9|Pergi

683 24 5
                                    

Assalamu'alaikum.

Jangan lupa baca Alquran

💕🏡💕

"Bukan karena kepergiaan kamu merasa kehilangan, tapi karena kenangan kamu merasa kehilangan"

💕🏡💕

Aku duduk disamping nenek, sambil sesekali memeriksa ponselku.

"Nek Fath kabarin Ayah ya?" tanyaku memecah keheningan, masih pokus pada layar ponsel, membiarkan Nenek duduk bersandar di kepala ranjang rumah sakit menatapku.

"Enggak usah Fath, nanti Ayah kamu khawatir. Nenek kan, udah gak papa. Intan udah lama pulang? Nenek udah lama ya tidur?" Nenek menghela napas. Terlalu sering menghela napas setelah bicara. Raut lelah dan pucat masih terlihat meski Nenek tersenyum. Tapi kebiasaan Nenek bertanya banyak tidak berubah.

"Iya Nek, Intan udah lama pulang, tadi di telpon orang rumah. Mamanya datang." Aku memijat pelan lengan kanan Nenek. Belum selesai cerita Intan, dia keburu pulang setelah menerima telpon mamanya.

"Nek, kak Aqil kalau kerumah cerita apa emang Nek?" Aku teringat pembicaraan Nenek dan kak Aqil tadi.

"Kepo aja kamu." Nenek terlihat tersenyum menggodaku.

"Bukan kepo Nek, cuman pengen tau aja," ucapku ngeles sambil nyengir kuda, nyatanya aku memang penasaran kedekatan Nenek dengan kak Aqil, entah sejak kapan.

"Dia mau lamar kamu kalau kamu mau!"

Aku menatap wajah Nenek tak percaya, "yee, enggak mungkin banget nek."

"Hahaha.. Kamu itu lucu yah." Nenek tertawa lepas, sedang aku tidak tau maksudnya.

"Lucu apa nek?" tanyaku bingung.

"Inget jangan pacar-pacaran dosa, kamu tau kan," ucap Nenek mengingatkan 'pesan' yang selalu Nenek ingatkan.

Nenek pernah bilang beliau khawatir dengan pergaulan sekarang yang sudah banyak pergaulan bebas dari pacaran hingga hamil sebelum menikah, pacaran saja sudah zina apa lagi sampai hamil, na'uzubillah jangan sampai.

"Astagfirullah, enggak nyambung sih Nek. Fath nanya apa, jawabnya apa." Aku mendengus kesal.

"Al-Isra ayat 32 kan? -

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk," jelasku pada Nenek, meyakinkan bahwa aku selalu ingat insyaallah.

"Alhamdulillah Nenek enggak khawatir kemana pun kamu nanti tinggal, Nenek yakin kamu bisa jaga diri kamu, juga hijab kamu," ucap Nenek tersenyum menggenggam tanganku. Ada perasaan aneh yang mengganjal dipikirinku, mencerna ucapan Nenek.

"Orang Fath gak mau pergi kemana mana Nek, Fath mau disini aja sama Nenek ... Nenek enggak lagi mikir buat usir Fath dari sini, kan?" Aku menghela nafas dengan wajah sayu, mengingat Nenek selalu menanyakan pendapatku untuk tinggal di Bandung.

Where Is My Calon Imam? Where stories live. Discover now