12|Baper

301 13 0
                                    

Assalamu'alaikum 😊😊💕


Happy reading!!

Jangan lupa vote dan comment!!

💕💕💕

"Baper itu manusiawi, bahkan rasa suka pun itu fitrah. Tapi Memendam perasaan itu harus. Menjaga hati itu wajib"

#Misha

💕💕💕

Bel pulang sekolah berbunyi disambut gemuruh suara siswa yang bersorak kecil atau suara pergerakan siswa-siswa yang langsung mengambil tas dan membereskan semua peralatan yang ada di atas meja.

"Sha tunggu!" Suara memekik memanggil ku, saat aku sudah melangkahkan kaki ku menuju gerbang. Suara itu siapa lagi kalau bukan Agung laki-laki super heboh se-antero sekolah menurut ku, gak tau kalo yang lain.

Bagaimana aku tidak berkata seperti itu. Dia orang yang selalu heboh saat menyapa, tak segan berteriak disisi manapun disekolah ini- kecuali rumah sih. Dia akan jadi anak heboh yang lembut, ramah dan ramai dengan sopan santun hanya tidak teriak-teriak seperti saat ini - satu lagi bahkan dia akan menyapa setiap sisi kompleks yang dia lewati. Sekompleks- siapa yang tak kenal Agung.

Bahkan dia sering mengajak ku untuk menyapa juga, dia seperti seorang ayah yang sedang mengajarkan anak nya beramah-tamah.

Agung lah yang membawa banyak perubahan pada ku, yang mempunyai sifat pemalu yang akut ketika bertemu orang yang baru, Berbaur dan berteman. bahkan, dia sering menitipkan aku pada teman-teman sekelas ku, ingat "SERING" bukan hanya saat pertama masuk sekolah. Dia meminta mereka untuk mengajak ku mengobrol, belajar, ke kantin atau menemani ku ke toilet.

Dia yang membuat ku merasakan perhatian seorang Kakak.

"Astagfirullah!" Aku mengelus dada melihat kelakuan nya, dan melihat pemilik suara yang berlari kecil dari tengah lapangan. Kelas Agung ada di seberang gedung kelas ku berjarakan lapangan basket.

"Lo mu pulang! ... gak nungguin gue lagi?" tanya nya terlihat sebal melihat ku sambil memperkecil jarak masih dengan berlari.

"Lo kan ada ekskul ngapain balik-, tanggung lah gung, lo capek di jalan. Gue bisa pulang sendiri," ucapku khawatir dengan nada tegas ada rasa tak enak Selalu merepotkan nya yang selalu pulang bersama ku walaupun ada ekskul dia akan pulang dulu.

"Gk usah ge'er gue mau makan trus ambil motor biar pulangnya bisa santai." Aku hanya bisa menghela nafas, tapi itu kan lumayan buang waktu dan melelahkan menurut ku.

Seorang kakak, entah lah. Febi teman sekelas ku pernah bilang, "Sha lo yakin Agung gak suka sama lo, dia tu perhatian banget sama lo. dulu yah setau gue, dia kalau ekskul gak pernah tu pulang ... menurut gue sih dia sengaja nemenin lo."

"Gak gitu bi ... dia pulang ambil motor kata nya biar pulang nya santai," ucap ku mengingat alasan yang selalu diberikan Agung.

"Lo gk peka banget sih jadi cewek, aneh gue," balas Febi

Astagfirullah ntah lah bingung cara jelasin sama Febi, baper itu manusiawi, bahkan rasa suka pun itu fitrah. Tapi Memendam perasaan itu harus. Menjaga hati itu wajib. Itulah alasan ku menjadi seperti es batu yang keras dan dingin. Gak pengen baper-baperan, berpikiran positif aja.

Seperti yang ku katakan sebelumnya mengatakan cinta itu seperti membeberkan tentang aib ku sendiri dan itu masih menjadi prinsip ku.

"Lagian kenapa gak sekalian bawa motor aja waktu jalan sekolah jadi lo gak cape pulang perginya," ucapku

"Yah suka-suka gue," ucap Agung acuh yang sudah berdiri dihadapan ku.

"Ya terserah lo lah ya, yang pasti gue bukan anak kecil mesti lo temenin pulang pergi nya," ucap ku yang mulai sebal, sejujurnya aku juga khawatir dengan apa yang dikatakan Febi, aku tak mau kalau akhirnya kami mulai dengan zinah hati. Aku hanya ingin menjaga perasaan Agung agar tak lebih, ntah lah aku hanya ge'er mungkin.

"Iya sih tau yang udah gede." Agung tersenyum sambil berlalu berjalan lebih dulu menuju halte bus tanpa bicara. Aku pun enggan.

Halte selalu ramai apa lagi pulang sekolah seperti ini tak jarang bahkan kadang harus menunggu lama dan berdiri di dalam bus.

Kami menaiki bus ketiga, alhamdulillah sudah mulai renggang tak padat dan bahkan meninggalkan beberapa kursi kosong. Kebiasaan Agung akan duduk dikursi paling belakang sedang aku akan lebih mencari tempat yang dekat dengan pintu agar tak jauh ketika ingin turun.

Kami turun di tempat biasa halte depan tak jauh dari perumahan. Menyebrang jalan menuju gerbang perumahan, seperti biasa ... terdengar suara Agung menyapa ketika melewati warung pinggir jalan ada beberapa ibu-ibu yang sedang berbelanja sayuran, sedangkan aku hanya tersenyum menyapa mereka dari jauh ketika melihat mereka.

"Udah pulang kang? Lagi musuhan tah kang?" Samar ku dengar celetuk salah satu ibu yang ku tau bude eni rumah beliau disamping rumah Agung dipisahkan satu rumah.

Apa karena bude eni melihat ku tadi berjalan pelan sambil menunduk dan menghentakkan kaki memainkan kelereng kecil yang mungkin tak terlihat mereka, yang ku temukan tadi di pinggir jalan setelah Menyebrang. Bahkan aku tak sadar aku tertinggal lumayan jauh dari Agung.

Agung nyengir menoleh melirik ku. aku masih menatap mereka dan mengecil kan jarak menghampiri Agung yang masih berdiri didepan warung.

"Hehe, kaek gak tau Misha aja bukde, dia mah emang lelet."

"Astagfirullah, dasar," geramku mengeraskan rahang menahan kesal mendengar jawaban Agung, ingin rasanya aku menjitak kepala nya biar waras. hmm... Astagfirullah harus sering Istighfar ngeladenin Agung.

Gak mungkinkan aku marah - marah depan ibu-ibu, kan gak sopan.

"Gak boleh gitu atuh kang, atuh ditungguin si teteh nya," ucap bude Eni

"Ehh, si bude mah perhatian banget sama si teteh ... Duluan ya bu, buru-buru mau kesekolah lagi," ucap Agung tersenyum berpamitan.

Apa kata nya teteh.. Dasar

Aku pun berusaha tersenyum dan berlalu.

Aku sampai lebih dulu meskipun Agung meninggalkan ku dengan langkah besar dan terburu-buru, karena rumah ku lebih dulu sedangkan rumah Agung ada diujung perumahan berjarak 6 rumah.

💕💕💕

J

azakillah khair buat yang sudah vote dan comment juga buat readers!!

Where Is My Calon Imam? Where stories live. Discover now