18|Pengakuan

202 17 0
                                    

Keep reading the qur'an first

💕💕💕

"Tak ada yang salah pada pengakuan Rasa. Hanya saja hati kadang tak bisa biasa walaupun nyata nya tak ada rasa"

Misha

💕💕💕

Jalanan yang super padat dengan kendaraan yang masih tertahan ditempat menunggu antrian Rambu-rambu lampu lalu lintas tiga warna itu berubah menjadi hijau.

Bahkan untuk kedua kali nya aku masih tertahan di belakang mobil paling depan pembatas garis Rambu-rambu yang terasa begitu lambat berubah warna

dari hijau kekuning lalu merah menunggu hijau lagi sesudah kuning dan baru jalan setelah bunyi klakson yang bersautan menandakan ketidak sabaran para pengendara yang memburu waktu.

Sampai masjid pun perkarangan parkir lumayan padat mengharuskan ku untuk berkeliling memerhatikan lokasi yang kosong untuk memarkirkan motor ku.

Beberapa hari ini selama lomba aku meminjam motor mama untuk pergi kesekolah dan agar lebih mudah ketika bepergian dengan kendaraan sendiri.

Kesibukan ku meningkatkan akhir-akhir ini. Rumah-sekolah, -ke ruko dan ke lokasi lomba.

"Sha.." samar-samar terdengar suara seseorang memanggil ku, yang clangak-clinguk kebingungan

"Misha..!" lambaian tangan mengintrupsi, "disini," seseorang meneriaki namaku itu berteduh di tembok ujung gedung memisahkan diri dari kerumunan manusia yang berlalu lalang dengan kesibukan masing - masing.

Ada yang berjalan Berlawanan ada yang beriring, berlari kecil atau clengak-clinguk seperti yang tadi aku lakukan. Mencari teman, keluarga atau apalah yang mereka cari. Biarlah

Aku menghampiri laki-laki yang menggunakan pakaian putih abu-abu seragam sekolah ku dulu, yang tampak sendiri tak terlihat yang lain disana.

"Kok sendiri Zan?" dia Fauzan. Sejak malam itu aku mencoba biasa saja dengan Fauzan.

Berpura-pura tak mengetahui apa-apa. Dari pada canggung.

Berlaku seperti pada Hasan dan yang lain, biasa saja, berteman dekat tanpa kaku.

"Eh, iya nunggu yang lain disini biar enak nyari yang lain."

Aku hanya ber oo ria. Setelah itu tak ada pembicaraan hanya terdengar suara riuh orang yang berlalu lalang.

Memerhatikan pintu keluar masuk masjid mencari keberadaan teman-teman yang lain nya.

"Sha," Suara Fauzan seperti instruksi yang membuat ku menoleh pada nya. Pada jarak dua meter masih terdengar jelas suara itu dari Fauzan.

"Ya," balas ku kembali pada kegiatan ku sebelum nya.

"Aku mau minta maaf pernah su'uzhon sebelum nya."

"Hah!. Su'uzhon apaan?" tanya ku bingung tanpa sadar menatap nya.

"Intan pasti udah pernah cerita ke kamu."

"Tentang apaan?"

"Tentang aku suka sama kamu."

'syok! Maksudnya apa ini?' aku cuman bisa bengong cengok gitu

"Dulu!.. " ralat nya

"Ooo." Bibir ku membulat mengangguk samar.

"Udah cerita berarti ya." dia menyunggingkan senyuman.

Where Is My Calon Imam? Where stories live. Discover now