15|Menjemput

227 18 0
                                    

Bismillah
Assalamu'alaikum

Have you read the holy Qur'an, today?

💕💕💕

"Janganlah laki-laki berhalwat dengan seorang wanita yang bukan mahram nya. janganlah seorang wanita bepergian kecuali dengan mahram nya"

HR. Bukhari dan muslim


💕💕💕

"Ayah ... Intan, Hasan, Cika, Anda, Hari, dan Fauzan mau datang ke Bandung," ucapku ragu. setahun, aku masih canggung rasanya mengutarakan keinginan atau sekedar obrolan biasa dengan ayah.

"Oh, yaa.. Kenapa?" tanya ayah terlihat cukup terkejut menegakkan punggungnya yang sebelumnya bersandar di sofa, entah kenapa. Apa aku yang terlalu To the point, Tapi aku belum bilang mereka mau minap kan? Atau ayah takut mereka tauran di sini? Hmmm... Entah lah

"Mau ikut lomba katanya yah, hari rabu sore kalau gak malem berangkat nya," jelas ku

"Ikut lomba apa, tumben jauh amat dari Lampung lomba disini?" tanya ayah, dengan ekspresi sulit diartikan. Menatap ku serius.

"Itu yah lomba yang di masjid al-quds, Qur'an competition, banyak lomba nya yah. tergantung level tingkatannya yah.. intan, hari sama Fauzan ikut lomba qiro'ah, anda sama hasan ikut da'i yah, sebenarnya ada lomba hafidz, cerpen islami sama cipta puisi juga. Banyak sih yah lomba nya"

Ayah ber - ohh ria.. Sedangkan Agung hanya terdiam memerhatikan televisi dan sesekali melirik bingung, sedangkan mama sudah berlalu pergi saat mendengar tangisan nino dikamar.

"Mereka semangat karena ada beasiswa yah,- lomba nya terbuka buat pelajar dari mana aja. Beasiswa nya juga gak tanggung, - tanggung loh yah sampai sekolah keluar negeri" lanjut ku sudah mulai relax melanjutkan obrolan

"Kamu ikut lomba apa?" tanya ayah, spontan membuat ku agak terkejut dengan pertanyaan ayah yang seperti menodong.

"Hehe..iya yah ikut ... ikut nemenin aja." cengir ku merespon pertanyaan ayah

"Kenapa gak ikut, kata nenek dulu kamu sering nulis cerpen terbit koran-koran lokal," ucap ayah yang membuat aku tersenyum kaku, "kenapa nenek pakek cerita segala" dumel ku membatin

"iissh, nenek mah itu kan rahasia" dengus ku yang tak bisa ditahan

"Fath gak bakat yah" lanjut ku datar sebal. Tak banyak yang tau kegiatan menulis ku di koran, awal nya hobby trus coba kirim ke bagian publish editor koran aku pikir akan ditolak gak tau nya dapat duit lumayan, akhirnya keterusan.

"Ayah sih, percaya kamu bisa
menang, tapi lebih baik gak usah ikut dari pada menang trus harus kuliah jauh, trus ayah ditinggal jauh lagi." ada rasa haru, mendengar ucapan ayah kenapa ayah bisa berpikir kaek gitu, walaupun aku ikut juga belum tentu menang yahh. Tapi kata-kata ayah cukup buat aku jadi diam sebentar sampai akhirnya buka suara lagi.

"Ayah apaan sih," ucap ku malu, saat sadar dipuji ayah di depan Agung yang mulai tertarik dengan obrolan kami dan menatap ayah.

"Di Bandung juga banyak universitas yang gak kalah bagus kok Fath." seolah meyakinkan ku.

"Iya yah," kataku pasrah

"Husen gak ikut?" tanya ayah, mungkin ayah belum tau tentang husen feeling ku.

"Gak yah," kataku malas membahas tentang Husen. Dia bahkan tak pamit dengan ku, menegur ku saja tidak. Aku pergipun dia cuek gak ngomong apapun. Sejak kejadian dia marah-marah gak jelas cuman karena aku ngobrol dengan kak Aqil didepan rumah malam itu saat gak ada siapapun dirumah, padahal harusnya dia tau itu bener-bener kepaksa.

Where Is My Calon Imam? Onde as histórias ganham vida. Descobre agora