menanyakan perihal kemiripannya dengan Hasan. Pertanyaan aneh memang, sudah jelas mereka kembar. Tapi wajar sih, siapa yang enggak penasaran tiba-tiba kembarannya datang setelah sekian tahun nggak pernah muncul.

"Sha! Sha!" panggil Intan sambil menepuk pundakku dengan pandangan lurus keluar kelas.

"Apaan sih Tan?" Aku mengikuti arah pandangan Intan di pintu kelas. Kak Aqil.

"Itu tu si kakak. Pasti deh kalau lewat curi curi pandang, cari kamu tu di depan kelas," ucap Intan menggoda. Intan itu terlalu peka lingkungan, matanya gesit. Lihat saja dia yang paling sering menegurku untuk menyadari kehadiran kak Aqil. Padahal aku saja tak yakin diperhatian kak Aqil, mungkin saja hanya kebetulan.

"Hustt! Jangan suudzon Tan, ntar jadi fitnah loh." Aku menepuk pundak Intan pelan, menyusun buku ke dalam laci meja.

"Siapa yang fitnah memang benar kok, jelas banget keliatan Sha—"

"Itu siapa?" Suara Husen tiba-tiba, membuat aku dan Intan spontan menengok Husen yang juga menengok lelaki yang selalu berpakaian rapih, wangi itu di depan pintu kelas yang mulai berlalu pergi. 

Where Is My Calon Imam? Where stories live. Discover now